Bel pulang sekolah sudah terdengar, Ryujin tidak langsung pulang karena jadwalnya untuk piket kelas.
"Beb gue pulang duluan ya," ucap Somi sembari memakai tas ranselnya.
"Jijik gue dengernya."
"Sensi lu, ya udah bye."
Somi melambaikan tangannya pada Ryujin sebelum ia keluar dari kelas. Baru saja Somi keluar kelas, ia melihat Asahi yang berdiri bersama Jaehyuk dan seketika gadis ini langsung peka.
"Ryujin ya? Dia kebagian piket tuh, tunggu aja," perkataan Somi hanya dibalas anggukan oleh Asahi.
"Berarti lo mau nunggu Ryujin Sa?" kini Jaehyuk yang bertanya.
"Iya."
"Wah dari semalam kalian mencurigakan," selidik Jaehyuk dan itu membuat Somi bingung.
"Emang kenapa Jae?"
"Nanti gue cerita Som. Ya udah gue balik duluan ya Sa," Asahi mengangguk.
Kini Jaehyuk dan Somi sudah berjalan bersama sembari Jaehyuk menceritakan soal dirinya yang melihat Ryujin semalam bertingkah aneh apalagi sering senyum-senyum sendiri.
Sementara Asahi, ia masih setia menunggu Ryujin. Sesekali ia juga mengecek ke dalam kelas. Beberapa menit kemudian, orang yang ditunggu datang. Asahi langsung menghampiri Ryujin namun seperti dugaannya kalau pacarnya ini masih marah.
"Masih marah?"
Bukannya menjawab pertanyaan Asahi, Ryujin malah berjalan meninggalkannya. Dengan buru-buru Asahi berjalan menyusul Ryujin. Asahi harus bisa membujuknya, walau bagaimanapun ia tetap salah.
"Jangan marah, cepet tua."
"Basi," balas Ryujin ketus.
"Lapar ya, bakso tusuk maknyus enak nih."
"Bakso tusuk maknyus?" ucap Ryujin dalam hatinya, seketika ia ikut lapar juga.
Rasanya Ryujin ingin mengatakan kalau dirinya ingin makan bakso tusuk juga tapi ia gengsi dan memilih diam, namun tiba-tiba terdengar bunyi keroncongan dari perut Ryujin.
"Kalau lapar bilang, jangan gengsi," goda Asahi sembari menatap Ryujin.
"Siapa yang gengsi? Enggak tuh," balas Ryujin sembari memalingkan wajahnya.
"Ya udah kalau gitu, padahal gue udah pesen banyak bakso tusuknya."
"Serius? Gue mau makan bakso tusuk maknyus," ucap Ryujin spontan, ia sudah tidak bisa lagi menahan laparnya.
"Nah gitu dong," ucap Asahi sembari mengusap rambut Ryujin pelan.
"Omong-omong dari mana lo tau bakso tusuk maknyus, lo sering beli juga?"
"Enggak."
"Terus?"
"Gue cari tau semua hal yang lo suka dan gak lo suka."
"Eh?"
"Demi orang yang gue sayang, gue harus cari tau dong? Biar gak keliru," jawab Asahi enteng.
"Ya ampun sejak kapan pacar gue pinter ngomong gini? gemesnya."
Ingin Rasanya Ryujin memegang wajah Asahi dan memainkan pipinya itu namun ia sadar kalau di sini bukan tempat yang cocok.
"Semua demi lo."
"Dih gombal," ucap Ryujin sembari tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Asahi.
Tak terasa kini Asahi dan Ryujin sudah sampai di parkiran, setelah memakai helm masing-masing lalu menaiki motor, tak lama motor Asahi sudah melaju pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...