Cahaya berkilauan menuntun langkah Asahi menuju tempat yang sangat indah, ia tidak pernah melihat hal itu sebelumnya. Tempat itu seperti taman pada umumnya yang dipenuhi bunga-bunga indah namun sangat luas dan tak berujung.
Asahi menghentikan langkahnya karena merasa takjub. Tiba-tiba bahunya disentuh oleh seseorang dan betapa terkejutnya ia saat melihat orang tersebut.
"Ibu?"
Orang yang dipanggil ibu oleh Asahi itu tersenyum, dia adalah Jisoo.
"Iya nak ini ibu," ucapnya sembari memeluk Asahi.
"Ini beneran ibu? Asa kangen banget."
Tanpa menunggu lagi, Asahi membalas pelukan Jisoo. Lak-laki ini tak menyangka namun merasa bahagia. Akhirnya Asahi bisa merasakan pelukan dari Jisoo lagi.
"Anak ibu udah gede ya tapi kok keliatannya sedih gini," ucap Jisoo dengan melepas pelukannya.
"Asa kangen ibu, Asa..."
"Lucunya anak ibu, kamu masih belum berubah ya. Jangan cemberut ya sayang, sekarang ibu ada di hadapanmu nak."
"Tapi buk, bukannya ibu udah..."
Jisoo tersenyum lalu mengangguk, "Ibu hanya mampir sebentar, ibu ingin menghiburmu nak. Ibu tau kamu sedang sedih dan ibu tidak mau liat kamu begini. Ibu ingin kamu selalu tersenyum, selalu bersemangat dan sayang pada siapapun."
"Ibu, di sini sakit."
Asahi menyentuh dadanya, memang hatinya terasa amat sakit. Jisoo yang melihat itu pun menyentuh tangan Asahi lalu menatapnya dalam.
"Jangan ditahan, kamu boleh menangis."
Jisoo memeluk kembali Asahi dengan erat seraya mengusap punggung putranya itu. Jujur hatinya sakit melihat Asahi yang kini sudah menangis di pelukannya. Kepergiannya yang mendadak waktu itu tentu menghadirkan luka yang mendalam.
Setelah Asahi selesai menangis, Jisoo melepaskan pelukannya dan kembali menatap Asahi.
"Nak, merelakan memang tak semudah saat diucapkan tapi percayalah kamu masih memiliki Tuhan. Dia akan senantiasa mendengar keluh kesahmu, curhatlah pada-Nya."
"Ibu yakin kamu pasti akan merasa lebih tenang dan perlahan kamu bisa mengikhlaskan siapapun yang sudah pergi dari kehidupanmu. Oh iya, apa kamu mau janji sama ibu?"
"Janji?"
"Jadilah laki-laki yang lebih bertanggungjawab juga kuat dan tegar dalam menghadapi masalah. Mulailah fokus memperbaiki diri dan jagalah wanita yang akan menjadi jodohmu kelak. Jangan pernah menyia-nyiakan apapun kesempatan yang ada di hadapanmu, selagi itu baik dan bermanfaat untukmu."
"Kamu juga harus lebih sayang sama kakak dan ayahmu nak, cintai mereka. Walau ibu sudah pergi lebih dulu tapi ibu akan selalu ada bersamamu."
"Iya, Asa janji Bu."
"Pintarnya anak ibu. Mau jalan-jalan?" Asahi mengangguk.
Asahi dan Jisoo berjalan bersama dengan saling bergandeng tangan, keduanya terlihat bahagia. Hingga tiba-tiba tangan Jisoo lepas dari genggaman Asahi bersamaan dengan cahaya yang seolah-olah menyeret Asahi untuk masuk ke dalamnya.
Kini Asahi berada di lapangan luas yang dipenuhi rumput ilalang. Bila tadi suasananya seperti di siang hari, di tempat ini seperti sore hari dengan matahari yang akan segera terbenam.
Di sana Asahi melihat seorang perempuan menggunakan pakaian putih sama seperti Jisoo sebelumnya, perempuan itu berdiri membelakanginya.
Asahi berjalan mendekati perempuan tersebut lalu ia mencoba menyentuh bahunya. Saat perempuan itu menoleh pada Asahi, ia terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
17 Tahun (Lalu) - Asahi Ryujin
Fanfiction[COMPLETED] ✓ "Adakalanya kisah cinta itu tak harus selamanya dimiliki, namun cukup untuk dikenang." - 17 Tahun (Lalu) Bagaimana kisah cintamu saat berusia tujuh belas tahun? Ayah bilang cinta masa sekolah itu hanya "cinta monyet". Nanti saat sudah...