Lia mengetuk pintu kamar Asahi sebelum dirinya masuk ke dalam. Ia menaruh secangkir kopi diatas meja, kemudian duduk di sofa sembari melihat Asahi yang sedang membaca buku.
"Minuman kopi pesanan lo. Tadi pas mau kesini, gue papasan sama bi Tuti."
"Makasih."
"Jangan keseringan minum kopi ya, ga baik juga," Asahi hanya mengangguk.
"Ini udah mau jam sepuluh, lo masih belajar?" Asahi menggelengkan kepalanya.
Setelah makan malam, Asahi memang langsung belajar tapi saat ini ia sedang menyiapkan materi untuk Ryujin. Ia juga belum bertemu dengan Ryujin lagi setelah berita itu menyebar.
"Gue ke sini cuma mau bilang, jangan lupa besok ya."
Lia bangun dari duduknya, berjalan mendekat pada Asahi. Asahi langsung menghentikan aktivitasnya, kemudian mengecek memo di ponselnya.
"Gue tunggu sepulang sekolah di parkiran. Ayah gak bisa mampir dulu ke sekolah, jadi ketemu disana. Besok mau bareng?"
"Gak usah kak, gue bawa motor aja."
"Oke, kalau gitu gue balik kamar. Jangan begadang ya Sa."
Lia mengusap pundak Asahi sebelum ia keluar kamar. Baru saja sampai depan pintu, perkataan Asahi menghentikan langkah Lia.
"Kak, lo udah tau berita Ryujin?"
.
.
.
Koridor kelas yang ramai oleh para murid saat jam istirahat itu langsung hening saat kemunculan satu orang perempuan.
Sudah banyak gosipnya tentang orang tersebut padahal perempuan itu bukan dari sekolah mereka dan ada juga yang mengidolakannya karena parasnya yang cantik.
Perempuan itu berjalan dengan santai sembari sesekali tersenyum, ia juga menyibakkan rambutnya yang panjang itu. Hingga langkahnya terhenti di salah satu kelas sains dan ia sedang mencari seseorang.
"Permisi, lo liat Sarah?"
"Oh Sarah ya, kayaknya dia ke kantin," jawab salah satu murid yang ada di sana.
"Oke, thank you" ucap perempuan itu dengan senyum manisnya.
Namun baru saja akan keluar dari kelas, perempuan itu berpapasan dengan orang yang ia cari. Saat itupula, ekspresi wajah Sarah yang awalanya ceria berubah jadi datar.
"Eh disini lo rupanya. Gue pengen ngomong sama lo."
Perempuan itu menggandeng lengan Sarah seraya mengajaknya berjalan bersama. Hingga saat ini sudah ada di halaman belakang Sekolah.
Tubuh Sarah sedikit terhentak saat perempuan itu memukul dinding tepat di samping telinganya.
"Gue udah dengar beritanya dan gue tau semua itu rencana lo. Ternyata lo gak berubah ya."
"Mau lo apa?"
"Mau gue lo bilang yang sebenarnya, atau..."
"Apa? lo pikir gue takut?"
"Wow, udah makin berani ya lo. Hmm, liat penampilan lo. Walaupun terlihat kayak cewek baik-baik tapi hati lo busuk," sindir perempuan itu.
Sarah diam, ia memalingkan pandangannya ke sembarang arah. Saat itu pula, perempuan itu kembali menggertak Sarah.
"Lo harus ngaku yang sebenarnya atau gue sebarin semua tentang lo, gimana?"
Perempuan itu tersenyum sangat lebar tapi nyatanya senyuman itu sangat mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
أدب الهواة[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...