BAGIAN 6

1.5K 84 1
                                    

happy reading 🐣


**
Aku ga pernah menyerah jika lamaran ku di tolak. Karena apa? Karena aku yakin, Allah memperlancar niat aku lillahi ta’ala. Niat ku untuk melamar mu bukan karena nikah itu hanya menjadi bahan penafsuan, bahan pamer ke sosial media. Tapi, niat ku hanya ingin menjadi pendamping hidup mu, dan aku akan menjaga kamu sebaik yang aku bisa, aku akan menjadi kamu sebagai Khadijah ku, seperti Rasulullah. Kamu adalah hawa ku yang selama ini aku cari. Dan, aku adam mu yang selama ini Allah rahasiakan.

Pernah dengar dengan cerita Sayyidina Ali dan Sayyidah Fatimah? Ya, Ali bin Abi Thalib sahabat dari Rasullullah, Sayyidina Ali pernah menyerah karena apa? Karena Ali tidak mempunyai kekayaan apa pun, Ali hanya mempunyai kekayaan hati dan cinta kepada Allah swt. Tetapi, Rasullullah Saw mengatakan bahwa Allah swt sudah menjodohkan Ali dan Fatimah di langit.

Maka dari itu, aku akan yakin niat aku. Aku juga yakin karena Allah.

@Riki Nurrofiq.

Sesuai janji nya Riki, Riki mengirim CV ta’aruf melewati flashdisk. Kemungkinan hari ini jadwal Riki di pagi hari, waktu kemarin Riki mendapatkan jadwal siang. Riki menggunakan jas dosen nya, tak lupa juga dasi yang sangat rapi. Baju nya yang di masukkan ke dalam celana, dan celana nya yang sangat rapi itu. Rambut nya ia sisir di belah menjadi dua. Karena hari ini Riki juga memasuki ruangan kelas Ipeh yaitu fakultas kedokteran jadi ia gampang untuk bertemu dengan Ipeh.

     Dua hari Riki menginap di rumah orang tua nya, respon mereka pada anak nya cukup membuat terkejut. Papa Riki bilang, bahwa kalau ingin melamar seseorang tidak usah terlalu ribet membuat CV ta’aruf karena zaman sekarang sudah tidak ada yang menggunakan itu lagi, dan sangat jarang. Tetapi Riki sangat ingin mengenal lebih dekat lagi melalui CV ta’aruf.

     Setiba sampai di kampus, Riki di kejutkan oleh kedua teman nya yang berada di parkiran, iya, Hisham dan Afnan berada di parkiran karena menunggu Riki. Alasan nya mereka berdua ingin meledeki Riki. Belum lagi Riki menaruh motor nya di parkiran kedua pria itu telah usil senyum-senyum tidak jelas. Riki segera menaruh motor nya tanpa mempedulikan mereka. Tetapi, hasil nya nihil. Afnan dan Hisham mengikuti gerak gerik Riki sampai pria itu hendak menaruh motor nya.

     Riki merasa risih hanya menghembuskan nafas nya. “Kalian kenapa sih? Kok gangguin ane terus!”

     Bukan menjawab mereka malah senyum-senyum sendiri membuat Riki bergidik ngeri. “Muka kalian ngeselin plus serem!” timpal Riki membuat senyuman mereka pudar. Riki yang terkejut memegang kedua pipi Hisham dan Afnan secara gantian.  “Kalian enggak gila ‘kan?’ tanya Riki yang masih setia memegang kedua pipi mereka.

     Hal itu membuat mereka tertawa karena seorang Riki bisa membuat hal lelucon apalagi di depan sahabat nya. Riki hanya pasrah melihat tingkah mereka berdua, bagaimana pun yang waras di sini hanya Riki. “Kalian kenapa sih?” tanya Riki lagi.

     “Ciee babang Riki bikin CV ta’aruf untuk ayang,” goda Hisham.

     Ternyata ini yang membuat mereka senyum-senyum tak jelas? Mereka senyum-senyum sendiri hanya ingin meledeki diri nya? Kan, memang benar mereka benar-benar gila! Sebenarnya ini rahasia Riki dan Hisham tetapi pria itu malah membocorkan rahasia nya. Bisa gila kalau seperti ini! Kan, harus nya Riki tidak usah minta saran pada pria gila seperti Hisham.

     Afnan pun mengedipkan mata nya sebelah lalu menoel dagu Riki seakan-akan menggoda tetapi Riki malah menepis tangan Afnan membuat pria itu tertawa, lebih berbeda dari yang lain, kalau orang lain tangan nya di tepis bisa marah tetapi Afnan hanya tertawa tidak jelas.

     “Kalian gila ‘kan?” tebak Riki.

     “Dih! Gila gimana babang Riki?! Kita tuh berdua lagi menggoda babang Riki yang katanya mau melamar seorang mahasiswi,” jawab Hisham dengan enteng.

     “Minggir deh, ane mau ke ruangan rapat!” usir Riki pada kedua temannya.

     Mereka hanya mengusap dada nya. “Gapapa deh gapapa di usir, kita pegel loh nunggu ente, tapi ente malah kabur ninggalin kita,” celetuk Afnan dengan nada sedih.

     Riki mengusap dada nya, ia harus bersabar lagi bila berdekatan dengan kedua teman absurd nya. Mengapa ia harus bertemu dengan kedua pria seperti mereka? Apa tidak ada yang waras sekali pun? Riki menuju kantor para dosen, mata nya melihat salah satu dosen wanita yang memakai pakaian ketat. Karena memang di sini sangat sepi dan Dosen lain belum saat nya tiba. Wanita itu menangis sambil memeluk kedua bahunya. Sekujur tubuh Riki sangat merinding, di kantor belum ada yang tiba.

     “Hei?” panggil Riki pelan.

     “I-iya,” ucap nya terbata-bata karena hampir ketahuan bahwa wanita itu menangis. Wanita itu seperti Bu Mira yang waktu itu tiba-tiba mendekati nya. Riki terkejut lagi melihat penampilan Bu Mira yang mata nya sudah mulai membengkak akibat terlalu lama menangis.

     “Ibu, kenapa?”

Sebenarnya saya manggil dia apa?

     Mira langsung menggeleng kepalanya dengan cepat. “Enggak kok, Pak. Saya lagi banyak pikiran saja,” jawab nya agar tidak mencurigakan.

     “Baik, kalau ada masalah jangan di pendam. Kamu bisa aja cerita kepada siapa pun itu, tapi alangkah baiknya curhat kepada Allah Subhanahu wata’ala,” jelas Riki memberi tahu.

     Mira mengangguk kepalanya, Sebenarnya ia saja lupa dengan kewajiban ibadah nya, terakhir ia shalat saja saat waktu kelas 1 SMA itu pun bolong. Bagaimana harus bercerita pada Allah? Apa yang harus Mira lakukan?

      “Iya, Pak. Terima kasih,”

**
     Saat ini Riki berada di sebuah kantin, ia melihat beberapa wanita yang dekat dengan meja nya. Di sana ada beberapa wanita yang Riki kenal, ada Ipeh yang memakai Khimar lebar dan kedua teman nya. Mereka asik berbicara sampai ada yang tertawa karena ada hal lucu.

      Riki berniat untuk menyamperin Ipeh karena jika ia menyamperin lalu berduaan itu tidak mungkin bagi keduanya. Mereka sama-sama gengsi dan malu, apalagi mereka baru saja kenal. Riki mengasih sebuah flashdisk yang sudah ia foto copy, karena tidak mungkin Riki mengasih pada email Ipeh. Iya, karena memang Riki saja tidak tahu.

      Riki mengasih membuat mereka menoleh secara bersamaan. Bahkan, teman nya saja sampai ternganga melihat Riki mengasih sebuah surat. Hei, ini bukan zaman di pesantren yang mengirim surat lalu jika ketahuan ketua asrama akan di bakar. Hah, sudahlah.

     Ipeh yang melihat pun hanya menatap tak percaya, kenapa dosen nya yang satu ini bisa bersikap berubah-ubah? Terkadang ngeselin, bucin, cuek, dan lain-lain. Sebelum tangan Ipeh mengambil dan membaca, Ipeh ingin bertanya sementara. “Ini buat apa, Pak?”

     “Itu surat CV ta’aruf, tolong di terima.”

     “HAH?!”

Kenapa mesti harus ta’aruf dulu? Apa tidak bisa langsung dan temui orang tuanya? Sudah lah, Ipeh tidak tahu mengapa dosen nya ini. “Kan, bisa langsung, Pak.”

“Kita belum kenal lebih lama, saya ingin kenal lama kita lewat CV ta’aruf ini,” jawab Riki.

Ipeh mengangguk kepalanya. “Jadi, ini buat saya?”

Riki yang terlewat gemas pun akhirnya terpaksa ia menderetkan gigi nya. “Itu untuk tukang bubur yang depan kampus.”

Ipeh menatap Riki dengan tatapan tajam nya. Untung saja di kantin tidak terlalu ramai, Cuma ada beberapa orang saja dan dosen-dosen aja ga ada yang ke kantin selain Riki dan kedua temannya. “Baiklah, saya akan kasih ke tukang bubur.”

“AISH!” Nurul yang gemas pun memegang kedua pipi Ipeh. Mengapa teman nya harus lemot dulu? Kenapa! Nurul dari tadi menguping pembicaraan mereka. Bahkan wanita itu sempat gemas sendiri. “Ipeh, ini buat kamu. Pak Riki kasih ini untuk kamu, its okei?”

“Iya.”


**




Haii kembalii dengan ku🤪

Aku mau nanya

Kalo cerita ini di terbitin kalian mau beli ga?

Bantu jawab ya"))

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang