Bapak petugas keamanan sekolah sudah mulai berkeliling untuk mengecek setiap ruangan, baik kelas, ruang guru, ruang kegiatan siswa juga termasuk ruang musik.
Petugas itu tidak menyadari kalau masih ada murid yang ada di dalam ruang musik, karena ia tidak melihat adanya sepatu diluar. Jadi ia mengira ruangan tersebut sudah kosong dan alhasil pintu itu ia kunci karena memang sudah tugasnya seperti itu.
.
"Gue rasa kita tetap harus latihan diluar sekolah."
"Kita bisa latihan di rumah gue."
"Oke es batu."
Setelah menyelesaikan latihan dua kali, Asahi dan Ryujin memutuskan untuk berlatih besok lagi. Namun saat hendak keluar ruangan, pintunya terkunci.
"Kok gak bisa dibuka?"
Asahi mendekat dan mencoba untuk membuka juga "Ini dikunci dari luar."
"Apa? dikunci?" Asahi mengangguk.
Asahi mencoba untuk mendobraknya, namun tetap saja pintunya tidak bisa dibuka.
"Percuma Sa, lo tau kan pintunya gak cuma satu."
Ryujin benar, pintu ruang musik dan ruang laboratorium itu selalu dilapisi oleh pintu besi dan setelahnya juga ada pintu lagi.
Asahi mengusap rambutnya kasar, bertanda kalau dirinya kesal.
"Lo bawa hp gak?"
"Enggak Sa, hp gue di tas. Lo juga?" Asahi mengangguk.
Kini keduanya menghembuskan nafas berat dan kesal, sudah dipastikan keduanya terjebak disana.
Mengapa tas keduanya tidak dibawa ke dalam ruangan walaupun sudah pulang sekolah? karena siswa dilarang membawa barang apapun selain perlengkapan yang dibutuhkan setiap jam pelajarannya. Itu berlaku bagi ruang khusus dan lab, tasnya harus disimpan di loker.
"Mungkin nanti kak Lia cariin lo."
"Hari ini gue gak bareng kak Lia, gue bawa motor."
Ryujin menundukkan kepalanya lemas saat mendengar itu.
"Jaehyuk?" tanya Asahi pada Ryujin.
"Dia bakalan ngira gue main dulu dan kadang gue emang pulang malam. Jadi mungkin bakalan dicariin kalau udah terlalu larut malam."
Asahi dan Ryujin sudah pasrah sekarang, mereka juga tidak mungkin memecahkan kaca karena memang tidak ada benda yang bisa digunakan.
Keduanya terdiam, Ryujin duduk di salah satu kursi sembari beberapa kali mengetukkan kepalanya ke atas meja, sungguh kebiasaan yang cukup membahayakan.
Sedangkan Asahi duduk di kursi paling ujung dekat pintu, ia hanya berharap bisa cepat dicari oleh keluarganya.
Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan setengah enam sore dan tentu itu sangat membosankan sekali.
"Aww," teriak Ryujin kesakitan.
Ryujin memegang baju seragamnya untuk menahan sakit itu dan Asahi langsung menghampiri Ryujin.
"Lo kenapa?" Ryujin menggeleng.
"Kenapa?" ucap Asahi dengan nada cukup tinggi dan Ryujin terkejut karenanya.
Sedingin sifat seorang Asahi, ia juga manusia. Ia juga mempunyai perasaan apalagi pada orang yang sedang kesakitan. Asahi meninggikan suaranya karena ia tahu kalau Ryujin pasti akan pura-pura kuat.
"Gue...gue punya penyakit magh Sa," ucap Ryujin sembari tetap menahan sakitnya.
"Seharian ini lo belum makan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...