BAGIAN 25

1.7K 80 2
                                    

Setelah mereka pulang dari Mall, mereka berniat untuk kembali ke rumah nya. Riki melihat istri nya yang sedang tidur. Mungkin Ipeh lelah karena dari semalam mereka bergadang bukan berarti mereka melakukan kegiatan yang biasanya di lakukan oleh suami istri, tetapi mereka tidur di waktu setelah subuh karena waktu nya sangat mepet sekali. Dan, saat mereka hendak istirahat di siang hari tiba-tiba Abi Herman menyuruh mereka untuk mengantarkan Abang nya yang menuju ke bandara.

Riki sedikit terkagum melihat wajah Ipeh saat dekat seperti ini, jarak mereka sangat dekat. Jikalau Ipeh bangun sudah pasti nanti Ipeh akan memarahinya. Riki membangunkan Ipeh dengan menepuk pipi nya secara pelan. “Sayang, Bangun,” ucap Riki menepuk pipi istri nya dengan suara lembut.

Karena Ipeh merasa tidur nya terganggu, ia membuka mata nya perlahan ternyata mobil yang ia tumpangi dan di kendarai oleh Riki sudah berhenti di depan rumah nya. Mata nya sangat kantuk sekali karena semalam ia tidak tidur, dan tidur juga hanya dua jam itu pun di bangun-bangun kan terus oleh umi dan Abi nya karena Ipeh juga sadar saat pagi masih ada keluarga suami nya.

“Udah sampai ya, Mas?” tanya Ipeh dengan mata yang sedikit Terbuka. Riki Mengangguk dengan senyuman manis yang di berikan oleh Ipeh, tetapi Ipeh tidak menyadari hal itu. Karena menurut nya cowok senyum itu sudah biasa. Tetapi apakah Ipeh tidak mengetahui nya jikalau Riki senyum hanya ke istri nya saja?

“Yaudah ayo!” ajak Ipeh membangunkan posisi tubuh nya. Meski badan nya terasa sakit saat kelamaan tidur di dalam mobil dan Ipeh menahan rasa sakit itu. Karena ia juga tidak mau membuat suami nya menjadi tambah khawatir.

“Kamu duluan aja, mas bawa barang-barang dulu.” Suruh Riki. Ipeh hanya mengangguk dan memasuki halaman rumah nya. Saat ia memasuki halaman rumah nya dengan wajah lesu, tiba-tiba di ruang tamu sudah ada kedua orang tua Ipeh dan sudah ada para pembantu yang kemarin menjadi tukang sayuran.

Ipeh memasuki halaman rumah nya tak lupa juga ia mengucap salam terlebih dahulu. “Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam,” sahut yang ada di rumah Ipeh.

“Suami mu mana, Nak?” tanya Abi pada Ipeh. Ipeh menoleh ke belakang menunjuk suami nya yang sedang membawa barang-barang yang tadi mereka beli.

“Kenapa nggak di bantu?” tanya Abi Herman pelan dan lembut tetapi menurut Ipeh ucapan Abi nya sangat tajam di hati nya walau pun itu suara nya dengan lembut. Ipeh terdiam menatap Abi nya, suami nya tidak mau di bantu akhir nya Ipeh merasa bersalah kepada suami nya itu yang sudah membawa banyak-banyak barang yang tadi mereka beli. “Pak Riki nya ga mau di bantu.” Jawab Ipeh dengan memainkan jari-jarinya.

“Kasihan suami kamu,” timpal umi Halimah pada Ipeh.

“Gapapa kok,” sahut Riki tiba-tiba, yang membawa barang-barang menuju ke dalam rumah Ipeh. “Maaf ya, Mas?” bujuk Ipeh pada Riki. Riki hanya membalas dengan senyuman. “Nggak apa-apa sayang, kan aku yang suruh.”

Ipeh berniat untuk ke kamar nya yang berada di atas karena ia mengambil salah satu barang yang sangat berarti. Tak lupa juga Ipeh mengambil barang-barang yang berada di tangan suami nya itu ia taruh di dalam kamar. Awal nya Riki tidak mau tetapi ia yakin Abi nya ingin membicarakan penting kepada suami nya. Akhirnya Ipeh pun mengalah dan menaiki tangga menuju kamar nya.

“Istri mu sudah tahu nak Riki?” tanya Abi tiba tiba pada Riki. Riki menganggukkan kepalanya.

“Ipeh,” panggil Abi pada Ipeh yang sedang menuruni anak tangga. “kenapa, Bi?”

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang