BAGIAN 32

1.8K 121 1
                                    

Sebelum membaca cerita ini alangkah baik nya baca Alquran terlebih dahulu. Karena Alquran itu sangat penting ❤️.

Selamat membaca💐

Kalo ada typo kasih tahuuu❤️

**

Kini seusai pulang dari kampus mereka di telepon oleh orang tua nya. Mereka berdua akan mengunjungi rumah kedua orang tua Riki atau Mertua Ipeh. Awalnya Riki tidak mau untuk ke sana, ia tahu pasti keluarga-keluarga mereka menanyakan soal ‘Gimana malam pertama nya?’ yang intinya begitu, padahal mereka belum melakukan apa pun. Hanya tidur berdua. Itu pun Riki kuat menahan nafsu nya.

Setiba sudah sampai di kediaman Rumah orang tua Riki, Ada beberapa orang yang berada di sana. Mereka berdua memasuki Halaman rumah orang tua Riki, lalu mengetuk pintu. Mengucap salam pada seorang yang berada di dalam. “assalamualaikum,” ucap Riki dengan Ipeh secara bersamaan.

Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya yang memakai jilbab berwarna Abu-abu dan menggunakan Baju lengan panjang dan rok panjang hitam, lalu menyamperin pasutri baru “Waalaikumsalam, Eh kalian toh. Ayo-ayo sini masuk!” Khadijah mempersilahkan mereka untuk masuk. Sebelum memasuki halaman rumah atau ruang tamu, Ipeh dan juga Riki mencium tangan wanita paruh baya itu.

“Mamah kira kalian tak datang toh,” kata Khadijah pada sang anak dan juga mantunya.

“Tuh, Ma. Ipeh maksa dan katanya mamah juga maksa.”  Riki mengadu pada mamah nya. Padahal Ipeh tidak maksa hanya menyuru suami nya datang dan kalau pun suami nya tak mau maka Ipeh datang naik grab atau pun ojek yang dekat dengan apartemen.

Ipeh mendengar ucapan suami nya ia tidak terima dengan hal itu. “Eh nggak ya! tadi mamah telepon aku!” balas nya tak mau kalah.

“Aduh, aduh, nih ya pasutri baru sudah bikin gemas saja,” gemas Khadijah terkekeh melihat sang anak dan juga Mantu nya.

“Ma, kita bawa makanan kesukaan mama loh.” Ipeh menyodorkan sebuah Plastik yang berisi Martabak Keju, Salad buah, Kue lapis.

Khadijah menerima plastik yang di kasih oleh mantu nya. Memang Khadijah sangat suka itu semua. “Makasih ya nak, Duduk dulu gih. Mamah mau ngambil minum dulu,”

“Gausah repot-repot mah, Lagian Ipeh ga haus-haus banget,”

“Ga bisa gitu sayang, Kan kamu tamu ya harus di beri makanan atau minuman lah walaupun sedikit juga.” kata Khadijah.
Ipeh hanya tersenyum. “Terserah Mama aja deh,”

“Bisa aja kamu mah, Bentar ya mamah ambil dulu,” kata Khadijah lalu meninggalkan pasutri di sofa ruang tamu.
Tak lama kemudian sang wanita paruh baya yang membawa sebuah makanan dan juga minuman. Lalu menaruh di meja ruang tamu.

“Silakan atu makan dulu, di minum dulu,”

“Iya, Ma. Terimakasih,” ujar Ipeh dengan senyum manis nya. Riki melirik ke arah Ipeh yang sedari tadi senyum terus. Ia merasa iri kepada Mama nya yang selalu di berikan senyuman. Dari pada ia lama-lama di sini dan di tempat sofa ruang tamu hanya diri nya seorang laki-laki.

“Mah, Riki ke papah dulu ya. Masa Riki di sini lelaki nya sendiri,” Riki berpamitan kepada kedua nya.

“Iya udah, Nak. Papa kamu di taman belakang. Lagi cuci mobil,” ucap Khadijah memberitahu kepada sang putra nya.
Riki mengangguk kepala nya. Sebelum ia keluar ia berpamitan kepada istri nya terlebih dahulu yang duduk nya tak jauh dari Mama nya. “Iya udah, terimakasih ya, Ma. Sayang aku ke papah dulu ya,” pamit Riki pada Ipeh lalu mencium kening Ipeh sekilas. Tidak peduli kalau ada mamah nya di depan mereka berdua.

“Aduh, aduh,.. mamah ga liat kok!” Ucap Khadijah lalu menutupi wajah nya dengan telapak tangan nya.

Mereka berdua hanya terkekeh.

Riki pamit meninggalkan sang wanita tercinta nya di sofa, Sebenarnya Riki keluar jauh-jauh dari pertanyaan-pertanyaan yang ga penting.

Kini di ruang tamu hanya Ipeh dan juga Khadijah sang mertua nya.

Mereka berbincang tentang suami nya masing masing, tanpa di sadari kini sudah menjelang azan Maghrib. Tiba-tiba ada dua orang lelaki yang menyamperin mereka. Siapa lagi kalau bukan Riki dan juga papah nya.

“Asik banget mengobrol, yuk shalat dulu.” Ajak Riki pada kedua wanita yang ia sayangi dan ia cintai.

“Ayo!”

Mereka melakukan shalat isya secara berjamaah. Pertama kali nya Ipeh merasakan dirinya shalat bersama mertua nya, Ada rasa bersyukur karena sudah di beri mertua dengan baik dan juga menganggap seperti anak sendiri.

Seusai shalat isya berjamaah, mereka melakukan kegiatan makan malam. Adel yang tadinya sedang asik bermain bersama teman-teman nya, ia di chat karena di rumah ada Abang nya. Lalu ia pamit pulang. Untuk menyamperin kaka nya. Ada rasa kangen, walaupun di tinggal baru berapa hari.

Kini mereka melahap makanan nya masing-masing, ada beberapa masakan yang sudah tadi di masak dengan Ipeh, dan juga Khadijah. Ada beberapa menu makanan yang di meja. Sayur asem, Ayam geprek, Ikan asin, sambal begitulah menu yang Ipeh masak. Walau pun tidak terlalu pro seperti master chef Renata.

Seusai makan, niat Riki ingin balik ke apartemen nya. Ia tidak mau melihat istrinya yang kelelahan. Dari pagi sampai sore kuliah, Malam nya mengurusi suaminya walau pun tidak terlalu lama. Tetapi sama saja itu membuat lelah.

Riki menyamperin istrinya yang sedang melihat tv bersama adik dan juga mamah nya. Ia tidak tega begitu izinnya, apalagi Ipeh terlihat betah di rumah nya. “Sayang, pulang yuk!” ajak Riki.

“Kok kalian pulang?” tanya Adel. Padahal Adel kangen dengan sang kakak nya. Wanita itu tak sempat bertemu lama dengan kakak ipar nya karena latihan untuk lomba tidak bisa membuat diri nya bebas seperti dulu. Tapi Adel tak pernah merasa mengeluh karena ia juga bersyukur untuk bisa ikut lomba.

“Kasihan nanti kakak kamu nya loh.” Riki tidak tega melihat seorang wanita yang ia cintai yang ia sayangi kelelahan.

“Kalian pulang? Nanti ke sini lagi ya.. Mama tahu kok pasti anak Mama capek,”

“Anak mama kan aku?” celetuk Riki dengan polos nya.

“Anak mama itu Ipeh, bukan kamu. Kamu mah mungkin anak pungut tapi ada di perut mama dan belojor tiba-tiba ada di rumah ini. Mama juga aneh, kok bisa punya anak seperti kamu? Selain dingin tetapi cuek,” jawab Khadijah melirik Riki. Yang di lirik pun hanya bisa memanyunkan bibirnya tak peduli kalau istri nya terus meledeki. Riki pun meninggalkan mereka menuju mobil.

Ipeh melirik punggung suami nya yang sudah keluar.  Ipeh merasa tidak enak dengan mertuanya ini. Ia tahu memang mereka kesini hanya singkat waktunya. Apalagi besok Ipeh akan kerja kelompok dan Riki sangat marah karena mama nya mengatakan seperti itu. Sebenarnya Ipeh menikah dengan dosen nya atau anak kecil? “Maaf ya, Ma. Biasa lah anak mama mah gitu,”

“Gapapa kok sayang, lain kali nanti mamah aja deh yang ke sana, kamu nggak usah peduli in sama Riki, dia mah seperti itu mau cari perhatian.” kata Khadijah lalu memeluk mantunya.

“Terimakasih ya mamah sudah menganggap Ipeh sebagai anak sendiri, Ipeh bangga banget! Dapat mertua super baik seperti Mamah dan juga Papa,” ucap Ipeh bahagia walau pun tertutup dengan cadar.

“Udah, udah,  nggak usah peluk-pelukan!” kata Riki ketika melihat istrinya yang sedang berpelukan tidak peduli bahwa ada orang yang setia berdiri menunggu nya.

“Sirik aja kamu mah bang,” ledek Adel pada Abang nya.

Khadijah melirik putra nya yang sedari tadi hanya bisa diam tanpa berkutik. “Betul tuh,” serobot Khadijah.

“Astaghfirullah,” lirih Riki pelan. Lalu meninggalkan Ipeh.

“Yaudah mah Ipeh pulang dulu ya, nanti kesini lagi!” pamit Ipeh pada mertua serta adik ipar nya. Ia juga merasa tidak enak kepada suami nya yang sudah menunggu dan bibir nya di manyunin membuat Ipeh merasa bersalah sekali. Kenapa suami nya marah? Bukan kah ini lagi sedang di rumah dia? Lantas apa yang di marah in.

“Bentar sayang, Mama mau kasih sesuatu,” kata Khadijah menahan lengan Ipeh. Ipeh hanya menurutinya lalu menunggu Mertuanya yang sedang mengambil sesuatu.

Tiba-tiba Khadijah membawa sebuah kotak yang tidak terlalu besar lalu mengasih ke mantunya. “Nih jangan lupa di buka ya, jangan sampai suami mu tahu.” Peringat Khadijah. Ipeh melirik pemberian Mama mertua nya, apa yang beliau kasih hingga suami nya tidak boleh mengetahui nya?

“Oke, ini apa sih, Ma?” tanya Ipeh penasaran.

“Nanti kamu tahu. Yaudah gih toh suami mu sudah menunggu.”

“Aku pamit dulu ya..., Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam.”

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang