Asahi menatap mata Ryujin dengan lekat, ingin rasanya ia mengungkapkan perasaannya namun lidahnya kaku.
"Gue..."
Tatapan Asahi sungguh membuat Ryujin tak karuan namun ia juga bingung mengapa Asahi menatap dengan segitunya.
"Gue...," ucap Asahi lagi namun tetap tidak bisa melanjutkannya.
"Lama banget. Lo cuma buang waktu gue deh," kata Ryujin sembari pergi dari sana, namun lagi-lagi ditahan oleh Asahi.
"Apa lagi? Lo ngomong aja susah."
Perkataan Ryujin tidak dijawab oleh Asahi tapi tiba-tiba jemari Ryujin digenggam oleh Asahi dan mereka sudah berjalan bersama. Hal itu jelas membuat Ryujin terkejut dengan perlakuan tiba-tiba seperti ini namun nyatanya Ryujin tidak melepaskan genggaman tersebut.
Keduanya sudah sampai di parkiran, tepatnya di depan motor Asahi. Asahi melepas genggaman tangannya dengan Ryujin itu lalu mengambil helmnya.
"Kita ke toko helm dulu."
"Buat?"
"Bahaya kalau naik motor gak pake helm."
"Terus?"
"Lo mau nyusul temen-temen lo kan?"
Asahi sudah menaiki motornya dan memakai helm lalu melihat pada Ryujin yang masih terdiam saja.
"Mau naik gak?"
Ryujin bengong karena ia kebingungan, itulah Asahi yang sulit sekali untuk ditebak.
"Ayo naik Ryu," ucap Asahi dengan suara lembut sembari menengadahkan telapak tangannya pada Ryujin agar gadis ini bisa menaiki motor dengan berpegangan pada tangannya.
Ryujin memegang telapak tangan Asahi, kemudian mulai menaiki motor dan tak lama motor Asahi sudah melaju pergi.
Tidak seperti sebelumnya, kali ini Asahi mengendarai motornya dengan pelan-pelan untuk keselamatan Ryujin.
Setelah sampai di toko helm, Ryujin langsung memilih helm yang disukainya dan setelah memilih lalu Asahi membayar helm tersebut.
"Kalian nongkrong dimana?"
"Tempat billiard bokap gue."
"Oke."
"Lo tau Sa?"
"Iya, dari Jaehyuk," ucap Asahi sembari memasangkan helm pada Ryujin.
Tidak perlu ditanyakan lagi bagaimana keadaan Ryujin sekarang, biarkan hatinya yang selalu berdebar itu yang bisa menjawabnya.
"Ayo naik, nanti keburu hujan."
Ryujin mengangguk lalu naik ke motor Asahi. Sore itu langit mendadak mendung, sudah beberapa hari ini mulai turun hujan mungkin sudah memasuki musimnya.
Kurang lebih dua puluh menit perjalanan, Asahi dan Ryujin sudah sampai di tempat yang di maksud itu.
"Makasih ya Sa," ucap Ryujin sembari menyerahkan helm pada Asahi.
Namun Asahi menyerahkan kembali helm itu pada Ryujin seraya berkata, "Ini buat lo, lo bisa pakai ini selama pergi bareng gue."
"Hah?"
"Ya udah gue balik."
Setelah berkata begitu Asahi buru-buru menutup kaca helmnya dan langsung menyalakan motornya, ia tersipu setelah mengatakan hal tadi pada Ryujin. Padahal dia sendiri yang berkata namun ia sendiri yang malu.
Ryujin memandangi kepergian Asahi dengan memeluk helm itu. Perkataan Asahi masih terngiang-ngiang di kepalanya bahkan untuk beberapa detik ia hanya terdiam saja. Hingga rintik gerimis menyadarkan lamunannya dan otomatis Ryujin langsung menepi untuk berteduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...