Hari minggu pagi sekitar pukul 08.35, Ryujin dan Ibbong baru selesai sarapan. Mereka hanya berdua saja di rumah karena dari pukul 06.00 pagi, Hyunjin pergi bersepeda dengan teman-temannya. Sedangkan ART di rumah sedang pergi berbelanja kebutuhan.
Ryujin membawa dua piring di kedua tangannya lalu di simpan di atas meja, satu piring itu berisi camilan kue kering dan yang satunya adalah buah anggur. Lalu setelahnya, ia mengambil remote televisi dan menyalakannya.
"Bunda sini duduk," ucap Ibbong sembari menepuk sofa tepat di sampingnya.
"Iya sayang," balas Ryujin yang kini sudah duduk di samping putrinya.
"Bunda aku suka banget sama buah anggur."
"Itu karena bunda juga sangat suka buah anggur nak."
"Iya, tapi sayang banget ya kalau ayah gak suka buah anggur."
"Iya ya kamu bener nak, padahal buah angguk enak ya," Ibbong mengangguk.
Ryujin dan Ibbong mulai memakan buah anggur bersama-sama, sesekali Ryujin juga memperhatikan acara televisi atau mengobrol dengan Ibbong.
"Aku suapi bunda ya."
"So sweet banget sih."
Ibbong mulai menyuapi bundanya, sembari ia juga memakan buah anggur tersebut.
"Manis ya bun."
"Iya sayang, gimana kalau besok kita beli lagi?"
"Oke Bunda."
Ryujin dan Ibbong saling tersenyum, sesekali Ryujin juga mengusap rambut putrinya itu. Sungguh ia selalu bersyukur dan bahagia karena memiliki anak perempuan yang ceria dan mudah tersenyum seperti Ibbong.
"Loh udah pulang mas? Kenapa lari-lari gitu?" tanya Ryujin saat melihat Hyunjin yang sudah sampai rumah dan berlari menghampirinya.
"Sayang kamu inget kan kalau aku dapet kontrak eksklusif sama rumah produksi terbesar itu? Hari ini pemiliknya mau dateng ke rumah."
"Kok mendadak mas?"
"Enggak mendadak sih sayang, aku lupa. Makanya tadi pas istirahat dari naik sepeda aku dapet telepon terus langsung buru-buru pulang deh."
"Berarti kita jadi pindah ke Jakarta mas?"
"Iya sayang."
"Ya udah, sekarang mas langsung siap-siap aja ya. Biar aku siapin makanan sama minuman di dapur."
"Oke sayang," ucap Hyunjin girang, ia sangat bahagia hari ini.
Bukan hanya Hyunjin yang merasa bahagia, Ryujin juga begitu. Ia selalu bangga pada suaminya, prestasinya dalam bidang menulis memang selalu diapresiasi dengan baik oleh banyak orang. Maka tak heran beberapa film terkenal di Indonesia adalah hasil tulisan berbakat seorang Hyunjin.
"Sayang, bunda ke dapur dulu ya."
"Iya bunda."
Ryujin sudah mulai berjalan menuju dapur, ia harus segera bersiap agar sajiannya siap sebelum tamunya datang.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara bel rumah. Baru saja Ryujin akan melihatnya, terdengar teriakan dari Ibbong.
"Bunda biar aku bukain pintunya ya."
"Iya sayang tolong ya," teriak Ryujin pada Ibbong.
"Aku bawa minumannya dulu kali ya," ucap Ryujin sembari membawa satu nampan yang berisi gelas minuman.
"Bunda tamunya udah masuk."
Terdengar teriakan dari Ibbong kembali, dan Ryujin mulai berjalan untuk menemui tamu tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...