48 - Waktu berjalan cepat tapi tak secepat melupakanmu

204 31 13
                                    

Liburan semester sudah selesai dan aktivitas sekolahpun sudah dimulai kembali. Peraturan di sekolah semakin diperketat setelah kasus Jake.

Bagi kelas tiga sudah waktunya untuk mempersiapkan ujian akhir dan bagi siswa di kelas satu dan dua tetap akan ikut bimbingan belajar beserta evaluasinya.

"Gawat," teriak Somi sembari berlari masuk ke dalam kelas.

Akibatnya, seluruh siswa yang ada di dalam kelas keheranan dan menganggap ada kejadian serius. Namun bukannya memberitahukan apa yang terjadi pada semuanya, Somi hanya mendekati meja Ryujin.

"Ryujin gawat," tidak ada balasan.

"Asahi Jin Asahi," masih tidak ada balasan.

"Asahi pindah sekolah," pekik Somi.

Ryujin yang sedari tadi menyibukkan diri dengan membaca buku langsung bangun dari duduknya dan menatap Somi, "Lo bohong kan?"

"Sumpah gue gak bohong. Dia lagi dijemput sekarang," ucap Somi sembari menarik lengan Ryujin lalu berjalan bersama keluar kelas.

Benar saja, dari ujung Lorong itu sudah terlihat Asahi bersama ibu Dahyun dan satu orang berseragam jas rapi mungkin itu pengawal Asahi. Mereka bertiga berjalan bersama dan sebentar lagi akan melewati kelas Ryujin.

Ryujin memandangi Asahi dengan dipenuhi banyak pertanyaan di kepalanya. Ada apa? Kenapa tiba-tiba pindah sekolah? Asahi mau pindah kemana? Kenapa gak bilang? Namun setelahnya Ryujin menyadari kalau mereka sudah putus, jadi wajarlah Asahi tidak memberitahukannya.

Kini Asahi sudah di depan kelas Ryujin dan dia melewati Ryujin begitu saja tanpa sedikitpun melirik padanya, hati Ryujin sakit melihatnya.

"Som."

"Iya Jin."

"Di sini sakit," ucap Ryujin sembari menyentuh dadanya.

Somi yang melihat itu tidak bisa berbuat banyak, ia ikut sakit melihatnya. Somi juga tidak habis pikir pada Asahi yang tega seperti itu.

"Hati gue bilang buat kejar dia tapi otak gue bilang jangan dan badan gue rasanya kaku Som."

Somi menghembuskan nafas panjang, lalu merangkul sahabatnya ini untuk menenangkan.

"Sekarang lo boleh sedih Jin tapi gue harap besok lo harus bisa kembali jadi Ryujin yang gue kenal. Lo gak pantes galau cuma gara-gara cowok br*ngs*k kayak Asahi."

Perkataan Somi membuat perasaan Ryujin semakin sedih. Awalnya ia kira kuat dan tidak akan menangis namun nyatanya tangisan itu pecah juga dan Somi semakin erat memeluk Ryujin.

Selang beberapa lama, Somi melepaskan pelukannya dan meminta Ryujin untuk melihat pada seseorang yang sekarang melewati keduanya. Orang itu Sieun dan Pak Doyoung.

"Katanya Sieun juga pindah sekolah," pungkas Somi.

.

.

.

Sedari pulang sekolah, Ryujin mengurung diri di kamar bahkan ia tidak memiliki nafsu makan. Entah sudah berapa kali Rose dan Junhoe membujuk Ryujin dari luar kamarnya namun tetap tidak berhasil. Hingga kini yang mengetuk pintu adalah Jaehyuk.

"Kak ini gue Jaehyuk, buka pintunya."

Jaehyuk masih setia menunggu di depan pintu kamar hingga sepuluh menit kemudian akhirnya pintu itu terbuka. Jaehyuk mengikuti Ryujin masuk ke dalam dan menatap nanar kakaknya yang kini sudah kembali duduk di ayunan rotan sintetis.

"Asahi berangkat malam ini, mau ikut gue antar dia ke bandara?"

Ryujin diam, ia tidak bisa menjawabnya. Hatinya masih hancur, ia masih sakit hati atas perkataan Asahi waktu itu.

17 Tahun (Lalu) - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang