Siang ini Ryujin hanya duduk bersantai di depan kolam renang. Sebenarnya ada satu hal yang mengganggu pikirannya, ini soal Asahi.
Sudah satu minggu ini ia dan Asahi tidak belajar seperti biasanya. Bukan hanya itu, pesan Ryujin tidak pernah Asahi balas dan lebih parahnya lagi Asahi mengabaikannya setiap mereka berpapasan.
"Argh," teriak Ryujin sembari mengacak rambutnya, ia frustasi.
"Apa gue udah bikin salah ya? Padahal terakhir itu, dia nolongin gue terus tiba-tiba sekarang cuekin gue kayak gini."
"Lo siapa sih Asahi bikin gue jadi kayak gini?"
"Argh ASAHI."
Ryujin memukul pegangan kursi yang ia duduki hingga membuat tangannya merasakan sakit oleh ulahnya sendiri.
"Aw, tangan gue yang luka tapi kenapa hati gue yang sakit sih," rintih Ryujin sembari memegangi tangannya.
"Lo nyebelin banget sih Asahi," teriak Ryujin berkali-kali.
"Kenapa sama Asahi?"
"Bukan urusan lo."
Orang yang bertanya itu adalah Jaehyuk, adik Ryujin ini memang sengaja mencari kakaknya. Kini Jaehyuk sudah duduk di samping Ryujin.
"Eh Jaenudin, apa lo..."
Plak – Pundak Ryujin dipukul oleh Jaehyuk.
"Apa-apaan sih lo, main mukul aja."
"Ya lo yang apa hah? Jaenudin bukan nama gue."
"Terus apa harus sampe mukul hah?"
"Lo lebih sering siksa gue."
"Gue ini kakak lo."
"Terus? Gue kudu gimana? Jangan mentang-mentang lo lahir duluan jadi seenaknya, apalagi manggil gue pake nama itu. Dasar kribo berandalan."
Ryujin menghembuskan nafas kesal dan siap untuk memukul balik Jaehyuk namun adiknya itu sudah peka terlebih dahulu. Jadi Jaehyuk langsung berdiri menjauhi Ryujin.
"Dah lah capek gue punya kakak kayak lo, padahal gue punya niat baik mau ngajak lo pergi."
"Pergi kemana?"
"Belajar."
"Ahahah belajar? Belajar sono gue gak minat."
"Lo inget seminggu lagi UTS gak? emang lo udah siap dapet evalusi bimbingan belajar?"
Pertanyaan Jaehyuk membuat Ryujin terdiam. Benar kata Jaehyuk, ia harus belajar agar lolos evaluasi.
"Emang lo mau belajar dimana?"
"Rumah Asahi, lo mau ikut gak?"
Ryujin tidak langsung menjawab, sebenarnya ia ingin sekali menemui Asahi namun ia gengsi. Apalagi yang menghindar duluan tanpa ada masalah apapun itu kan Asahi terus kenapa harus dirinya yang menemui duluan, begitu sekiranya dalam pemikiran Ryujin.
"Gimana? Lama banget deh. Ikut gak?"
"Enggak, ogah gue ketemu Asahi."
"Wah ada apa nih, kalian berantem?"
"Bukan urusan lo."
"Ya udah, bener ya gak mau ikut?"
"IYA JAENUDIN."
.
.
.
Bel rumah berbunyi, Asahi yang memang kebetulan sedang berada di ruang keluarga langsung membukakan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...