BAGIAN 22

1.6K 90 2
                                    

HAPPY READING!!

JANGAN LUPA DI VOTE DAN KOMEN NYA🖤

**

Kini pagi menjelang siang hari ini, mereka sarapan bersama keluarga Ipeh. Dari sepupu Ipeh, sepupu Riki, mereka tidak akan pulang karena rumah mereka cukup jauh. Jadi mereka menginap sementara. Dan, untuk pertama kali nya Riki sarapan bersama mertua nya, jujur Riki masih malu dengan adegan semalam. Padahal adegan seperti itu dikit lagi, entah kenapa Abi tiba-tiba datang.

Riki melihat istri nya yang sedang asik memakai jilbab di cermin, terlihat sangat cantik menurut dirinya. Wanita itu menggunakan pakai jilbab berwarna putih, wanita itu sangat cantik bila menggunakan jilbab. Tetapi, lebih cantik memakai cadar, toh Riki tidak bisa memaksakan istri nya.

“Heum, indah nya pemandangan di pagi hari,” ucap Riki memandang jendela yang sangat indah, apalagi melihat langit di pagi hari.

“Baru tahu ya, Mas?” tanya Ipeh tanpa melirik ke arah suami nya. Ia masih fokus dengan jilbab yang di kenakan.

Riki berbalik kearah istrinya yang sedang bercermin. “Ini beda lagi, pemandangan nya melebihi suasana di pagi hari. Intinya Masya Allah.” Ucap Riki memuji istrinya. Apakah istrinya tidak peka juga? Heum mungkin sih gitu.

“Siapa sih, Mas? Oh, jangan-jangan, Mas punya simpanan, ya? Atau mas tadi baru video call bareng simpanan nya ya? Review dong, Mas!” tuduh Ipeh membuat suami nya terkejut.

Riki kaget mendengar ucapan istri nya? Padahal Riki sedang memuji istrinya. Kenapa istrinya malah berpikir negatif.

Riki mendekat kan tubuh nya di belakang Ipeh yang sedang bercermin “Heh, sayang! Kenapa kamu berpikir negatif? Aku sedang memuji kamu, aku nggak mungkin punya simpanan!” jelas Riki membuat Ipeh tidak percaya.

Padahal Ipeh hanya bercanda saja, ia tahu bahwa suami nya sedang bucin dengan dirinya sendiri. Ah pengen lihat gimana kondisi Riki di saat di prank.
Ipeh berhenti bercermin, ia menatap suami nya yang sedang mau emosi. “Gemas! kalo ngambek,” ucap Ipeh memegang kedua pipi suami nya.

“Aaaaaaaa...,,” rengek Riki tiba-tiba di lantai seperti bocah.

Ipeh pun terkejut melihat Riki yang mengamuk di lantai, lihatlah Riki di kampus seperti seorang dosen cool dan di rumah seperti bocah yang meminta uang ke Mamah nya.

Ipeh sedikit jongkok agar setara dengan suami nya. “Ssstttt...,!” tangan Ipeh menempel di bagian bibir Riki, agar lelaki itu diam dan tenang.
Riki pun membisu karna Ipeh menyuruh diam.

“Ayok kita sarapan! Kok, mas jadi seperti anak kecil?” tanya Ipeh bingung.

Riki menggeleng kepala nya. Ia mencari alasan, sebenarnya Riki tidak manja tetapi kenapa jika di depan Ipeh bawaan nya ingin manja terus. “Mas, seperti ini sudah lama kok hehehe...,” ucap Riki memamerkan Gigi nya yang berkilau dan putih.

Apa? Kata nya sudah lama seperti ini? Ipeh tidak percaya hal itu.

“Ayok, sarapan! tuh sudah di tunggu sama Abi dan juga yang lain,” ucap Ipeh pada Riki.

Riki pun mengangguk. Sebenarnya ia masih malu dengan hal yang semalam. Rasa nya ingin memendam saja di sungai Amazon.

Riki berbangkit dari duduk nya menjadi berdiri, dan menarik lengan Ipeh. Ipeh merasa tangan nya di tarik. Ia pun kaget sendiri.

Baru kemarin Riki mengucap ijab qobul kenapa sekarang jadi seperti bocah.
Pasutri baru itu menuruni anak tangga dan menghampiri Abi dan juga umi nya yang sedang menyiapkan sarapan nya. Sekarang mereka sarapan bersama keluarga Riki dan juga keluarga Ipeh. Yang di meja makan pun menatap pasutri baru yang sedang menempel. Ah sosweet..

“Masya Allah pasutri baru sudah nempel-nempel toh,” ledek Hilman pada Riki dan juga Ipeh.

Ipeh yang merasa di ledeki oleh Abang nya ia tersenyum kikuk. Pasal nya ia malu. Bahkan Riki dan juga Ipeh malu dengan adegan semalam di kamar. Untung saja hanya Abi nya yang mengetahui. Semoga saja Abi nya tidak memberi tahu.

“Udah berapa ronde?” tanya Abi tiba-tiba. Jikalau Abi nya sudah membuka suara, maka menjadi gibah di Antara mereka.

Yang berada di meja pun terkejut mendengar ucapan Abi Herman yang tiba-tiba. Bahkan umi Halimah yang sedang menyendok nasi sampai tidak jadi. Hilman menoleh ke arah Abi nya dan juga ke arah kedua pasangan suami istri yang sekarang malu-malu. Hilman sangat tidak tahu apa yang di maksud oleh Abi nya. Apakah ia sekarang polos?

“Maksudnya, Bi?” tanya Hilman pada Abi nya.

Riki memberi kode kepada mertuanya, agar jangan memberitahu adegan semalam, bahkan semalam gagal untuk melakukan adegan tersebut.

“Nggak kok. Lupakan aja.” Ucap Abi pada anak nya dan juga besan nya.
Mendengar itu Riki menghela nafas nya, untung saja Abi nya tidak membocorkan rahasia yang semalam.

“Silakan duduk, wahai pasutri baru.” Ujar Hilman mempersilahkan mereka.

“Terimakasih.”

“Silakan, besan-besan di makan dulu atu,” ucap Halimah selaku umi Ipeh dan juga Riki yang mempersilahkan Keluarga Riki makan.

“Terimakasih.”

Mereka pun mengambil nasi yang di buat oleh pembantu-pembantu di rumah Ipeh.

“Kapan-kapan lagi, ya, makan bareng seperti ini,” ucap Halimah terkekeh.
Dan mereka akhirnya melanjutkan sarapan pagi nya, tidak ada suara kecuali sebuah suara dentingan dan juga sendok.

**


KOK DIKIT GES") NYESEK BANGET 😌

SEMOGA SUKA YA!!



DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang