BAGIAN 31

2K 133 13
                                    

YUHUUUUUUU WELLCOME BACK😍

MAAF YA GENGSS ADA KETERLAMBATAN UNTUK REVISI NYA<3 AKU SIBUK PKL 🥺🥺

HAPPY READING SAYANG NYA PAK RIKI 😽💐

**

🥀🥀

Ipeh menyuru suami nya untuk mengiris sebuah bawang dan juga cabai. Riki memang tidak keberatan dengan hal itu. Ia mengangguk lalu mengambil sebuah bawang dan juga cabainya, saat ia mengiris bawang hingga halus ia melihat istrinya dan memandang istrinya. Lalu tiba-tiba Jari telunjuk Riki teriris pisau yang sangat tajam.

“Awwshh” Riki menjerit kesakitan karna telunjuk nya terkena pisau. Lalu ia mengumpat jari itu di balik sebuah baju yang ia kenakan. Darah nya yang begitu Keluar secara terus menerus membuat ia meringis kesakitan.

Ipeh yang sedang melakukan aktivitas nya, ia menghampiri suami nya yang Meringis seperti orang kesakitan. Lalu Ipeh mengambil sebuah obat merah,  obat penyembuh luka berdarah, tak lupa juga untuk mengambil sebuah tissue dan kapas untuk menutupi luka.

Ipeh Melihat suami nya yang sedang mengumpat luka di jarinya lalu mengambil sebuah obat merah lalu menaruh ke jari telunjuk milik Riki. Riki yang di lakukan seperti itu hanya diam sambil memandang wajah istri nya. Masya Allah cantik... Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Riki, tetapi ia tidak terlalu keras mengatakan seperti itu.

“Masih pagi udah buat luka aja!” celoteh nya sambil menutupi jari telunjuk Riki dengan sebuah kapas serta tissue

“Tuh salahi aja pisau nya, cari perhatian banget,” kata Riki memandang pisau yang sedang di atas meja. Padahal pisau itu sangat diam dari tadi. Mengapa diri nya di salahkan? Jikalau saja pisau bisa berbicara maka pisau akan mengatakan seperti ini. “Maaf, aku salah apa ya? Bukan nya anda yang memakai saya. Lalu kenapa saya yang di salahkan?” kira-kira seperti itu lah.

Ipeh mendengus kesal, aneh saja pada suami nya ini. Kok bisa diri nya menikah dengan pria seperti Riki yang ternyata freak sekali. Ketika luka Riki sudah di tutupi dengan kapas dan juga sudah di tetesi dengan obat merah tadi.

“Udah beres! Kalau masih Sakit iya udah diam aja dulu nanti ga bakal beres.” Lebih baik Riki tidak membantu kalau memang dari pada membantu tetapi hanya bisa merecoki Ipeh.

“Dan—Kalau masih sakit ga usah ngajar dulu!” lanjut nya sebelum meninggalkan Riki di meja makan. Lalu Ipeh kembali untuk membuat sarapan pagi.

Riki hanya diam lalu melihat luka nya, Kedua kali nya ia kena pisau di saat sudah dewasa. Dulu semenjak usia 5 Tahun Riki tidak di boleh in untuk memegang pisau apalagi mengiris, Karena Riki nekat dan ia tetap kekeuh. Riki mengambil pisau lalu mengiris sebuah daun yang untuk main masak masakan. Dahulu Riki main masak masakan bersama sepupu nya. Walau pun di antara keluarga Besar kakek nya Riki adalah cucu lelaki sendirian. Tapi sekarang sudah  lagi dari bibi Riki. Begitulah kisah Riki sejak ia masih kecil.

Riki hanya melihat istrinya dari belakang, ia melihat gerak gerik istrinya. Yang sedang sibuk membuat sarapan pagi. Seusai Beberapa menit sarapan sudah matang dan sudah berada di meja makan. Riki membantu mengambil Piring dan juga air minum, Awal nya Ipeh menyuru Riki jangan membantu nya, tapi Riki malah memaksakan dirinya, Ipeh hanya bernafas pasrah saja.

Pasutri itu melanjutkan aktivitas sarapan nya, seusai sarapan Ipeh langsung mencuci piring sehabis sarapan tadi. Riki yang hendak ingin membantu tapi Ipeh tidak ingin suami nya terjadi apa apalagi.

Lebay!

Riki hanya pasrah saja, lalu Riki melingkar tangan nya di bagian pinggang milik Ipeh lalu menaruh dagu nya di atas bahu. Awal nya Ipeh hendak melepaskan pelukan itu, tapi pelukan malah makin erat membuat dirinya susah untuk nafas dan susah gerak.

“Plis mas lepas! Aku mau taruh piring ini,” ucap Ipeh meminta pelukan di lepas, tapi Riki malah menaruh wajah nya di bagian leher Ipeh dan sekaligus mencium aroma parfum. “Kalo di ikat gini rambut nya makin cantik,” bisik Riki di telinga kanan milik Ipeh.

“Pasti ada mau nya ya ‘kan?” tuduh Ipeh.

Riki menggeleng kepalanya. Ia memang memuji dengan kenyataan dirinya sendiri, bukan ada mau nya. Tapi kalau di tawari sih TEROBOS AJA.

“Nggak sayang,” kata Riki secara halus. Ia tetap menaruh wajah nya di ceruk leher istri nya yang sangat wangi itu.

“Lepasi dulu ya pelukan nya, Nanti malam Jumat depan boleh––”

“Eh nggak deh,”. Ucapan Ipeh terpotong karna dirinya keceplosan. Lalu Riki yang sedari tadi sudah senang untuk mendapatkan jatah malam Jum’at walaupun malam depan Riki malah kembali ke badmood.

“Dosa tahu tolak suami!” Kata Riki lalu meninggalkan istrinya yang sedang menyuci piring. Riki tidak peduli dengan istrinya. Ia di buat badmood oleh istrinya sendiri karena ucapan tadi.

“Semarah itu kan kamu?” gumam Ipeh melihat punggung Riki yang sudah menjauh dan suami nya itu menutup pintu kamar nya secara kasat. Tidak kasar hanya sedikit suara gebrakan.

Seusai menyuci piring Ipeh beranjak ke kamar mengambil sebuah khimar tak lupa juga memakai cadar berwarna abu-abu. Setelah siap untuk berangkat. Ipeh menginjak anak Tangga ia melihat suami nya yang sedang menunggu di depan spion mobil. Menatap kearah Ipeh. Ipeh yang di tatap seperti itu seperti tatapan horor.

Ipeh menaiki mobil lalu menutup pintu mobilnya, setelah itu melihat Riki yang sedari tadi hanya diam tidak seperti biasanya yang selalu bawel. Ipeh hanya kikuk di dalam keheningan mobil.

Tak terasa mereka sudah sampai di kampus, memang sekarang belum terlalu rame. Ipeh menyodorkan sebuah tangan nya tapi Riki hanya mengeluarkan sebuah dompet lalu mengambil uang sebesar 100.000 2 lembar. Padahal maksud dirinya bukan itu. “Bukan itu ih mas!” ucap nya sedikit kesal.

“Nih gini.”  Ipeh mengambil sebuah tangan kanan Riki lalu mencium punggung tangan Riki dengan lembut. Ipeh memikir gimana cara nya agar suami nya tidak mendiami sedari tadi.

Ipeh mengangkat cadar nya ke atas lalu mencium pipi kanan dan juga pipi kiri. Setelah di cium Ipeh kembali menutupi wajah nya dengan cadar.

“Oke jangan ngambek atau pun marah?!”

Riki yang di lakukan seperti itu hanya diam di mobil. Ia sebenarnya tidak marah dengan istrinya, ia tahu bahwa Ipeh belum siap. Tapi ya gimana lagi..

Riki melihat Ipeh yang sudah lari terbirit-birit melihat lucu dan juga gemas.

Riki melihat wajah nya di kaca dalam mobil, ia mengacak ngacak rambutnya PRUSTASII. Ada rasa malu dan juga salting.

“Argh awas kamu! Aku ancam di rum

**

Haloo cantik nya pak Riki 😍 mau apa nih dari pak Riki??😽💋

Pak Riki said: Spam next yuk supaya author nya semangat ❤️

DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang