BAGIAN 27

1.7K 88 1
                                    

Revisi: 27 Agustus 2022

**

Kini mereka sudah selesai cuti hanya beberapa hari mereka di apartemen, padahal cuti selama nikah itu seminggu tapi Ipeh tidak mau seminggu jadi ia meminta untuk 3 hari saja. Sebenarnya Riki ingin bersama dengan istrinya walaupun baru kemarin ia pindah di apartemen ini.

Setiba Ipeh selesai mandi, ia beranjak menuju ke dapur untuk membuat sarapan pagi. Walau pun rasanya tidak begitu enak seperti orang lain. Di saat Ipeh sedang membuat bumbu-bumbu nya tiba-tiba ada sebuah tangan melingkar di pinggang ada rasa geli dan juga risih. Ipeh menaruh bumbu tersebut lalu menoleh ke belakang siapa lagi jikalau bukan suaminya.

“Masih pagi ih jangan bikin aku kesal!” geram Ipeh lalu mencubit lengan suami nya. Sang empunya hanya meringis kesakitan

Riki melepaskan pelukan nya ia mengusap lengan Riki yang di cubit istrinya “Sakit, sayang!” pekik nya pelan tapi masih terdengar oleh Ipeh.

Ipeh kembali memfokuskan kerja nya ia tidak peduli dengan suaminya bahkan saat ini Ipeh masak nasi goreng terkekeh geli ketika tadi melihat suami nya meringis kesakitan.

“Masak apa nih?” tanya Riki sedikit melirik istri nya.

“Masak air! Udah liat masak nasi masih aja banyak tanya!” geram Ipeh dan itu Riki hanya cengengesan tanpa dosa.

Riki kembali ke meja makan ia melihat istrinya yang sedang membuat sarapan pagi. Nikmat mana lagi yang kau dustakan~~~

Enak ya pacaran setelah nikah ga menyalurkan dosa. -batin Riki girang.

Setiba sarapan sudah matang Ipeh menaruh makanan ke meja. Lalu menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga suami nya satu piring ia gunakan untuk berdua karena itu lah yang Ipeh mau dan suami nya belum mengetahui kalau Ipeh meminta satu piring untuk berdua.

Ipeh mengambil kertas yang tadi pagi ia tulis untuk suami nya. Tak lupa juga Ipeh memberikan surat itu tepat di wajah suami nya. Riki yang melihat pun hanya terkejut.

“jangan lupa di baca,” ucap Ipeh memberikan surat tak lupa juga dengan senyuman manis nya.

Riki menatap heran kepada surat itu, apakah surat itu surat perceraian? Semoga tidak. Itulah menurut Riki.

Surat untuk suami tercintaaa..

Maaf telah lancang,, ini surat demi kepentingan kamu dan juga aku.
Syarat selama di kampus!!

-Harus bersikap dingin di area kampus. Karena apa? Karena pernikahan kita nggak di sebar di kampus jadi aku mohon pada kamu.

-harus privasi dengan pernikahan kita.

-jaga mata jaga hati karena masih ada aku disini.. walau kamu selingkuh di belakang ku

-Intinya jangan kasih tahu mereka aku belum siap.

Terimakasih.

Riki menutup kembali surat itu, Ipeh merasa dag dig dug takut suami nya marah. Tiba-tiba Riki menyamperin dan pindah posisi bangku nya makin dekat dengan Ipeh membuat Ipeh gugup. Walaupun Riki sudah biasa bersikap manis seperti ini, tapi rasa gugup itu ada.
“Aku akan menjalani persyaratan kamu,” kata nya lalu memegang pipi Ipeh. Ipeh di perlakuan seperti itu bersemu merah pipi nya.
“Makasih Mas, maaf ya aku udah bikin persyaratan ini. Aku bukan terpaksa mas, tapi aku belum siap.” Lirih Ipeh merasa bersalah.

“Gapapa kok sayang,” sahut nya dengan lembut

“Yaudah ayo berangkat! Kamu pakai cadar dulu tuh pipi nya merah, padahal ga pakai blush-on.” Goda Riki lalu mencubit pipi istrinya yang gembul.

“Eh!”

“Bercanda sayang.”

