Acara pernikahan mereka sudah menuju malam, tamu-tamu hanya beberapa teman Riki yang dari alumni pondok pesantren, alumni sekolah, dan alumni kuliah nya. Ipeh hanya mengundang alumni pondok pesantren, alumni sekolah, dan beberapa tetangga ataupun saudara-saudara nya. Pernikahan mereka memang tidak di sebarkan oleh pihak kampus, kemungkinan hanya dosen-dosen yang pria datang. Jika dosen perempuan, pasti yang sudah bersuami.
Riki melihat istri nya yang dari pagi hingga waktu nya malam ini tidak duduk, bahkan wanita itu jika duduk hanya beberapa menit atau pun detik. Duduk lama nanti akan ada sesi foto, maka dari itu Ipeh cukup lumayan pegal. Mau bagaimana pun, ia harus menghargai tamu.
Riki semakin tidak tega, ia menyuru istri nya untuk duduk. Riki memegang bahu istri nya. “Duduk gih, lagian tamu sudah lumayan, kok.” Pinta Riki.
“Yakin boleh?”
Riki mengangguk kepalanya. “Iya, boleh.”
Dengan senang hati Ipeh pun duduk di samping suami nya. Riki meminta salah satu ponakan dari keluarga nya untuk mengambil makanan. Karena para tamu sudah dikit lagi, mereka di suruh untuk masuk ke dalam rumah. Yaitu dalam proses makan bersama.
Riki menggandeng tangan Ipeh, setelah itu mereka turun dari pelaminan menuju ke dalam rumah Ipeh. Di sana, sudah ada keluarga Ipeh dan keluarga Riki yang menyambut mereka.
Ipeh duduk di samping suami nya. Di depan mereka sudah ada makanan. Setelah membaca doa selesai, kedua orang tua Riki menyuru kedua nya untuk saling suap-suapan.
“Ayok suap-suapan!” titah Khadijah pada putra nya.
Ipeh mengambil makanan yang sudah di sediakan. Setelah itu ia suap kan nasi dan ayam panggang kesukaan mereka berdua untuk di masukkan ke dalam mulut Riki.
Keluarga mereka pun hanya bisa tertawa senyum melihat pasutri baru.
“Masya Allah! Baper aku,” celetuk salah satu ponakan Riki.
“Anak kecil nggak boleh baper, kalian harus fokus ke sekolah saja.” Sahut ayah dari ponakan Riki.
Setelah acara makan-makan selesai, mereka balik ke pelaminan.
**
Saat mereka hendak mau duduk, tiba-tiba ada seorang perempuan yang memakai hijab berwarna merah muda datang menghampiri Riki dan Ipeh. Dia adalah Adelia Rasya Arrofiq adik dari Riki yang berusia lima belas tahun duduk di bangku SMP kelas 9.
"Woaa!!! Sakinah mawadah warahmah, teh Ipah dan A Iki!" sorak Adel semangat. Tak lupa juga ia mencium pucuk tangan Ipeh dan Riki secara bergantian.
Melihat itu Riki dan Ipeh terkejut, kenapa adik perempuan nya se bar-bar ini? Padahal abang nya sangat stay cool tetapi adik nya malah bar-bar. Apakah mereka terlahir dari keluarga yang berbeda? Adik nya bar-bar karena keturunan dari Mama nya, Riki yang stay cool turun dari sifat Papa nya.
"I-ini adik pak Riki?” tanya Ipeh pada Riki yang menatap heran pada adik nya.
Riki pun mengangguk. “Iya, dia adik saya. Kamu kenal?”
“Kok waktu lamaran, akad, dia tidak ada?”
"Dia sok sibuk, bahkan tadi pagi juga sibuk,” jawab Riki. Ipeh hanya mengangguk kepalanya. Ipeh sangat kenal dengan Adel, Adel adalah murid nya semasa di les yang waktu itu di bangun.
“Maaf, ya. Adel tidak bisa hadir di acara lamaran kalian dan acara akad kalian berdua, sungguh sedih hati Adel. Tapi Adel bahagia! Kalo kalian bersatu, Kan memang dari dulu udah sosweet, bahkan a Iki aja udah pernah cerita tentang kak Ipeh pada Adel, Adel kira cewek itu siapa, tapi pas waktu mamah dan papah cerita, cewek itu kak Ipeh! guru les dan penyemangat Adel!” jelas Adel dengan sorak bahagia, lihat lah Adel memang bahagia di depan orang lain walaupun hati nya benar-benar hancur, gimana ia tidak sedih jikalau Abang kesayangan nya itu sudah akan menjadi calon kepala keluarga.
Riki merasa aib nya di sebar oleh adik nya, sangat merasa kesel, Kenapa adik nya sangat bawel banget. Ia mau marah akan tetapi di samping nya ada istri nya, gimana dong.
Mereka tersenyum melihat Adel. Tiba tiba Ipeh memeluk murid nya yang sekarang menjadi adik ipar nya. "Heum, memang nya, Pak Riki selalu cerita tentang kak Ipeh?” tanya Ipeh, yang di angguki oleh Adel.
Lihatlah Adel sangat membuka privasi seseorang, tolong pendam kan Adel sedalam mungkin!
"Gimana dong, jelaskan!” Ipeh memancing agar Riki semakin malu di depan diri nya.
"Nggak mau deh, nanti a Iki nya cemberut, nggak kasih Adel uang jajan lagi."
Mereka pun tertawa mendengar ucapan Adel.
Tanpa di sadari tiba-tiba Adel memeluk Riki dengan erat, wanita itu baru saja pulang kegiatan sekolah lalu malam nya ia harus ikut hadir di acara pernikahan abang nya. Jika ia izin tidak ikut kegiatan sekolah maka beasiswa nya akan di cabut oleh pihak kepala sekolah. Terpaksa lah Adel dari bulan lalu sampai sekarang masih kegiatan latihan Pramuka.
"Abang, Nggak lupakan Adel, kan?” tanya Adel pada Riki.
Riki mengelus kepala Adel yang di tutupi oleh hijab. "Tidak kok, abang bakal selalu ingat Adel, Adel jangan sedih ya,," pinta Riki setelah itu mencium kening adik nya.
"Hikss... Adel takut Abang ga sayang Adel lagi hikss..." Tangisan Adel yang membasahi baju Riki kenakan sekarang sudah basah. Ipeh pun terkejut, ia tahu rasanya di tinggal abang nya menikah. Tadi saja mendengar curhatan sang Abang yaitu Hilman air mata nya menetes. Ipeh dan Riki terbalik nya gitu. Hilman yang menangis karena Ipeh sudah menikah, dan Adel yang menangis karena Riki sudah menikah.
"Cup, cup..., Adel tetap adik Adel, Jikalau Adel ingin main ke rumah kita, pintu selalu terbuka untuk Adel.” Ipeh bergantian menenangkan Adel yang sudah resmi menjadi adik ipar nya.
Adel melepaskan pelukan nya. “Yakin?” mata nya sumringah mendengar ucapan dari Ipeh.
Mereka pun terkejut. “Iya dong, masa sama adik kakak yang paling cantik ini nggak boleh main ke rumah.”
"Woaa!!! terimakasih kak Ipeh yang baik!” sorak ak Adel lalu memeluk Ipeh membuat Riki cemburu.
Kenapa cemburu? Ah nggak jelas memang!
Riki menatap adik nya, berani-berani nya mencium begitu aja, Riki saja tidak berani menyentuh nya.
"Heh! berani nya kamu peluk istri Abang!” ucap Riki tak terima.
"Serah, Adel wlee...”
**
Setelah acara selesai, mereka saat nya berada di rumah Ipeh. Keluarga Riki dan keluarga Ipeh pulang nya esok, karena esok mereka sekalian melakukan selametan kepada tetangga. Saat ini Riki dan Ipeh berada di kamar Ipeh yang sudah banyak di isi dengan kado-kado pernikahan mereka.
Karena hari ini pun rasa nya sangat lelah, jadi mereka tidak membuka kado secara malam ini juga. Tetapi mereka membuka kado nya nanti.
Ipeh membuka gaun nya di bantu oleh suami nya, sedari tadi pria itu telah menatap Ipeh tanpa berkedip. Ipeh yang di tatap oleh suami nya hanya bisa menahan salah tingkah.
Tanpa di sadari tangan Riki mengambil tangan mungil Ipeh untuk di genggam nya. Saat mereka telah asik bersantai, tiba-tiba ada seorang pria paruh baya yang datang menghampiri mereka.
“Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam.”
“Abi mau bicara sama kalian berdua," kata Abi Herman tiba-tiba.
"Bicara apa?"
"Nanti saja, kalian ganti baju dulu.” jawab Hermansyah.
"Oh, okei.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]
Fiksi RemajaSingkat saja. Ini adalah kisah tentang seorang dosen dengan mahasiswi nya. Dia adalah Riki dengan Ipeh. Riki, Nama lengkap nya adalah Muhammad Riki Nurrofiq, selaku dosen pengganti dari teman ayah nya yaitu untuk mengajar di beberapa fakultas yang...