BAGIAN 28

1.2K 54 5
                                    

**

Di saat Ipeh sedang asik duduk sambil makan yang Nurul pesan tadi, tiba tiba ada sebuah notifikasi dari handphone nya. Karena Ipeh selalu menghidupkan data agar ada hal penting di handphone nya. Dan sekarang, suami nya yang mengechat diri nya padahal beberapa jam tadi mereka pergi bersama, dan di rumah pun nanti mereka akan selalu bersama. Tetapi mengapa suami nya sudah kangen pada diri nya?

Ya begitulah pesan yang kirim dari suami nya, dulu sangat dingin tapi sekarang malah bucin huh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ya begitulah pesan yang kirim dari suami nya, dulu sangat dingin tapi sekarang malah bucin huh.

Selesai makan di kantin, Ipeh dan teman-teman nya beranjak ke kelasnya. Tiba-tiba ada yang memanggil dirinya, Lalu Ipeh balik ternyata dia sosok lelaki teman satu fakultas nya sekalipun teman satu kelas nya dan dia adalah Aldo. Entah kenapa Aldo selalu dekat dengan Ipeh.

Aldo melihat Ipeh dan teman-teman nya, bibir nya tersenyum di kala melihat Ipeh yang merasa panik. Ah itu adalah semakin gemas di mata seorang pria bernama Aldo jika Ipeh panik seperti itu.

"Udah makan?" tanya Aldo to the point.

"Udah, Do. Aku masuk duluan ya..,” pamit Ipeh pada Aldo sedikit menundukkan kepalanya, Aldo pun hanya mengangguk. Ipeh pun menoleh ke arah teman-teman nya yang hanya bisa mengikuti Ipeh. Ipeh segera menarik lengan kedua teman nya yaitu Shifa dan Nurul.

“Assalamualaikum,”

"Ayo Shifa! Nurul!" ajak Ipeh menarik lengan mereka.

Sebenarnya Ipeh mengajak dua sahabat nya itu agar terhindar dari Aldo, dan tidak mau jadi salah paham.

Kring kring!

Kini pukul 16:30 Mahasiswa mahasiswi lain pun pulang ke rumah nya masing-masing, berbeda dengan Ipeh yang sedang menunggu suami nya di halte. Saat dirinya sedang menghubungi handphone nya mati data dan tidak aktif.  Ipeh mendengus kesal dan kedua tangan nya ia lipatkan di bagian dada.

Ada rasa kesal di hati Ipeh yang sedang menunggu suami nya. Tiba-tiba ada sebuah motor yang berhenti di hadapan dirinya. Motor berwarna hitam dan helm berwarna hitam. Ya dia adalah Aldo. Entah setiap di kelas, kantin, dan sekarang pulang Aldo selalu mengikuti nya tetapi Ipeh berusaha untuk berpikir positif karena mungkin hanya kebetulan saja jikalau Aldo selalu menemui diri nya.

Aldo melirik ke arah belakang dan kanan kiri nya ia melihat tak ada orang sama sekali karena mahasiswa maupun mahasiswi sudah pada pulang dan ini adalah kesempatan bagi Aldo. “Pulang sama siapa?" Aldo tiba-tiba saat membuka helm.

duh gimana ini ya Allah.. -batin Ipeh.

"Pulang bareng sopir!” jawab Ipeh dengan cepat.

Aldo turun dari motor besar nya dan helm nya ia taruh di motor besar nya itu. Jika orang lain di perlakukan seperti ini sudah pasti mereka akan senang tetapi tidak dengan Ipeh karena ia tidak mau menjadi bahan fitnah orang lain. Tangan Aldo hendak menarik lengan Ipeh tetapi yang ada di otak nya yaitu bahwa Islam melarang jikalau wanita bukan mahram tidak boleh bersentuhan dengan pria yang bukan mahramnya. Maka dari itu Aldo mengumpat perasaan nya ketika hendak menarik lengan Ipeh.

“Pulang sama gue aja,” ajak Aldo pada Ipeh.

Mendengar itu Ipeh terkejut, kalau ia ikut Aldo nanti bakal menjadi fitnah,Aldo tidak tahu jikalau Ipeh sudah mempunyai suami.

"Nggak usah, aku tunggu sampai jemputan itu datang.” Tolak Ipeh secara halus.

"Gapapa kok, hitung-hitung dapat pahala." Kata Aldo sambil senyum.
"Iya memang tahu dapat pahala, tapi jikalau kita berdua nanti bakal timbul dosa apalagi pulang bersama yang bukan mahram nya." Jelas Ipeh memandang Aldo sekilas.

"Yaudah gue pamit dulu," Aldo hanya pasrah lalu pergi di hadapan Ipeh.

"Tunggu main nya! Gue bakal dapati lo,” gumam nya yang tidak terdengar oleh Ipeh.

**

Selama Menunggu Riki yang tidak datang-datang, Ipeh menunggu sejak 1 jam 15 menit yang lalu. Dan kini suami nya baru datang sedari tadi sudah banyak tawaran-tawaran yang mengajak Ipeh untuk pulang bersama tetapi Ipeh menolak semua ajakan mereka karena Ipeh beralasan bahwa ia akan menunggu sopir nya sebentar lagi.

Pria yang memakai jas dosen dan sekarang penampilan cukup sudah berantakan dan pria itu keluar dari mobil milik nya siapa lagi jikalau bukan Riki yang saat ini datang tanpa ada rasa bersalah.

“Maaf telat.” Bujuk Riki pada Ipeh. Untung saja ini sangat sepi karena mahasiswa maupun mahasiswi dan begitu pun dengan dosen sudah pada pulang.

"Yaudah yuk pulang!” ajak Ipeh lalu memasuki mobil. Saat Ipeh hendak masuk tangan nya di pegang membuat Ipeh tidak jadi masuk.

Ipeh berdengus pelan, Ia memang tidak marah sama suami nya tapi kesal.
Karena sudah menunggu lama. "Jangan buat aku emosi, oke?” ucap nya tanpa ada wajah senyum. Ipeh pun menuju ke dalam mobil milik suami nya itu.
"Iya, iya,” pasrah Riki.

Riki menyalakan mobil nya menuju apartemen yang ia tempati. Ada merasa bersalah pada istri nya yang menunggu 1 jam 15 menit yang lalu. Dirinya telat
karna ada urusan penting dan itu rapat. Ya karna Riki telah cuti hingga 3 hari. Alasan nya ada urusan bersama keluarga tetapi itu hanya alibi kepada para dosen yang belum mengenal diri nya. Tetapi pak Alwi selaku dosen senior pun sudah mengetahui bahwa dosen yang menggantikan pak Monata ini sudah menikah dengan mahasiswi terpintar di universitas Gadjah Mada fakultas kedokteran. Selain pintar dalam agama, Ipeh juga pintar ketika sedang praktik di laboratorium tempat untuk membedah jantung manusia.

Tiba-tiba mobil Riki berhenti di sebuah tempat nasi Padang, membuat Ipeh bingung melihat suami nya. "Ko berhenti?"

"Aku tahu, kamu belum makan dan kamu lelah menunggu aku. Aku tidak mau kamu masak hari ini, kamu lapar kan? mangkanya aku beli nasi Padang  gapapa kan?" tanya Riki memandang istrinya.

Ipeh hanya mengangguk saja meski kesal bibir nya terangkat di balik cadar. Suami nya begitu perhatian meskipun sudah melakukan hal kesalahan yang membuat Ipeh kesal.

"Kamu tunggu sini, biar aku yang beli.”

"Aku ikut, Mas!” seru Ipeh pada suaminya.

Riki hanya bernafas pasrah "Iya, iya, ayo!”

Mereka berjalan menuju tempat nasi Padang yang lumayan rame. Tempat nasi Padang itu tidak terlalu jauh dari apartemen milik Riki. Tempat nasi Padang yang terkenal se-kabupaten Yogyakarta karena enak dan banyak dan pula murah.

"Kamu mau pesan apa?"

"Apa aja,"

"Oke, oke!"

Riki memesan makanan nya tidak begitu lama. Padahal antrean banyak tapi Riki bilang ke si ibu nya bahwa istrinya sedang mengidam. Dan akhir nya antrean itu menerima dan mengalah. Ga sia-sia.

Riki menyamperin istrinya yang sedang memainkan ponselnya. Membuat Ipeh terkejut. "Ko cepat banget?" tanya Ipeh penasaran.

"Aku bilang ke ibu-ibu itu, bahwa istri saya sedang mengidam, " jawab Riki jujur.

Mendengar itu membuat Ipeh geram, Kenapa harus dirinya yang di bilang mengidam? padahal melakukan aja belum dan baru beberapa hari mereka mengucapkan ijab qobul masa secepat itu mengidam?

"Serah kamu aja!” Ipeh membuang wajah nya tanpa menoleh ke arah suami nya yang saat ini sedang membujuk. Di dalam hati Ipeh mengaminkan ucapan Riki bahwa diri nya lah yang mengidam tetapi di luar itu Ipeh berusaha untuk pura-pura kesal. Selain itu kesal karena tadi suami nya malah pulang terlambat dan di tambah lagi tidak memberi tahu, lalu yang kedua Riki mengatakan bahwa istri nya sedang mengidam.

"Duh, bumil ku...,” goda Riki menarik lengan istri nya agar istri nya menoleh.

"Diam ya!"

"Yaudah jangan marah-marah, pulang yuk!" ajak Riki menarik lengan Ipeh. Ipeh hanya membalas dengan pasrah saja.

**

Mereka sudah sampai di apartemen, Ipeh memasuki halaman apartemen yang begitu luas nya. Lalu menaruh nasi Padang yang tadi suami nya pesan. Lalu mereka makan bersama tidak ada suara apa pun itu.

Setelah makan sore, mereka beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Selesai Mandi Ipeh bercermin memandang wajah nya yang cantik dan tidak ada jerawat apa pun di wajahnya.

Tiba-tiba ada tangan yang melingkar di lehernya membuat Ipeh geli. "Jangan marah yaa..,” bujuk Riki wajah nya di taruhkan di ceruk leher istri nya tak lupa juga Riki mendusel hidung nya pada jenjang leher berwarna putih milik istri nya itu. Aroma sabun yang melekat mampu membuat Riki nyaman berada di leher istri nya.

"Aku ga marah,” kata Ipeh yang masih setia dengan make-up nya.

Alasan Ipeh memakai make-up malam-malam yaitu untuk menyenangkan hati seorang suami karena ia selalu di ajarkan oleh umi nya dan juga Abi nya. Jadi, Ipeh selalu melihat umi nya tiap malam mengapa selalu memakai make-up bila di depan Abi nya.

"Tapi tadi kok cuek?” tanya Riki yang masih setia di jenjang leher istrinya.
Ipeh berbalik badan nya, ia tidak sengaja mencium aroma wangian dari tubuh suaminya. "Aku kesel!"

"Jangan kesel sama aku, tadi aku ada rapat dadakan.” Kata Riki memandang wajah istri nya dengan Pupy eyes
"Ssstttt...,” jari-jari Ipeh berada di bagian bibir milik suaminya. Ia tidak mau suaminya mengoceh dari tadi. Riki hanya membalas wajah gemasnya.

Revisi: 27 Agustus 2022

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang