BAGIAN 14

1.5K 82 1
                                    

HAPPY READING!!

14→

**

Hari ini Riki tidak ada jadwal kuliah, dan hari ini pun ia cuti. Saat ini Riki masih berada di rumah Mama nya ia belum balik ke apartemen. Riki membuka jendela nya, terlihat sangat adem dan bagus. Matahari yang sudah terbit, daun-daun yang sudah megar dan membunga. Riki duduk di kasur nya ia masih memikirkan ucapan nya yang kemarin, yang sudah membentak mahasiswi yang insya Allah akan menjadi calon istri nya. Riki menyamperin Mama nya dari pada galau tidak jelas di dalam kamar.
Kamar Riki bagian atas, dan dapur di bagian bawah. Dari tangga sudah terlihat dapur. Di dapur sudah ada Mama nya yang sedang memasak. Riki pun menghampiri Mama nya. “Selamat pagi, Ma.” Sapa Riki dengan lembut.

“Pagi juga,”

“Kamu enggak ke kampus, Nak?"

“Enggak, Ma.”

“Berapa hari?”

“Hari ini saja.”

Dari pada ia mengganggu Mama nya yang sedang memasak, Riki berniat untuk menuju ke Papa nya yang sedang menyuci motor. Motor diri nya memang sudah di cuci, ini hanya motor Papa nya. Wajah Riki yang tadi nya bahagia menjadi lesu. Manaf yang sadar pun melirik putra nya, lalu mematikan sebuah kran air. Manaf menghampiri Riki yang sedang duduk di bangku sambil melihat beberapa tanaman.

Manaf duduk di samping Riki yang sedang galau. “Galau? Di betterin aja.”

INI BUKAN ENDORSE 😭 KALO MAU DI ENDORSE GA APA-APA 😭

“Papa, ga lucu.” Cibir Riki pada Papa nya.

“Lagian kamu malah galau, kenapa emang? Kan, calon pengantin enggak boleh galau,” timpal Manaf meledeki Riki.

“Pa, emang salah, ya, Riki bentak perempuan?” tanya Riki dengan pelan membuat Manaf terkejut. Manaf tidak mengajarkan putra nya untuk membentak wanita, karena hati wanita itu sangat istimewa. “Kamu bentak siapa?!” tanya Manaf dengan tegas.

“Ipeh.”

“Astaghfirullah! Kenapa kamu bentak Ipeh, dia kan, calon istri kamu!”
“Riki enggak suka kalau ada mahasiswi yang telat, Pa.” Sahut Riki. Manaf mengerti pada putra nya kenapa Riki membentak. Tetapi saat ini sasaran nya sangat salah, harus nya wanita seperti Ipeh tidak boleh di bentak apalagi mereka sebentar lagi akan menjalankan hubungan yang insya Allah di resmikan oleh agama dan negara.

Manaf tak habis pikir dengan jalan putra nya. “Sekarang, kamu minta maaf! Papa enggak suka kamu membentak dia! Ingat, dia bukan hanya mahasiswi kamu tapi calon istri kamu! Kalau nanti Ipeh masih punya dendam sama kamu, gimana? Terus, Ipeh minta batalkan pernikahan kamu, gimana? Mau?” ucap Manaf panjang lebar dan membuat Riki takut.

“Gimana agar dia enggak marah lagi?”

“Ajak dia jalan-jalan, tapi jangan berdua. Ingat!”

Karena kebetulan hari ini Abel sekolah, Riki memasuki rumah nya, ia sudah mandi. Hanya saja ia belum bertemu Abel, biasa adik nya itu berangkat bersama Papa nya karena Papa nya sedang sibuk mencuci motor, dan Riki yang mengantarkan nya. Di meja makan sudah ada Mama nya dan juga Abel yang memakai pakaian seragam sekolah putih biru.

Riki mendekati adik nya. “Kamu berangkat sama Abang, ya?”

“Baik!” adik nya pun menuruti sambil mengangguk kepalanya.

Khadijah yang melihat putra nya dengan wajah galau, akhirnya ia berani untuk bertanya. “Kamu kenapa?”

“Hah, aku?” beo Riki.

“Iya.”

“Enggak apa—

“Anak mu membentak mahasiswi nya, dan itu Ipeh.” Serobot Manaf yang tiba-tiba datang dan sudah muncul di depan pintu.

Kedua tangan Khadijah di taruhkan ke pinggang nya karena mendengar ucapan dari suami nya. “APA?! KENAPA KAMU MEMBANTAK PUTRI MAMA, HAH?!” bentak Khadijah dengan keras.

“Tapi, kan, putri Mama hanya Abel.” Sahut Riki dengan tatapan tanpa ada rasa bersalah. “Selagi dia masih jadi calon mantu Mama dan mantu Mama, dia tetap putri Mama.”

Khadijah mengambil sendok makan yang berada di depan diri nya, sendok itu melayang di sebuah punggung Riki. Riki yang di perlakukan seperti itu hanya meringis. Punggung nya sangat sakit, Mama nya memang sering bermain tangan. “Ma, sakit...,,” rengek Riki.

“Lebih sakitan mana, kalau kamu sudah membentak dia, dan kamu enggak tahu arti isi hati perempuan?!”

“Aku bukan cenayang, Ma!” serobot Riki.
“POKOK NYA ENGGAK MAU TAHU, KAMU ITU HARUS MINTA MAAF SAMA IPEH, SEKARANG JUGA!”

“Tapi, Ma—

“Enggak ada tapi-tapi an!”

“Makan dulu, agar senyum kembali.” Bisik Manaf di telinga Riki. Riki pun mengangguk kepala nya, lalu mengambil sebuah piring dan ia mengambil dua centong nasi mengambil nasi.
**
Mereka sudah selesai sarapan bersama, Riki mengantar adik nya untuk berangkat sekolah, sekolah yang di namakan SMP NEGERI AL AZHAR yang sudah terkenal di daerah Yogyakarta. Riki mengantar adik nya menggunakan motor, karena kalau menggunakan mobil, mobil itu telah di pakai oleh Abi nya untuk ke kantor.

Selama di perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Mereka masih diam. Tiba-tiba Riki berhenti di sebuah pedagang kaki lima membuat Abel bingung. “Kak, kok berhenti?”
“Mau beli makanan untuk Ipeh,”
“Abang marahan, ya?” tebak Abel. Dan, Riki yang di tanya seperti itu hanya diam tanpa berkutik.

Riki segera membeli makanan, di sana sudah ada tukang martabak telur, martabak manis, bakso, dan beberapa makanan yang lain. Di sini ada tukang pedagang kaki lima karena lumayan dekat dengan sekolah Abel. Dari pada Abang nya lama, akhirnya Abel menunggu lama, Abel menyamperin Abang nya yang sibuk membeli beberapa makanan.
“Bang,”

“Iya?”

“Abel berangkat duluan, ya? Lumayan dekat kok,”

Riki pun mengeluarkan jempolnya. “Baiklah, hati-hati ya, semangat belajar nya.”

Abel mencium pucuk tangan adik nya. “Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam.”
**
Riki sudah membeli beberapa makanan untuk Ipeh. Semoga setelah ini Ipeh tidak akan ngambek alias marah. Riki menuju rumah Ipeh, ia membeli makanan hanya Martabak manis, karena martabak telur Ipeh tidak terlalu suka. Dan, bakso bakar, Jagung susu keju (Jasuke), minuman yang manis-manis, sosis bakar, dan banyak lagi.

Setiba sampai nya di rumah Ipeh, Riki menaruh motor nya di depan rumah Ipeh, ia melihat Abi Herman yang sedang menyiram tanaman di rumah nya. Riki segera menyamperin Abi Herman lalu mencium pucuk tangan beliau. “Assalamualaikum,”

“Waalaikumsalam.”

“Cari Ipeh, ya?” tanya Abi Herman yang di angguki oleh Riki. “Di dalam, Nak.”
“Sebelum ke Ipeh, saya boleh bicara sama Abi?” tanya Riki yang di angguki oleh Abi Herman. “Tentu boleh, Nak.”
Abi Herman mematikan kran air nya. Lalu, menaruh di dekat sana. Mereka duduk di tempat bangku yang di depan rumah Ipeh.

“Maaf, Abi. Saya sudah membentak Ipeh kemarin, maka dari itu ke datangan saya ke sini untuk meminta maaf kepada Abi, saya salah. Seharusnya saya tidak membentak Ipeh,” ucap Riki memegang kedua tangan Abi Herman.

Abi Herman tidak marah, melainkan tersenyum. “Enggak apa-apa, Nak. Abi sudah maafin kamu, pasti kamu membentak juga ada alasan nya.”

“Tapi, apa Ipeh marah sama Riki?”

“Insya Allah enggak. Sekarang kamu temui Ipeh, atau Abi yang bilang?”

“Abi saja.”

Selama menunggu Abi Herman yang memanggil putri nya, Riki melihat beberapa tanaman yang sangat bagus. Kata nya, mereka menanam tanaman ini karena ke sukaan Ipeh, dan tanaman ini boleh Ipeh yang beli. Hanya saja yang merawat Abi nya.

Selama beberapa menit kemudian, Ipeh datang menghampiri Riki dengan pakaian yang memang simpel tapi membuat Riki takjub melihat nya. Ipeh masih menunduk kepala nya. Hari ini Ipeh mendapat jadwal siang.

“Silakan kamu bicara, tapi jaga jarak, ya?” pinta Abi Herman.

“Iya, Abi?” Riki pun menurutinya.
Ipeh menyuruh Riki untuk masuk ke dalam, Riki pun hanya bisa mengikuti Ipeh dari belakang. Riki duduk di sofa, dan Ipeh ke dapur untuk mengambil air. Saat Riki hendak gugup tiba-tiba umi Halimah datang dari dalam membuat Riki terkejut. Riki langsung beristighfar. “Kamu kenapa kaget?”

“Enggak umi, Riki hanya terkejut aja melihat umi.”

“Sama aja, Nak.” Halimah terkekeh melihat calon mantu nya. Riki ini jarang sekali untuk ke rumah wanita lain selain saudaranya. Maka dari itu Riki gugup.

“Umi mau ke pasar, Nak. Bicara nya jangan sampai terlewat batas, ya?”

**
Aku skip ya, banyak banget🙏😭.

“Ada apa?” tanya Ipeh membuka suaranya.
“Saya minta maaf, atas kelakuan saya kemarin. Harus nya saya tidak usah membentak kamu,”

“Pak, bapak enggak salah. Tapi aku yang salah, yang sudah datang terlambat. Aku tidak ingat waktu kalau kemarin ada jadwal bapak. Kemarin juga, maka aku terlambat, tiba-tiba ada mahasiswi yang datang langsung mencibir aku.” Ucapan Ipeh membuat Riki terkejut mendengar nya. “Siapa?”

“Ada, dan itu fakultas lain. Bapak ngapain repot-repot datang pagi-pagi untuk minta maaf saja? Lagian kan, bapak ga ada salah.”

“Saya di hantui rasa kesalahan saya,”

“Aku udah maafin Bapak kok. Ipeh juga minta maaf atas kesalahan Ipeh.”

“Kamu enggak salah,”

“Oh ya, ini saya bawakan makanan untuk kamu dan juga Abi dan umi.” Riki menyodorkan makanan nya pada Ipeh. Ipeh membuka langsung terkejut, banyak sekali makanan yang harus di belikan. Ingin menolak tetapi melihat wajah Riki sudah sangat seram dan ga jadi untuk menolak nya.

“Terimakasih,”

Gemas banget, pengen cium, peluk. Ya Allah! Godaan macam apaan ini, Astaghfirullah maafkan hamba!!!

**

SIAPA YANG SUKA?!

VOTE YA GENGS🤩

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang