HAPPY READING!!!
**
Genggaman tangan mereka yang tadi nya sudah sangat erat di genggam tiba-tiba ada yang membuka pintu kamar Ipeh. Di dalam kamar Ipeh, sudah ada Riki dan kedua MUA yang mendandani Ipeh dan juga Riki. Ipeh juga sedikit meminta bantuan kepada suami nya.
Riki menyuru MUA itu untuk keluar kamar nya, karena Riki ingin sekali melihat mahkota istri nya secantik apa dan seindah apa. Karena aksesoris yang di pakai Ipeh sudah di taruh maka MUA itu menuruti kemauan Riki. Lagian mana mungkin MUA mengganggu pasutri baru. Ini adalah malam pertama kali nya satu kamar berdua dengan pasangan, dan tidak bersama bantal guling lagi. Ipeh dan Riki berjalan menuju ke kamar yang bermotif doraemon entah kenapa Ipeh sangat suka boneka itu. Ipeh tidak tahu bahwa Riki mengikutinya dari tadi. Jelas mengikuti karna sekarang mereka sudah menjadi suami istri dong!
Ipeh merasa dirinya sedang di ikutin seseorang ia menoleh, ternyata Pak Riki. Eh sorry keceplosan! Akan tetapi Riki selaku dosen, dan suami nya. “Kok, pak Riki ikuti Ipeh,” kata Ipeh pada Riki yang sedari tadi mengikuti nya.
Riki membuang napas nya pelan, ada yang salah toh jika mengikuti istri? “Saya mau salin baju.” Jawab Riki mampu membuat Ipeh terdiam. Sekarang Ipeh masih mengenakan jilbab nya, karena ia belum berani untuk membuka jilbab di depan orang lain apalagi Riki yang baru saja menjadi suami nya.
“Ehh....,” tolak Ipeh memegang lengan suami nya. Ipeh menghalangi suami nya agar tidak memasuki kamar mandi. Perempuan itu hanya ingin menang, padahal sebelum nya Ipeh belum bilang untuk ke kamar mandi. Mengapa diri nya beralasan untuk ke kamar mandi?
“Nggak! Intinya Ipeh dulu.” lanjut Ipeh seraya mengusir suami nya dengan halus dan sopan.
Jahat ga sih? Intinya ga JAHAT ya kan Shay?
“Kalo bisa bareng ngapain harus sendiri?” tanya Riki lalu tersenyum di akhir kalimat ucapan nya tadi.
Deg!
Apa yang di maksud Riki tadi? Oh jelas! Jangan sampai Riki ketularan nafsu yang enggak-enggak. Capek tahu jikalau abis pesta akad pernikahan lalu malam nya melakukan ibadah sunah bersama suami. Tapi percayalah, rasa cape itu insya Allah akan di balas lebih baik lagi. Dan rasa cape itu menjadi pahala bagi istri.
“Kenapa diam?” tanya Riki. Ipeh sadar dari lamunan nya. Jelas dia tadi diam karna heran dengan jawaban Riki. Ah sudahlah.
“Plis, Ipeh dulu ya, pak...,” Ipeh berusaha membujuk suami nya tetapi hasil nya sangat nihil. Riki tak percaya dengan rayuan tersebut.
“Oh oke—” ucapan Riki mampu membuat Ipeh semakin penasaran. Riki hanya bisa terkekeh geli melihat wajah istri nya.
“Syarat nya yaitu, izinkan saya melihat mahkota kamu,” jawab Riki.
Jleb!
Plis ini bukan tidak mau, hanya saja Ipeh belum siap. Karna mahkota milik nya akan di lihat oleh suami nya sendiri.
Ipeh menghela nafas nya. “Baik, tapi sekarang atau nanti?”
“Kalau bisa sekarang ngapain harus nanti?”
Okei, seperti nya Ipeh salah nanya pada suami nya sendiri.
Ipeh mempersilahkan suami nya untuk membuka jilbab yang di kenakan oleh Ipeh. Dengan perlahan Riki membuka jarum pentul yang berada di leher istri nya. Ia taruh kan jarum pentul itu di atas meja belajar. Setelah jarum pentul sudah di taruh di atas meja, Riki membuka jilbab itu dengan pelan. Yang masih tak percaya nya, Ipeh sangat cantik jikalau rambut seperti ini. Panjang tidak, tebal tidak, tipis tidak. Rambut berwarna hitam secara alami. Wangi aroma parfum yang menyengat di hidung Riki mampu membuat Riki tersenyum.
“Masya Allah, sangat cantik.” Kata yang keluar dari mulut Riki, membuat Ipeh tersenyum.
Lihatlah, Ipeh sekarang berusaha tidak senyum, karena malu. Apalagi di depan nya ini musuh nya di saat kampus.
Riki melihat bibir manis milik Ipeh yang sangat candu, bolehkah ia mencium? Tanpa sengaja. Ah ini namanya sengaja! Ipeh? Merasa suami nya itu melihat bagian bibir nya? Kenapa dengan bibir? Padahal bibir ku ga enak. Pahit rasanya.
Tanpa aba -aba, Riki memegang bibir manis milik Ipeh membuat Ipeh pengen pingsan sekarang juga. “Cukup, bibir manis ini milik saya. Tidak ada orang lain yang berani menyentuh bibir manis ini. Ini sangat candu bagi saya,”
1
2
3
4
Cklek!
“Oh sorry Abi ganggu kalian,” ucap Herman ketika melihat kedua pengantin baru yang hendak ciuman. Kenapa diri nya datang di saat mereka melakukan adegan itu. Lalu menutup kembali pintu kamar Ipeh.
Kedua pengantin baru itu merasa malu, saat ada seorang datang apalagi hendak ciuman.
Riki menutup muka nya, Ia merasa gagal dalam hal ini. Padahal ini dikit lagi melakukan hal itu, kenapa mertua nya datang dan pas sekali. Tiba-tiba ada notifikasi menyala dari ponsel nya. Riki pun melihat siapa yang mengirim pesan malam-malam seperti ini.
Lebih terkejut lagi, yang mengirim pesan nya adalah Abi Herman sebagai mertua Riki dan orang tua Ipeh.
+628****
Maaf Abi ganggu kalian, jadi obrolan nya besok aja, ya?
Jemari Riki pun membalas pesan yang di kirim oleh Abi Herman. Sebenarnya Riki penasaran apa yang ingin beliau bicarakan berdua?
Riki:
Iya, Bi.
Selesai Riki membalas pesan yang di kirim Abi nya, Maya Ipeh sedikit melirik ke arah Riki yang sangat fokus ke handphone tanpa melihat istri nya. Bukan kah jika sudah menikah jangan terlalu fokus dengan handphone? Karena istri di rumah lebih manis dan cantik.
“EKHEM!” Ipeh berusaha berdehem sekeras mungkin agar suami nya melirik ke arah nya.
Riki pun menaruh ponselnya di meja dekat kasur Ipeh, wajah nya ia dekati dengan Ipeh membuat wanita itu sangat susah untuk bernafas. Bibir Riki menyentuh kedua pipi istri nya.
Cup
“Ini balasan, tapi ini baru permulaan sih.”
Riki pun segera kabur menuju kamar mandi, ia tak peduli istri nya terdiam di atas kasur.
**
Maaf ges sedikit😌
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]
Teen FictionSingkat saja. Ini adalah kisah tentang seorang dosen dengan mahasiswi nya. Dia adalah Riki dengan Ipeh. Riki, Nama lengkap nya adalah Muhammad Riki Nurrofiq, selaku dosen pengganti dari teman ayah nya yaitu untuk mengajar di beberapa fakultas yang...