Seperti biasanya suasana Dufan selalu ramai pengunjung. Beberapa wahana dan fasilitas yang tersedia terlihat semakin canggih seiring perkembangan zaman yang semakin modern dan tak lupa mengenai keselamatan pengguna wahana adalah hal yang paling diutamakan.
"Ayah aku pengen naik kuda itu," ucap Eunseo sambal menunjuk wahana Turangga Rangga.
"Boleh dong sayang."
"Bunda temenin kamu ya. Nanti biar ayah yang fotoin kita," ucap Winter sembari menggandeng tangan Eunseo dan bersiap untuk menaiki wahana tersebut.
"Hati-hati ya."
"Iya ayah."
Eunseo sempat melambaikan tangannya saat wahana itu mulai melaju dan Asahi membalas lambaian tersebut. Tak lupa ia bersiap dengan kamera yang sedari tadi ia bawa.
Baru saja akan memotret Eunseo dan Winter, tiba-tiba terlintas bayangan seseorang dalam pikiran Asahi. Ia terdiam tanpa melakukan apapun dan hanya memandangi wahana yang sudah melaju itu dengan tatapan kosong.
"Ayah."
"Ayah."
"Ayah."
Bahkan teriakan Eunseo pun tidak bisa mengalihkan pikiran Asahi dari seseorang itu. Ini pertama kalinya Asahi kembali lagi ke tempat ini setelah bertahun-tahun lamanya.
Di tempat dan wahana yang sama, dulu Asahi sempat memotret seseorang itu dan entahlah mendadak ia merindukannya lagi.
"Ayah."
Teriakan Eunseo kali ini berhasil membuyarkan lamunan Asahi dan setelah ia tersadar, Asahi langsung mengarahkan kameranya dan segera memotret Eunseo dan Winter.
Beberapa foto sudah diambil dan sepertinya Asahi membutuhkan sudut yang berbeda, sehingga ia memundurkan langkahnya sampai tanpa ia sadari kalau ternyata ia menabrak seseorang di belakangnya.
"Ya ampun kamu gapapa dek? Maaf ya," ucap Asahi meminta maaf pada seorang anak kecil perempuan yang tak sengaja tertabrak olehnya.
"Aku gapapa om. Iya om."
"Kamu sendirian dek?"
"Enggak om, aku bersama ayah bunda. Itu di sana," tunjuk anak perempuan itu sembari mulai berjalan.
Belum saja Asahi mengikuti arah tunjuk anak perempuan itu, lengannya disentuh Winter. Ternyata istri dan anaknya itu sudah selesai bermain wahana tersebut.
"Ada apa sayang?'
"Oh tadi pas aku foto kalian, aku gak sengaja nabrak anak kecil."
"Terus anak kecilnya mana?"
"Entahlah," ucap Asahi bingung karena keberadaan anak kecil itu sudah tak terlihat lagi.
"Bunda aku mau es krim sama permen lollipop."
"Iya sayang."
Winter menggandeng tangan Eunseo dan mulai berjalan menuju tempat yang berjualan es krim. Sedangkan Asahi masih diam di tempat, ia memikirkan anak kecil tadi. Asahi merasa seperti pernah melihat atau bertemu dengan anak itu sebelumnya.
"Sayang," panggil Winter dari kejauhan.
"Iya sayang," balas Asahi lalu mulai berjalan menyusul Winter dan Eunseo.
.
.
.
"Bunda wahananya tinggi banget ya."
"Iya sayang, Ibbong takut nak?"
"Sedikit," balas Ibbong dengan sedikit cemberut.
"Hei liat ayah, putri ayah ini pemberani kan? bela diri silat aja kamu bisa masa yang ini enggak," goda Hyunjin sembari berjongkok dan memegangi pipi putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...