Ipeh lari menuju kamar nya mengambil cadar yang ia kenakan. Lalu selesai pakai cadar ia beranjak pergi menuju kampus. Memang mereka berangkat bareng tapi nanti Ipeh akan turun di halte yang lumayan jauh dari area kampus.
Setiba sampai di kampus, sebelum keluar dari mobil, Riki menarik baju istrinya mengkode. Ipeh hampir lupa jikalau ia belum salim, Ipeh mengecup tangan suaminya sendiri. “Maaf mas lupa hehe, assalamualaikum.” Pamit Ipeh.

Ipeh memasuki area kampus, ada beberapa orang yang sambut Ipeh karena Ipeh 3 hari tidak masuk dan awal nya mereka tidak mengenal dengan wajah Ipeh yang tiba-tiba memakai cadar, biasanya jikalau tidak memakai cadar Ipeh akan memakai masker itu pun jarang kalau memakai cadar.

“Kamu Ipeh?” tanya salah satu mahasiswi yang lewat depan Ipeh.
Ipeh pun mengangguk kepalanya. “Iya, ini aku.”  Jawab Ipeh mampu membuat mereka terkejut dan kagum pada Ipeh.

Ketika Ipeh memasuki kelas nya, ada seorang laki-laki yang menyamperin dirinya dia adalah Aldo karena Aldo mengetahui bahwa itu adalah Ipeh. Aldo juga sedikit terkagum melihat Ipeh yang tertutup seperti ini tetapi ada yang menjanggal di dalam hati nya Aldo dan Ipeh tidak bisa bersatu karena mereka terhalang oleh agama.

“Assalamualaikum,” ucap Aldo sopan meski agama nya Kristen tetapi ia pun harus menghormati agama yang berbeda.

“Eh Aldo, Waalaikumsalam,” jawab Ipeh.

“Lo cuti 3 hari ngapain?” tanya Aldo penasaran.

“Heum sepupu ku nikah yang di Jakarta.” Jawab Ipeh  walaupun ada rasa panik.
Maafin Ipeh ya Allah sudah berbohong -batin Ipeh.

“Gue kira Lo yang nikah,” timpal Aldo membuat Ipeh panik.

Deg! Jangan sampai tahu jikalau Ipeh sudah menikah dengan dosen nya sendiri, ini bukan perjodohan tapi dirinya sudah di lamar alias di nikahi.

“Aku masih jomblo dan masih fokus ke kuliah hehe...,”

“Bagus!”

Dari pada ia mengobrol bersama dengan Aldo yang tak ada henti nya, Ipeh pun berniat untuk berpamitan. “Aku duluan ya, Do!” Pamit Ipeh meninggalkan Aldo yang terdiam di sana.

“Yaudah silakan.”

Setelah kepergian Ipeh dari hadapan Aldo, ia menatap sekilas. Ada rasa bahagia jikalau Ipeh belum mempunyai pasangan.

“Gue bakal ambil Lo dengan cara apa pun itu!"

**
Mata kuliahan kali ini yaitu pelajaran Pak Afnan, Afnan memang orang nya asik tapi jikalau bersama murid entah kenapa sifat dingin itu Sama dengan Riki. Ipeh tahu jikalau dosen yang sekarang mengajari nya kini telah menyukai sahabat nya sendiri. Tetapi Afnan grogi dengan hal itu. Afnan adalah seorang Gus dari pondok pesantren At-Taqwa. Afnan adalah anak dari kyai Rais At-Taqwa.

Mata kuliahan yang di ajarkan oleh Afnan kini selesai, mereka ada tugas kelompok di antara nya kelompok mereka ada 7 orang per kelompok.

“Cukup sekian mata kuliahan saya sampai sini, Jikalau ada yang bingung tanyakan saja pada Shifa. Nanti Shifa akan bertanya kepada saya,” ucap Afnan tiba-tiba. Satu kelas rame dengan ucapan Afnan barusan, Ipeh yang sudah tahu hal itu terkekeh.

Shifa adalah santri dari Abah nya pak Afnan, Shifa kuliah sambil santri. Shifa dan Afnan lumayan sudah lama mereka kenal. Afnan teman Riki saat di pesantren, dan begitu pun dengan Hafidz, Hisham, dan Hilman triple H itu adalah sahabat Riki saat di SMA dan di pesantren juga.

“Ciee..,” goda Ipeh dan juga Nurul.

“Apaan sih!”

Siapa yang tidak menyukai dosen seperti Afnan? Selain dosen ia juga Gus yang terkenal tampan nya. Selain itu juga Afnan adalah Hafidz Qur’an. Bisa di bilang geng mereka adalah para Hafidz Quran atau para sahabat till Jannah.

Satu kelas tertawa karena Shifa telah salting akibat Afnan bicara itu. “Ya sudah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,”

**

Kini istirahat tiba mahasiswa mahasiswi lain nya pun telah keluar dari kelasnya, Ada rasa pegal di saat pelajaran Bu Mira dan kesel. Karena di setiap mata kuliah Bu Mira selalu berbicara tidak sopan apalagi bersama muridnya. Bukan Ipeh saja yang kesal dengan mata kuliah Bu Mira tapi satu kelas.

Bu Mira adalah dosen yang berpakaian di atas dari mata kaki. Rambut nya yang rapi dan pakaian ketat nya mampu membuat semua membenci nya. Meski ini universitas yang berbeda-beda tetap satu tetapi soal atittude atau kesopanan di haruskan nomor satu. Pakaian ketat nya mengundang hasrat pada laki-laki dan mengundang pandangan para dosen seperti Pak Riki, pak Afnan, pak Hisham.

“Gila, aku kesel banget mata kuliah Bu Mira!” omel Shifa.

“Aku pun!” sahut Nurul yang tak mau kalah.

“Aku juga sebenarnya kesal, tapi kita harus menghargai kan? Bu Mira juga dosen kita,” Ujar Ipeh memberitahu pada teman-teman nya.

“Maaf sudah bicara orang di belakang...,”

“Yaudah ayo kita mesan!” ajak Nurul pada teman-teman nya. Karena mereka pun sudah lapar dan perut atau cacing-cacing mereka meminta untuk mengasih makan nya.

“Eh biar aku aja yang mesan!” lanjut Nurul ketika Shifa dan Ipeh ingin memesan makanan.

“Yakin?”

Nurul hanya mengangguk.

“Aku mie bakso sama es rasa jeruk ya.” Pesan Ipeh pada Nurul. Makanan itu yang Ipeh sukai karena bakso di tambah mie menurut nya sangat enak sekali apalagi minuman nya es jeruk.

“Aku juga sama deh seperti Ipeh!”

“Yaudah aku sama in semua ya, aku juga sama deh. Udah lama ga makan mie bakso.”

Ketika Nurul sedang memesan makanan nya, Tanpa di sadari Ipeh melihat seorang laki-laki yang sedang duduk di bagian kursi tidak jauh darinya. Lelaki itu telah berbincang pada seorang perempuan entah siapa. Ipeh tahu lelaki itu suami nya. Tetapi seperti di lihat perempuan itu adalah bu Mira karena dari segi pakaian nya aja sudah sangat kenal.

Kemungkinan ada yang penting, ngapain aku cemburu? Mungkin pak Riki lagi berbicara hal tentang dosen -batin Ipeh.

Bagaimana pun Ipeh tidak boleh memikirkan hal yang negatif tentang suami nya karena ngapain berpikir negatif di sini aja sangat ramai jadi Ipeh tidak akan berpikir negatif jika suami nya tidak melakukan apa pun sama wanita lain. Ipeh percaya dengan hal itu.

“Gimana Peh, malam pertama lancar atau tidak?” suara Shifa mengagetkan Ipeh yang sedang melamun. Shifa terkekeh ketika melihat kepolosan teman nya yang satu ini.

Malam pertama apaan? Oh mungkin sholat berjamaah.

“Solat? Alhamdulillah solat berjamaah rasanya Masya Allah,” ujar Ipeh membayangkan betapa indah nya ketika shalat di imami dengan seorang laki-laki yang di cintai nya.

“Argh! bukan itu yang aku maksud Ipeh!”
“Terus?”

“Capek ngomong sama kamu mah!”

Shifa memanyunkan bibirnya nya ketika mendengar apa yang di maksud dengan Ipeh. Sungguh teman nya ini sangat polos tetapi itu lah yang Shifa berani untuk menggoda nya.

“Yaudah kalo capek istirahat,” celetuk Ipeh dengan wajah tanpa dosa nya.

“Astaghfirullah,” gumam Shifa pelan.


DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang