HAPPY READING ✨
**
Selama beberapa menit mereka tidak ada topik pembicaraan, Riki melihat penampilan Ipeh yang mau pergi ke kampus. Sebenarnya hari ini ia tidak ada kegiatan apa pun, dari pada ia iseng di rumah main handphone, Riki berniat untuk mengajak Ipeh berangkat ke kampus. Niat Riki bukan modus, tapi Riki berniat dengan baik hati tidak ada alasan lain.
“Kamu mau berangkat ke kampus, kan?” tanya Riki.
Ipeh pun menoleh ke sumber suara. “Iya, Pak.”
“Sama saya aja, mau? Saya enggak ada niatan untuk modus kamu, kok. Saya juga tidak mau mengingkari janji saya untuk tidak menyentuh wanita yang bukan mahram saya,” Riki mengajak Ipeh untuk berangkat bersama. Riki mengantar nya tidak sampai ke dalam kampus, tapi Riki mengajak nya sampai di depan gerbang saja.
Ipeh tampak pikir kalau ia berangkat bersama dosen nya, lalu nanti jika di tanya oleh orang lain, ia harus apa jawab nya? Ipeh dan Riki yang di kenal yang malas berinteraksi, apalagi Ipeh yang sudah memaki-maki Riki karena tidak suka mata kuliah nya dan tidak suka dengan dosen nya. Dulu, Ipeh sempat suka, tetapi rasa suka itu ia pupus kan. Ia pendamkan, karena sifat Riki dulu sangat baik, cuek tapi peduli. Tapi saat waktu beberapa bulan lalu, sifat Riki sangat ngeselin membuat Ipeh tidak suka.
Riki yang melihat Ipeh tak ada suara, dan ternyata wanita itu lagi sedang mikir sesuatu. Riki hanya terkekeh geli melihat kelakuan wanita yang berada di samping nya.
“Saya ke sini naik motor, tenang, saya bawa helm kok. Kalau kamu tidak mau jadi bahan omongan orang lain,” Ipeh yang mendengar pun terkejut. Berarti dari tadi Riki sangat mengetahui kalau yang ada di pikiran nya ternyata ini. Ah, sebenarnya di depan nya ini dosen atau cenayang? Atau pula dosen yang berkedok menjadi cenayang.
Ipeh menghela nafasnya. “Ipeh harus izin dulu,”
“Biar saya yang izin, kamu siap-siap sekarang!” Riki menghadang Ipeh yang hendak menuju Abi nya. Ipeh pun menuruti nya. Selama Ipeh di dalam kamar, Riki berniat untuk menyamperin Abi Herman yang sibuk berduaan dengan umi Halimah. Ternyata kedua pasangan itu kalau di lihat-lihat sangat cocok, pantas mereka melahirkan anak yang ada sangat cantik seperti Ipeh. Meskipun mereka lahir bukan dari keluarga yang istimewa tetapi keluarga mereka sudah mendidik anak-anak nya untuk menjadi orang baik.
Riki menyamperin mereka, sebenarnya ia tidak tega untuk mengganggu orang lagi berpacaran di depan rumah. Tetapi ini sebenarnya terobos aja deh. Riki menunduk di antara kedua nya, ia duduk dengan jongkok untuk menghormati yang lebih tua dan lebih dewasa. Riki sudah di biasakan duduk jongkok di depan orang tua. Dari yang Riki menjadi seorang pesantren. Kedua nya tampak terkejut melihat Riki yang sudah berada di bawah lantai.
“Kenapa, Nak?”
“Enggak usah duduk di bawa gitu, atu.” Umi Halimah menyuru Riki untuk duduk seperti biasa.
“Umi, Abi, Riki di sini izin untuk mengantar Ipeh ke kampus, boleh?”
Mereka tampak terkejut mendengar nya. Umi Halimah yang mendengar hanya tersenyum. “Alasan kamu ingin mengantar Ipeh, enggak modus, kan?”
Riki menggeleng kepalanya sambil menyodorkan kedua jari nya '✌️’ “Enggak, Umi, Abi.” Sahut Riki dengan cepat.
“Kalian bukan mahram, bahkan kalian baru saja tunangan, bukan setiap orang tunangan itu di bolehkan untuk berduaan. Meski orang lain setiap tunangan keesokan nya malah berdua lah, terus pergi ke mana-mana berdua lah, tetapi kami berdua menjaga putri kami untuk jauh dari hal seperti itu. Bahkan, kalian mengobrol aja selalu kami waspadai, kan?”
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]
Teen FictionSingkat saja. Ini adalah kisah tentang seorang dosen dengan mahasiswi nya. Dia adalah Riki dengan Ipeh. Riki, Nama lengkap nya adalah Muhammad Riki Nurrofiq, selaku dosen pengganti dari teman ayah nya yaitu untuk mengajar di beberapa fakultas yang...