BAGIAN 23

1.6K 87 3
                                    

HAPPY READING!!

**

Setelah sarapan selesai, keluarga Riki hendak balik ke rumah nya. Karena mereka juga memiliki kesibukan masing-masing. Sebelum balik, mereka berpamitan terlebih dahulu.

Yang lain sudah berpamitan, tinggal hanya mama Riki dan adik Riki yang masih terdiam menatap Riki dengan wajah sendu.

Mama Riki memeluk putra nya. Tak terasa saja waktu terlalu cepat karena Khadijah melepaskan putra nya untuk orang lain. Dan, putra nya sudah resmi menjadi kepala keluarga. “Sayang, mamah mau balik dulu ya." Kata Khadijah di pelukan putra nya. Riki pun mengusap punggung Mama nya dengan lembut. Sebenarnya jika kondisi seperti ini Riki bisa menangis tetapi ia tidak mau di ledeki oleh istri nya dan juga teman nya—Hilman.

Khadijah melepaskan pelukan nya. Riki pun mencium pucuk kedua tangan mamah nya lalu bergantian dengan Ipeh.

"Iya, Ma. Hati-hati, ya..,” pesan Riki pada mama nya.

"Sekarang kamu sudah memiliki istri dan akan menjadi tanggung jawab, kamu jangan pernah bikin istri mu menangis. Karena jikalau Ipeh menangis karena kamu, itu sama aja kamu menyakiti hati mamah." Nasihat Khadijah dengan lembut. Mendengar itu Ipeh terharu, ia bersyukur memiliki mertua seperti Khadijah.

Riki memeluk Mamah nya erat, ini perpisahan dengan orang tua dan anak, segalak apa pun orang tua kalau di tinggal jauh itu sedih. Meski masih bisa untuk bersilaturahmi dengan kedua nya. Sejauh apa pun rumah nya, jika kita masih bisa bernafas lakukan lah silaturahmi dengan orang terdekat. Seperti keluarga, teman, sahabat, dan lain-lain. Untuk mempererat tali persaudaraan.

"Iya, Ma. Riki akan mengingat nasihat Mama. tapi Riki ga bisa janji jikalau bisa membuat Ipeh sedih, tetapi Riki insya Allah akan berusaha, Ma.”

"Iya sayang,"

"Abang!” teriak Adel pada Riki, ia memeluk Abang nya dengan erat, jujur ini perpisahan yang paling menyakitkan bagi seorang adik. Sejahil apa pun Abang jikalau pisah ia akan sedih.

"Kenapa Del?” tanya Riki berusaha melepaskan pelukan dari adik nya.

"Abang akan ingat Adel, kan? Abang nggak bakal jauh-jauh, kan? Abang akan jadi Abang Adel, kan? Abang nggak pernah lupa sama Adel, kan?" pertanyaan Adel sangat bertubi-tubi. Riki bingung ia akan balas yang mana dulu.

"Kamu kalau nanya satu-satu.” Nasihat seorang abang pada adik nya.

"Maaf hehe....,” Adel menderetkan gigi nya dengan kedua jari nya.

Bagi Adel, meski Riki jarang di rumah tetapi Adel sangat menyayangi Riki. Bahkan, Riki saja pernah menangis hanya Adel selalu pulang malam karena sibuk dengan pekerjaan sekolah. Adel adalah OSIS, ia sering pulang malam untuk membantu pihak sekolah.

"Iya, intinya abang ga bakal lupa in kamu, lagian nanti Abang pindah dekat dengan kampung kita kok.”

Mata Adel berbinar-binar. "Iya kah?” tanya Adel yang di angguki Riki.
Adel pun tak kalah senang, ia melompat-lompat membuat dua keluarga itu terkekeh geli melihat kelakuan Adel. Adel yang merasa di tatap pun hanya bisa menyengir saja. “Yey! Nanti Adel bisa main ke rumah kalian,” girang Adel.

"Iya dong, pintu selalu terbuka untuk kamu,” Ipeh melanjutkan percakapan di antara mereka.

Adel pun memeluk kedua nya. "Aaaaaa..., senang banget!” girang Adel pada Riki dan juga Ipeh. Usia Adel 15 tahun dan sikap nya seperti bocah.

“Adel, ayo!” ajak Mama Riki dengan teriakan nya.

