25 - Menangis bukan berarti lemah

224 41 8
                                    

Ujian tengah semester telah selesai dilaksanakan dan setelah ujian tersebut akan ada evaluasi dari guru penanggungjawab bimbingan belajar.

Asahi dan Ryujin sudah masuk ke ruang BK, keduanya masih menunggu giliran. Tumben hari itu Ryujin banyak diam, sepertinya ia gugup. Walaupun wajah Ryujin terlihat biasa saja tapi beberapa kali tangannya selalu meremas roknya dan kakinya selalu bergetar.

"Gak usah gugup," ucap Asahi, sedari tadi ia memperhatikan Ryujin.

"Gue takut kalau nilai gue gak ada peningkatan."

"Lo udah belajar maksimal?" Ryujin mengangguk.

"Percaya sama diri lo sendiri. Kalau emang hasilnya masih kurang, masih ada gue. Gue bakalan ada buat lo."

Getaran di kaki Ryujin berhenti namun kini beralih pada detak jantung Ryujin yang tiba-tiba berdebar karena mendengar ucapan Asahi barusan.

Ryujin buru-buru memalingkan wajahnya ke samping dan langsung menggerai rambutnya yang sedari tadi ia ikat agar menutupi wajahnya. Ia malu kalau sampai Asahi bisa melihat wajahnya yang sedang tersipu.

Saat Ryujin menggerai rambutnya itu Asahi dapat melihatnya dengan jelas. Walau ia tidak tahu maksud Ryujin yang tiba-tiba seperti itu namun ia menyukainya. Entah karena memang ia menyukai rambut perempuan saat tergerai atau karena Ryujin, mungkin karena dua-duanya? Entahlah.

"Giliran kalian," ucap seorang murid yang baru saja selesai bimbingan dengan pak Doyoung.

Asahi dan Ryujin bangun dari duduknya lalu berjalan ke meja kerja pak Doyoung dan duduk di depannya.

"Oke, mari saya liat hasil ujian kamu Ryujin."

Pak Doyoung mulai memeriksa lembar rekapitulasi nilai ujian milik Ryujin dan membandingkannya dengan nilai sebelumnya.

"Nilai mu..."

Ryujin kembali meremas roknya karena ia mulai gugup lagi. Apalagi pak Doyoung mengucapkannya dengan sepenggal seperti itu.

"Oke."

"Oke gimana pak?" tanya Ryujin heran, Asahi pun begitu.

"Oke kamu lulus evaluasi kali ini."

"Yes," pekik Ryujin girang namun suaranya masih pelan.

"Walaupun belum sesuai harapan saya, tapi nilai mu sudah meningkat. Masih ada beberapa yang kurang jadi saya harap kamu bisa memperbaikinya sebelum kenaikan kelas."

"Baik pak," ucap Ryujin sembari tersenyum.

Asahi yang mendengar hasil nilai Ryujin sudah lebih membaik tentu ia ikut merasa senang. Ia sempat melirik pada Ryujin dan terlihat ada senyuman di wajahnya.

"Gue tau lo pasti bisa," ucap Asahi dalam hatinya.

"Kerja bagus Asahi, kamu udah bantu Ryujin."

"Iya pak."

Ryujin melihat pada Asahi dengan tersenyum, terlihat sekali kalau gadis ini sangat bahagia. Senyuman itu sukses menyihir Asahi, ia tidak bisa berkata apa-apa.

"Cantik," ucap Asahi dalam hatinya, jantungnya berdebar dan kali ini ia menyukainya. Benar, ia menyadari kalau ia mulai menyukai Ryujin.

"Tapi..."

Perkataan pak Doyoung kembali mengambil alih fokus Asahi dan Ryujin. Keduanya sudah memperhatikan guru BK mereka kembali.

"Ryujin, masalah Binka..."

Suasana hati Ryujin langsung berubah begitu saja saat mendengar Binka. Ia mulai mengerti arah pembicaraan tersebut.

"Binka kenapa pak? Apa dia udah mau bicara yang sebenarnya?"

17 Tahun (Lalu) - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang