BAGIAN 12

2.5K 180 6
                                    

HAPPY READING 😃💘

**

Pagi hari menjelang siang, karena hari ini Ipeh mendapat jadwal kuliah siang. Hari ini ia tidak bawa motor sendiri, tetapi ia membawa mobil pemberian kakek nya yang sudah meninggal beberapa tahun lalu. Mobil itu adalah hadiah dari kakek nya yang waktu Ipeh berusia 19 tahun. Kayanya, mobil itu untuk kuliah. Dan, Ipeh di suruhkan untuk memakai mobil itu. Biasanya mobil itu di pakai oleh Abang nya, tetapi karena Abang nya lagi di Kairo yang sedang menuntut ilmu dan hanya Ipeh yang memakai mobil itu.

Ipeh berpamitan kepada kedua orang tua nya, karena waktu nya sudah sangat mepet dan tidak keburu untuk makan. "Umi, Abi, Ipeh duluan, ya?" pamit Ipeh lalu mencium kedua tangan mereka.


"Tapi, kamu belum makan, Nak!" Umi Halimah sedikit teriak pada putri nya, bahkan ia khawatir pada putri nya takut kenapa-napa. Karena dulu Ipeh mempunyai penyakit magh.

"Enggak, apa-apa, umi. Nanti Ipeh bisa beli di kantin,"

"Assalamualaikum!" Lanjut nya cukup keras. Meski tidak sopan, Ipeh sebenarnya buru-buru dan ia takut di hukum. Karena mata kuliah jadwal pertama dosen nya yaitu Riki. Sarapan tidak sarapan Riki itu datang sangat tepat waktu.

Setiba sampai nya di kampus, Ipeh menaruh mobil nya di tempat parkiran. Jangan tanyakan bagaimana respon mahasiswi yang berbeda fakultas menatap Ipeh dengan tatapan sulit di mengerti. Mereka menatap Ipeh dengan tatapan tajam. Sebenarnya Ipeh ini baru pertama kali memakai mobil untuk berangkat ke kampus. Biasanya hanya menggunakan motor saja. Dan, jika tidak pakai motor, biasanya di jemput oleh Abang atau Abi nya.

Mahasiswi itu mencibir kan menatap Ipeh dengan tatapan sinis. "Dih, dih, udah pakai mobil aja,"

"Hahaha jangan percaya deh, dia itu pakai pakaian sopan karena Cuma menutup, asli nya kelakuan nya seperti wanita yang sering keluar malam." Teman nya pun menyahuti.

Ipeh yang tadi nya sabar, emosi nya sudah hendak keluar. Tetapi Ipeh berusaha menahan diri untuk tidak emosi. Ipeh ini sebenarnya orang nya baik hati, tetapi jika ada orang yang sengaja menyinyir di belakang, itu membuat emosi Ipeh meluap. Tetapi, Ipeh itu orang nya meski sudah emosi dan ia tidak bisa mengeluarkan emosi itu. Meski di pendam, dan itu tidak boleh.

Ipeh menyamperin mereka yang sedang sibuk menyindir dari belakang. "Maaf, semuanya. Saya pakai mobil ini karena memang motor saya di pakai. Oh ya, saya punya mobil ini bukan uang hasil zina. Tapi, ini pemberian sang kakek saya. Dan, jangan sekali-kali kalian menghina pakaian saya."

Sebenarnya yang pakai mobil bukan Ipeh saja, tetapi ada mahasiswa maupun mahasiswi lain. Dan, niat Ipeh ini bukan pamer kendaraan baru. Sebenarnya ini kendaraan sudah lama di pakai, dan setiap Abang nya jemput pasti pakai kendaraan baru ini yaitu mobil.


Ipeh meninggalkan mereka, dari pada ia harus mendengarkan celotehan tidak jelas, mending Ipeh menuju kelasnya. Saat ia hendak memasuki kelas, ternyata ruang yang di tempati Ipeh sudah ada dosen nya. Yaitu Riki.


Ipeh memasuki ruangannya. "Assalamualaikum," salam nya dengan sopan.

Mereka pun menolehkan kepalanya. Riki, yang tadi nya hendak berdoa melihat mahasiswi telat datang, emosi nya meluap. Riki ini tipikal orang yang tidak suka jika murid-murid nya telat datang.


Riki menatap Ipeh dengan tatapan datar nya, meski ia ingin senyum, dan tidak tega untuk mengomeli nya tetapi tugas Riki dan Ipeh di kampus ini berbeda. Bukan calon istri tetapi mahasiswi. "Dari mana, kamu?"

Ipeh menunduk kepalanya, bibir nya tidak berani berkutik. "KALAU SAYA TANYA, HABIS KEMANA, JAWAB JUJUR!" suara Riki sangat keras membuat Ipeh semakin takut untuk menatap wajah dosen nya.

"Habis bicara sama cowok lain, kan?" tanya Riki dengan asal. Bukan asal, hanya menebak saja.

"SEKARANG SAAT NYA KAMU KELUAR! Ingat, saya tidak suka jika mahasiswa maupun mahasiswi datang nya telat!" Riki memerintahkan kepada mahasiswa maupun mahasiswi nya di fakultas kedokteran.

Ipeh keluar tanpa menatap wajah Riki yang sudah emosi. Di sini memang Ipeh salah, ia tadi tidak melihat jam lagi. Bahkan saat tadi pagi, ia masih mengerjakan tugas. Handphone nya di taruh di dalam tas.

Ipeh keluar dan meminta surat pada salah satu panitia bahwa Ipeh ini telat.


Aku ngarang yaaa....

Di dalam kelas, Riki merasa bersalah sudah membentak mahasiswi nya secara kasar. Bahkan, mahasiswi itu calon istrinya. Riki mengusap wajah nya prustasi mengapa ia harus membentak. Sebenarnya Riki ini orang nya jarang untuk membentak wanita tetapi mengapa sekarang emosi nya sudah meluap? Karena Ipeh hanya datang telat.

Aldo yang melihat kepergian Ipeh hanya kasihan, dosen nya sudah sangat kelewatan batas. Aldo mengangkat tangan nya. "Pak, saya izin keluar, untuk ke kamar mandi." Pamit Aldo yang di angguki oleh Riki. "Silakan."

Aldo menghampiri Ipeh, ia berbohong karena ia hanya kasihan dengan Ipeh. Aldo melihat Ipeh yang sedang berada di ruangan depan yang sedang menunggu panitia untuk mendatangai. "Ipeh!" Aldo memanggil Ipeh cukup lumayan keras.


Ipeh menolehkan kepalanya. "Aldo?"

"Iya,"

"Kamu kenapa keluar?"

"Gue kasihan sama lo," sahut Aldo.

"Enggak usah kasihan, di sini aku yang salah. Mangkanya pak Riki marah sama aku,"

"Lo memang salah, tapi yang lebih salah itu Pak Riki. Yang tidak bisa mengontrol emosi nya,"

"Sudah, kamu ke dalam. Aku mau lanjuti lagi," Ipeh menyuru Aldo untuk ke dalam ruangan nya. Tetapi pria itu tidak mau. Ipeh harus bagaimana untuk mengusir pria yang berada di depan nya.

"Dinding kita sangat tebal, ya? Kenapa? Kenapa, gue harus mencintai seseorang yang enggak bisa gue gapai. Kita beda agama, beda perasaan. Hati ini sangat berat untuk tidak mencintai seseorang." Lirih Aldo dalam hati agar tidak terdengar oleh Ipeh.

**

Maaf dikit banget 😌🙏


DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang