Waktu malam sudah tiba, karena ini adalah hari ke tiga yang di maksud untuk jawaban Ipeh. Hari ini Ipeh akan mengucapkan jawaban dari doa-doa nya. Hari ini cukup ramai dan tidak dari sebelumnya, cukup ramai karena banyak saudara-saudara yang akan datang untuk melihat acara lamaran nya. Riki dan keluarga menuju rumah Ipeh bersama keluarga dan saudara-saudara nya. Ia memakai pakaian kokoh serta kopiah dan sarung santri. Pakaian nya cukup sederhana tetapi itu sangat Masya Allah.
Jujur, ini sangat gugup dari yang sebelumnya. Jantung nya sangat degup kencang, tangan nya dingin serta tremor dan menggetar. Riki membawa mobil milik nya, dan di dalam mobil ada Mama dan Papa nya. Bagian saudara di mobil satu lagi. Setiba sampai nya di rumah calon nya, beberapa saudara Ipeh ikut serta menyambut kehadiran Riki beserta keluarga.
"Assalamualaikum," ucap keluarga Riki pada keluarga Ipeh yang sedang menyambut kedatangan keluarga Riki.
"Waalaikumsalam."
Meski ini acara lamaran tetapi acara tersebut di datangkan oleh beberapa kyai dan pimpinan pondok pesantren dari pesantren Riki dan pesantren Ipeh. Mereka ikut datang untuk menghadiri keduanya. Acara ini di susun dari kemarin dan sekarang lumayan sederhana dan Masya Allah. Hidangan beberapa yang di sediakan membuat para saudara takjub. Padahal Ipeh lahir bukan di keluarga yang istimewa tetapi lahir di keluarga yang sederhana. Sebelum hari H, Ipeh mengundang alumni pondok pesantren nya, dan mereka datang tetapi hanya beberapa orang saja. Dan, kedua teman Ipeh ikut hadir. Mereka berada di kamar untuk menemani Ipeh yang sedang di dandani oleh MUA.
Acara di mulai dan di awali dengan bacaan doa-doa.
Ipeh berada di kamar bersama Shifa dan juga Nurul yang sejati menemani nya. Sekarang pun Ipeh gugup dengan ini semua. Tetapi dengan Bismillahirrahmanirrahim insya Allah di lancarkan. Rasa gugup yang berada di dalam diri Ipeh, Ipeh menggunakan pakaian yang lumayan cocok tetapi tidak mewah. Hanya gamis lalu di dandani oleh MUA pilihan saudaranya.
Nayla si perempuan Adik ke 2 dari umi nya memanggil ponakan nya yang berada di kamar agar keluar rumah untuk menyamperin keluarga Riki. "De?" panggil Nayla.
"Iya?" sahut Ipeh yang tiba-tiba mata nya membengkak karena sedari tadi Ipeh menangis terus.
"Kamu kenapa nangis?" tanya Nayla khawatir pada ponakan nya.
Ipeh memeluk Nayla, ia menangis di pelukan Nayla. "Ipeh sedih enggak ada Abang,"
"Tapi kamu sudah bilang kan, ke Abang mu? Dan doa in aja Abang mu semoga menuntut ilmu nya lancar dan juga ga ada kendala apa pun." Nayla menenangkan ponakannya agar tidak terus menangis.
"Yah, teh." Tutur Ipeh.
"Sudah, kalau kamu nangis, nanti kamu di anggap jelek." Nayla meledeki ponakan nya dengan senyum jahil. Ipeh memanyunkan bibirnya tepat di depan Nayla. Nayla hanya terkekeh melihat ponakan nya.
"Jangan nangis, Peh. Aku dan juga Shifa bakal selalu ada di samping mu. Ayo sekarang kita keluar!" Ajak Nurul. Nurul mengajak untuk keluar karena mereka sudah di tunggu oleh keluarga Riki di luar atau di ruangan bawah.
"Makasih," Ipeh tersenyum. Lalu keluar bersama kedua temannya.
Ipeh berjalan menuju keluar kamar di iringi oleh Shifa, Nurul, dan juga Nayla. Ipeh duduk di samping Abi nya dan juga Riki di samping Abi Ipeh bagian kanan.
Acara berdoa sudah selesai. Riki membuka suara dengan tidak gugup nya. "Bismillahirrahmanirrahim dengan izin Allah dan izin kedua orang tua saya, kehadiran saya disini bukan hanya sekedar silaturahmi, melainkan. Kehadiran saya disini ingin menjadi pendamping hidup sampai Jannah nya Allah, apakah kamu menerima nya?" Jelas Riki tanpa ada rasa gugup. Walaupun ini kondisi Riki sangat menggetar tiba-tiba tangan nya menjadi dingin. Percayalah itu semua untuk menghilangkan rasa gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOSEN BUCIN [PROSES REVISI]
Teen FictionSingkat saja. Ini adalah kisah tentang seorang dosen dengan mahasiswi nya. Dia adalah Riki dengan Ipeh. Riki, Nama lengkap nya adalah Muhammad Riki Nurrofiq, selaku dosen pengganti dari teman ayah nya yaitu untuk mengajar di beberapa fakultas yang...