"Iya, Ma! Bentar!” Adel pun menciumi tangan orang-orang yang berada di keluarga Ipeh. Mereka tersenyum. Acara memang sudah usai, hanya Riki dan Ipeh yang belum membuka kado-kado dari teman-teman mereka.

“Terimakasih, Umi, Abi. Adel pamit, ya?! Sering-sering ya, Mi. Masak ayam opor, beuh enak banget!” Kata Adel pada umi Halimah. “Tapi, kamu jangan lupa mampir ke sini,”

“Insya Allah.”

Tak lama keluarga Riki balik dan pamit ke rumah nya. Riki dan juga Ipeh memasuki ke dalam rumah nya. Mereka melihat seorang cowok yang berpakaian rapi, siapa lagi jikalau bukan Hilman.

"Mau ke mana bang?” tanya Ipeh melirik abang nya sudah rapi.

Hilman merapikan rambut nya yang masih berantakan, ia merapikan nya sampai benar-benar rapi.  "mau balik ke asrama.” Kata Hilman.

Memang sekarang jadwal Hilman kembali ke Kairo karna ada tugas mendadaknya. Terpaksa lah Hilman memesan tiket pesawat yang sudah di pesan oleh teman nya yang bekerja di bandara. Harus nya seminggu lagi ia balik ke kairo tetapi karena ada tugas mendadak.

"Heum, nanti Ipeh bakal kangen dong?"
"Tumben banget kangen,” ledek Hilman pada Ipeh. Mendengar itu Ipeh memanyunkan bibirnya.

Tanpa di sadari Riki mencomot bibir istri nya. Gemas! "Aduh pasutri pagi-pagi udah bikin bucin!” timpal Hilman tak terima.

Pasutri baru itu tertawa meledeki Abang jomblo. "Iya dong, nggak kek Abang kerja nya jomblo terus!!” ledek Ipeh lalu berlari agar tidak kena kejaran dari Abang nya.

"Diam kamu! Jangan mentang-mentang sudah nikah, sok-sokan ledeki abang!” kata Hilman tak terima dengan wajah kesal nya.

"Ssstttt..., dia adik lo! ingat itu!” ujar Riki pada Hilman selaku abang ipar dan sekaligus teman nya semasa SMA.

"Sok-sok an manggil ‘gue-lo’ di depan teman, manggil ‘aku-kamu’ di depan istri, dih bucin!"

"Siapa yang bucin?” tanya pria paruh baya yang baru saja keluar habis dari kamar mandi. Pria itu tak lain adalah Abi Herman yang sudah tua tetapi wajah nya seperti masih berusia dua puluh lima.

“Tuh, dia!” Hilman menunjuk ke arah Riki yang dari tadi diam.

Riki melirik ke arah Hilman, dengan wajah bingung. “Kok, ke ane?"

Abi nya menghela nafas, nama nya anak muda pasti pernah ada istilah iri pada orang yang sudah nikah. "Sudah, sudah, nanti juga kamu bucin kok sama istri mu toh." Kata Abi pada Hilman. Hilman hanya mencebir kesal, ia pikir Abi nya akan membela telernya tidak sama sekali. Bahkan Abi Herman seperti terlihat meledeki diri nya. Ah sudahlah, alangkah baik nya mending ke mars sama-sama!

Abi Herman melirik putra nya ada rasa heran melihat Hilman yang sudah rapi "Mau ke mana kamu? tumbenan toh rapi?" tanya Abi pada Hilman.

"Mau balik ke asrama, ada tugas mendadak soalnya,” kata Hilman memberitahu.

Abi hanya ber-oh ria saja "Oh bentar. Riki, Ipeh, bisa kalian nganterin Hilman ke bandara? Soalnya Abi ada acara pengajian di masjid," pinta Abi pada Riki.
Riki pun mengangguk. “Siap, Bi.”

Hilman menghela nafas nya "Tidak usah, Bi! Hilman bisa sendiri kok ke bandara nya."

"Turuti saja kemauan Abi!" titah Abi Herman pada putra nya membuat Hilman tak bisa menyahuti. Karena jikalau Abi nya menyuru maka harus turuti dengan sekarang tanpa harus menunggu sampai lama.

Alasan kenapa Hilman tidak mau di antar dengan pasutri baru? karena ia takut di bully di dalam mobil. Pasti kedua nya akan memamerkan ke uwu-uwuan nya di depan diri nya yang masih jomblo. Selain Hilman ingin ke asrama untuk ada tugas, Hilman juga akan menghilangkan diri nya sebelum pasangan suami istri itu memamerkan ke romantis nya.

"Ipeh!” panggil Abi pada gadis nya yang sedang berada di atas.

"Iya, Bi?!” sahut Ipeh yang berada di atas. Ipeh pun segera menyusul Abi nya yang berada di bawah. Ia melihat abang nya yang sudah siap-siap. Ia pikir abang nya sudah dari tadi berangkat ternyata belum.

"Nanti kamu antar abang mu ke bandara bareng Riki juga,” pinta Abi Herman.

Dengan siap Ipeh pun menuruti kemauan Abi nya. "siap, Bi!” tangan nya menghormat kan  Abi nya. Suami nya yang melihat kelakuan istri nya hanya bisa tersenyum, tak lupa juga mengusap kepala istri nya yang di tutupi dengan jilbab.

"Iya sudah, Ipeh siap-siap dulu,” pamit Ipeh. Sebenarnya siap-siap nya hanya mengambil tas dan masker. Karena itu sangat wajib.

Setelah menunggu Ipeh siap-siap, di bawah sudah ada keluarga Ipeh yang menunggu. Begitu pun dengan Riki yang sudah memakai pakaian rapi. Hanya simpel namun itu sangat tampan dan rupawan.

"Umi, Abi. Kalian jaga kesehatan ya, doa kan, Abang untuk skripsi tahun besok.” Kata Hilman memeluk kedua orang tuanya.

"Selalu sayang, Kamu jaga kesehatan juga! ingat kewajiban.” Nasihat Abi pada Hilman.

Hilman melepaskan pelukan nya. “Selalu. Oh ya, semua nya doa kan abang juga ya, siapa tahu nanti pulang-pulang bawa calon!” Hilman berpamitan kepada keluarga nya baik sepupu, dan saudara yang lain.
Semua pun pada terkekeh melihat nya. “AAMIIN!” sahut salah satu ponakan Hilman dengan gembira.

"Yaudah, ayo, berangkat de," ajak Hilman pada adik nya.

Ipeh pun mengangguk dan seraya membawa koper milik Abang nya, tetapi Riki menahan Ipeh. Agar Ipeh tidak membawa yang berat-berat. "biar aku aja.” Kata Riki. Ipeh pun menuruti kemauan suami nya itu.

"Baiklah.” Pasrah Ipeh.

Selang beberapa menit mereka di mobil lalu berpamitan dengan keluarga nya, di dalam mobil ada 3 orang. Yang membawa mobil itu Riki. Karna memang kemauan Riki.

Setiba di bandara Internasional, Riki melirik ke belakang ternyata istri nya tertidur pulas di paha Abang iparnya. Kedua lelaki itu pun tidak rela membangunkan seorang gadis yang mungil itu. Ipeh lelah karena semalam ia harus bergadang untuk menemani suami nya. Di tambah lagi acara selesai nya sampai jam dua malam.

"Banguni gih sama lo," pinta Hilman.
Riki pun mengangguk.

Riki menepuk pipi istri nya yang tertutup masker. "Sayang, bangun ya..,” ucap Riki dengan lembut.

Ipeh yang merasa tidur nya terganggu pun, ia membuka mata nya perlahan. Ipeh sudah melihat suami nya yang berada di wajah nya dan juga mobil sudah berhenti. Abang nya sudah mengambil koper di bagasi.
"Alhamdulillah,"

"Sudah sampai, ya?" tanya Ipeh masih dengan mata yang setengah sadar.

Kedua lelaki itu pun mengangguk. “Lama banget lo dek! Keburu pesawat yang abang pesan sudah terbang.”

“Sabar, Ipeh semalam gadang, tahu!”

Pesawat Garuda Indonesia akan segera terbang. Sekian terimakasih...

"Yaudah de, abang pamit ya, Kamu jaga kesehatan.” Kata Hilman mengusap pucuk pala Ipeh yang tertutup dengan jilbab .

Ipeh pun mengangguk. “Iya abang, abang juga jangan lupa kewajiban dan jangan lupa kesehatan di jaga, ya.., doa Ipeh semoga menyertai abang,” Ipeh pun membalas pelukan dengan erat.

"Jaga kan dia ya, Ki.” Pesan Hilman pada Riki.

"Insya Allah."

“Assalamualaikum!” pamit Hilman melepaskan pelukan nya.

“Waalaikumsalam.”

**

REVISI: 23 JULI 2022

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang