Happy reading!!
**
Saat ini mereka berada di dalam kamar, mereka masih saja menutup mata nya masing-masing karena kemungkinan menurut mereka berdua hari ini cukup sangat melelahkan hingga akhirnya mereka tertidur bangun di saat pukul 13:00 siang. Sangat lama sekali, mereka tidur tiga jam.
Ipeh membangunkan suami nya yang sudah ada di atas perut Ipeh sambil melingkarkan tangan nya pada pinggang Ipeh. Ipeh yang hendak mau bangun pun susah akibat suami nya terlalu erat untuk memeluk nya.
Ipeh tersenyum melihat suami nya yang tertidur dengan pulas, aroma parfum yang menyengat wangi nya di hidung Ipeh. Tak sengaja Ipeh menahan senyuman nya. Ipeh bersyukur yang menjadi suami nya adalah dosen nya yang sendiri yang hampir pernah ia sukai saat di kampus. Dan saat Ipeh tidak menyukai nya karena sifat Riki membuat Ipeh kesal. Dan saat itu lah Ipeh tidak menyukai nya dan berusaha untuk tidak memikirkan Riki dengan lama. Biasanya jika Ipeh suka, hanya saja bisa di pendam tetapi entah mengapa saat Ipeh ingin berhenti menyukai suami nya tiba-tiba di otak nya hanya lah Riki.
“Kalau boleh jujur, dari dulu aku menyukai mu, Mas.” Lirih Ipeh melirik suami nya yang saat ini tidur dengan pulas.
Riki merasa tidur nya terganggu pun ia membuka mata nya perlahan-lahan. Yang membuat nya terkejut yaitu saat diri nya berada di atas perut istrinya. “Eh—” kaget Riki.
Ipeh hanya bisa cengengesan melihat tingkah suami nya itu. “kantuk banget ya, mas? Tidur saja sampai seperti tadi.”
“Iya sayang, kantuk banget. Lanjut tidur yuk?” ajak Riki membuat Ipeh terkejut. Enak saja sore ini petang ini mereka akan pindah ke apartemen Riki dengan beralasan supaya mereka terlihat mandiri. Awalnya Ipeh ingin menolak ajakan suami nya saat di mobil tadi. Tetapi, mendengar kata-kata yang di ucapkan umi nya Ipeh langsung menuruti kemauan suami nya. Pakaian nya sudah di siap-siap sebelum mereka tidur siang tadi.
“Liat itu! Jangan beralasan deh!” Ipeh menunjukkan barang-barang Riki yang sudah berserakan di lantai.
“Aku malas, kamu aja ya?” pinta Riki dengan senyuman jahil nya.
Ipeh pun langsung menuruti kemauan suami nya dari pada ia harus di sebutkan istri tidak berguna dan tidak menuruti perintah suami nya dan Ipeh pun tidak mau menjadi istri yang durhaka kepada suami nya perihal tentang merapikan barang-barang milik suami nya. Meski itu semua nya harus di lakukan oleh istri bukan untuk suami.
**
Setelah semua sudah rapi, dan kedua nya sudah di tunggu oleh keluarga mereka di bawah. Ipeh mengenakan pakaian gamis lama nya serta Khimar yang panjang serta lebar mampu membuat Ipeh nyaman. Tak lupa Ipeh bercermin melihat wajah nya di cermin dengan percaya diri nya Ipeh tersenyum. Tanpa di sadari di belakang seorang pria memakai pakaian berwarna putih lengan pendek serta celana panjang berwarna hitam memandangi Ipeh yang tak ada henti nya bercermin.
“EKHEM!” dehem Riki. Ipeh pun menoleh ke belakang melihat siapa yang berada di belakang diri nya. Ipeh pun hanya bisa menderetkan gigi nya. “Sudah?” tanya Riki dengan tatapan mata yang sulit di mengerti.
Ipeh pun mengangguk kepalanya. “Sudah, sekarang kita let’s Goo!!” ajak Ipeh dengan menggandeng lengan suami nya.
“Stop, ada yang kurang!” cegah Riki ketika istri nya hendak keluar.
Ipeh hanya bingung dengan ucapan suami nya. Bukan kah semua nya sudah lengkap? Bahkan pakaian yang di kenakan mereka sudah lumayan rapi dan sudah sangat terlihat cantik dan ganteng. Tetapi mengapa Riki menghadang Ipeh untuk keluar rumah.
Riki mengambil sebuah kain cadar berwarna hitam di lemari istri nya. Cadar itu sudah di beli oleh Riki saat kemarin di mall. Pada saat itu, saat Ipeh meminta gamis dan Riki membisikkan sesuatu kepada mbak-mbak nya untuk mencari sebuah cadar untuk istri nya.
Alasan Riki menyuru istri nya untuk memakai cadar karena wajah Ipeh sangat terlihat cantik bahkan sampai semua laki-laki terkagum dengan istri cantik nya. Tetapi dengan adanya cadar, Riki tidak mau istri nya menjadi bahan tontonan oleh laki-laki yang bukan mahram nya. Wajah cantik milik Ipeh hanya di pandang oleh Riki agar kedua nya mendapatkan pahala.
“Pakai cadar ini, ya?” pinta Riki tak lupa juga langsung memasang cadar itu pada wajah istri nya.
Ipeh hanya bisa diam membisu sambil memandang suami nya. Tak di sangka ternyata suami nya menyuru diri nya untuk mengenakan sebuah kain cadar. Awal nya Ipeh ingin memakai cadar tetapi saat mendengar omongan yang tidak pantas mampu membuat diri nya melepaskan cadar. Saat itu Ipeh belum istiqamah menggunakan pakaian yang tertutup. Tetapi, untuk kali ini ia berusaha untuk merubah pakaian nya dan setiap keluar ia harus menggunakan cadar nya ini adalah untuk kepentingan diri nya sendiri.
“Mas mohon, cadar ini jangan di lepas, ya? Apalagi di lepas nya saat di tempat umum. Wajah kamu hanya aku saja yang memandangi nya. Karena wajah mu terlalu mahal untuk menjadi tontonan orang lain.” Nasihat Riki mampu membuat Ipeh menahan salah tingkah dan menahan senyumnya.
“Kamu nggak keberatan, kan?”
Ipeh menggeleng kepalanya. “Nggak sama sekali, harus nya aku dari kemarin kita akad menggunakan cadar. Tetapi karena aku masih belum bisa dan masih lalai untuk menggunakan cadar seperti ini. Tetapi untuk kali ini, kamu bisa, kan ajarkan aku untuk menjadi lebih baik lagi? Dan menjadi istri yang baik serta bisa mengurusi suami dengan baik.”
“Tentu sayang, selagi itu kebaikan insya Allah Mas akan mengajarkan kamu. Agar kita juga bisa sampai Jannah nya Allah.”
**
“Masya Allah, ini anak umi?”
Saat Ipeh keluar menggunakan cadar nya dan tangan Ipeh menggandeng lengan suami nya. Semua orang yang berada di bawa takjub melihat penampilan Ipeh sangat terlihat cantik seperti sebelumnya meskipun tertutup tetapi itu sangat cantik bagi mereka.
Ipeh mengangguk kepala nya. “Iya, ini anak umi. Cantik kan? Maafin Ipeh ya, umi, Abi, semua nya. Kalau Ipeh banyak salah. Bahkan Ipeh sering nakal banget dan Ipeh susah di atur nya soal makan. Umi nggak marah kan kalau Ipeh memakai cadar seperti ini?”
Umi Halimah menggeleng kepalanya justru malah senang banget melihat nya jika putri nya memakai pakaian seperti ini bahkan mereka mengira ada bidadari yang menyasar di bumi untuk mencari selendang. Lucu sekali bukan? Umi Halimah menangis di pelukan putri nya.
Tadi, mereka harus berpisah kepada Hilman sekarang mereka harus berpisah kepada Ipeh anak perempuan satu-satunya dan cucu perempuan yang pertama di keluarga Abi nya.
“Kamu nggak apa-apa kan harus tinggal di apartemen?” tanya umi Halimah. Karena beliau juga sempat khawatir takut putri nya tidak ingin tinggal di apartemen. Sebelum mereka menikah Riki mengatakan hanya apartemen yang bisa mereka tinggal, karena apartemen itu adalah usaha nya sendiri. Saat waktu SMA Riki pernah menjadi siswa terbandel hingga papa nya susah untuk mengurusi nya. Tetapi saat itu keputusan Mama nya yaitu memindah kan Riki kembali ke pesantren, agar perilaku nya tidak seperti buruk-buruk sekali.
“Nggak apa-apa, Umi. Ipeh juga yakin apartemen Mas Riki pasti dekat dengan kampus, kan?”
Riki mengusap kepala istri nya yang tertutup dengan jilbab. “Iya sayang.”
**
Saat ini mereka sudah sampai di apartemen, karena Ipeh pertama kali melihat dan langsung memasuki halaman apartemen yang kemungkinan ada beberapa lantai. Cukup banyak tetapi setiap lantai itu mereka harus menaiki lift yang sudah di sediakan.
“Ini apartemen kamu?” tanya Ipeh pada suami nya. Saat ini mereka sudah berada di depan pintu apartemen Riki dan lebih takjub lagi ketika di dalam nya sudah sangat rapi sekali. Entah ini semua nya siapa yang merapikan tetapi sudah pasti yang merapikan semua nya ini adalah salah satu asisten Riki yang berada di apartemen ini.
"Masya Allah ini bagus banget, Mas. Ipeh baru pertama kali loh masuk ke apartemen sini.” Puji Ipeh.
"Aku memiliki apartemen ini sejak SMA, dulu aku di usir sama mamah dan juga papah karena aku nakal, dan, ya, aku untung saja ada uang simpanan untuk beli apartemen walau pun tidak sebagus yang lain. di saat SMA aku mencari pekerjaan. Uang itu aku tabungi setiap bulan. Padahal Papa punya perusahaan besar tetapi tetap saja waktu itu aku di hukum oleh kedua nya. Dan saat itu Mama memiliki keputusan untuk aku karena aku suruh balik ke pondok pesantren lagi yang sama. Aku dulu pesantren seperti nya tiga tahun lalu di tambah lagi deh sampai aku kuliah.” Riki menceritakan masa lalu yang pernah ada pada dirinya. Dulu memang Riki anak berandalan di sekolah dan hanya beberapa saja karena waktu itu pergaulan saat ia masuk SMA mampu membuat diri nya berubah.
"Ayo masuk!" Ajak Riki menarik lengan Ipeh. Ipeh membalas dengan anggukan.
Ipeh melihat apartemen milik Riki yang begitu mewah dan sederhana. Tidak menyangka hal itu ternyata seorang dosen yang terkenal di kampus dengan sifat dingin nya tetapi mempunyai masa lalu yang susah di lupakan.
Ipeh mencari kamar, di apartemen ada dua kamar yaitu kamar tamu dan kamar pribadi.
"Mas ini taruh di mana?" tanya Ipeh pada Riki.
"Taruh di kamar mas aja, sayang.” Pinta Riki dengan lembut. Akhirnya Ipeh pun hanya mengangguk. Ipeh pun mulai merapikan dari beberapa pakaian milik suami nya dan diri nya. Satu lemari yaitu berdua sebelum nya Riki satu lemari hanya sendiri.
**REVISI 27 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]
Teen FictionSingkat saja. Ini adalah kisah tentang seorang dosen dengan mahasiswi nya. Dia adalah Riki dengan Ipeh. Riki, Nama lengkap nya adalah Muhammad Riki Nurrofiq, selaku dosen pengganti dari teman ayah nya yaitu untuk mengajar di beberapa fakultas yang...