Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun ia tidak pernah lagi mendengar kabarnya, Dia yang slalu ia tunggu. Bagaimana jika Dia hadir kembali dalam hidupmu?
"jangan lupa di baca" Ara menyodorkan satu buah buku pelajaran dan meletakan di meja chika, namun chika tak menghiraukannya ia malah terus sibuk dengan handphonenya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Chika lo denger gue ngomong nggak si?" Merasa di cuekin, Ara mengambil paksa handphone yang tengah di mainkan oleh chika.
"Apaan si ra"
"Gue lagi ngomong sama lo, lo dengerin gue enggak?"
"Denger kok"
"Masih ngambek nih? maaf" chika masih saja diam tak memandang wajah ara yang tengah berbicara dengannya.
"Chika!"
Chika manyun, kembali di abaikan panggilan ara. Sungguh, Chika masih kesal dengannya. Ah, gadis mana yang tidak kesal jika berada di posisinya. Berani bertaruh, mungkin banyak yang bersikap histeris. Memukul atau menampar eve misalnya.
"Maaf deh soal yang tadi gue bener-bener minta maaf sama lo Chik, gue gada maksud buat belain si eve atau apapun itu"
"Jadi? Bagaimana rasanya mengetahui sesuatu tetapi harus berpura pura tidak tahu. Apakah rasanya seenak coklat?"
"Chika maaf"
Ntah mengapa Ara sangat takut jika chika marah dengannya, harusnya ia senang karena hal ini Chika akan sedikit menjauhi dirinya.
"Kamu tau siapa eve kan? Dia orang yang sering ngehina dan ngerendahin kamu ra, terus tiba-tiba aku lihat kamu berangkat bareng dia, mana mungkin aku terima"
"Lo cemburu?"
"Aku bukan pencemburu, tapi milik aku ya milik aku. Aku ga mau berbagi apalagi terbagi. Menahan rindu akan lebih baik ketimbang menahan cemburu yang membuat otakku rusak"
"Iya deh iya ara minta maaf lain kali nggak bakal gitu lagi"
"Janji" wajah Chika terlihat berseri-seri.
"Iya ara janji, jadi jangan ngambek lagi ya?"
"Iya Ara nggak kok" senyuman menghiasi wajah mereka berdua.
Saat perasaan yang di sebut cinta itu datang dan mengisi hari-harimu, perlahan ia akan mengubah dirimu menjadi seseorang yang tak kau kenal lagi. Bahkan oleh dirimu sendiri. Memilih antara orang yang kau cintai dan teman-temanmu, mendahulukan kepentingannya di atas kebutuhanmu.
Mengingkari janji yang kau buat dengan para sahabat karena sebuah janji dengannya. Melakukan semua hal yang dulu kau benci, hanya untuk mempertahankan dirinya. Saat hal itu terjadi, pantaskah perasaan itu di sebut cinta? Atau hanya obsesi? Ambisi.
Memang benar jika seseorang benar-benar ingin menjadi bagian di hidup anda, maka mereka akan berusaha keras untuk berada didalamnya, tanpa alasan.
"Chika nggak laper?" Tanya ara.
"Laper ra"
"Ayo kita makan ke kantin"
Chika mengangguk, mereka berdua berjalan menuju kantin. Ara dapat menghela nafasnya dengan lega karena chika sudah tidak marah lagi dengannya.
Kantin hari ini sangat ramai penuh dengan murid yang sedang menyantap makanan siang mereka, ada yang berkerumunan. Ada yang duduk berdua di bangku deretan belakang, ada yang duduk bersama dalam satu meja namun tidak saling mengenal satu sama lain.
Sementara suasana kantin penuh dengan denda gurau, canda tawa, kata memanja rayuan gombal dan bunyi mengeluh terdengar dimana-mana. Semua bunyi itu saling bersahutan dan seperti membentuk lebah yang sedang mengitari madu.
Namun pandangan ara dan Chika fokus dengan meja di bagian tengah yang mana terdapat teman mereka tengah satu meja bareng, memakan makanan masing-masing tanpa ada rasa ragu sedikitpun.
Setelah memesan makanan, Ara dan Chika berjalan menghampiri teman-temannya yang terlebih dulu menyantap makanannya.
"Kalau akur gini kan enak di liatnya" ucap ara sambil meletakan makanannya di atas meja duduk.
"Bener apa kata ara, iya kan mir?" ucap chika menepuk bahu Mira. Mira kaget dan tersedak
"Uhuk uhuk uhuk" Mira batuk.
"Nih minum mir minum" ucap oniel dengan sigap menyodorkan minumannya ke mira. dan Mira segera meminumnya.
"Alhamdulillah gue masih tertolong, ga lucu lo chik kalau gue meninggal karena tersedak gimana, kasian emak gue belum lihat gue kawin" omel mira.
"Yang penting sekarang nggak meninggal kan?" Jawab chika, semua terkekeh melihat jawaban chika yang terlewat santuy.
"Perhatian banget di lihat-lihat bapak oniel ke Opung" ledek vivi.
"Gue tampar lo ya drun, jangan ngadi-ngadi" ucap Mira sambil mentoyor pala vivi.
"Tau tuh badrun, lagian gue tadi reflek aja. kasihan kan kalau opung beneran mati kan nggak lucu" ucap oniel.
"Badrun lo mau gue diperhatiin juga biar so sweet gitu, kaya ara chika?" Ucap adel.
"Najis" singkat padat dan menyakitkan itulah vivi. buat pacarnya vivi siapapun itu nanti tolong jadilah orang yang penyabar, makasih.
Chika menyenderkan kepalanya di bahu ara sambil kembali memainkan ponselnya. Fiony yang melihat hal itu merasa iri dan cemburu, kenapa ia tidak terima jika Ara dengan wanita lain.
Melihat hal itu fiony ingin segera pergi dari kantin karena tidak mau melihat Ara dan Chika yang hanya membuat hatinya sakit, finony meminta ijin pergi dengan alasan ingin pergi ke perpus.
"Guys gue cabut duluan, mau ke perpus" ucap fiony.
"Mau gue temenin?" Ucap adel.
"Nggak usah del, gue bisa sendiri. Kalau gitu gue duluan" fiony pun pergi.
Tak ingin kalah dari Ara dan Chika Adel mendusel dusel ke Oniel.
"Apa sih del"
"Biar uwu uwu gitu niel kaya mereka berdua" ucap adel sambil menoleh ke arah Chika dan ara.
Oniel mendorong tubuh Adel agar menjauh darinya, dan berdiri dari duduknya.
"YANG GA PUNYA BAHU UNTUK BERSANDAR, JANGAN IRI. JANGAN SEDIH KAWAN MASIH ADA BAHU JALAN TERSEDIA UNTUK KALIAN, TERIMAKASIH" ucap oniel.
"Freak banget lo Niel malu-maluin, untung lo ga ada di circle gue" ucap Amirudin alias Mira.
Oniel yang merasa menyesal dengan tingkah lakunya sendiri, segera duduk dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Lantaran banyak pasang mata yang melihat aneh ke arahnya. Tak berselang lama datanglah si biang kerok, alias ipi.
"Ara"
Mendengar seseorang memanggil nama orang yang sedang meminjamkannya bahunya untuk bersender, Chika menolah sinis ke arah suara tersebut
"Mau apa lagi?" Ketus chika.
"Santai chik gue lagi ga mau cari masalah untuk hari ini, gue mau menebus kesalahan gue. Gini aja deh semua makanan yang lo makan maupun temen lo gue aja yang bayar"
"Mau nambah sabi kali" ucap adel tak menyia-nyiakan kesempatan.
"Silahkan, kalian mau persen apa gue yang bayar"
"Nah kalau mode baik gini kan enak dilihat nya" sambung vivi.
Chika menatap jahat ke arah eve seperti ada perbuatan licik yang ingin ia lakukan.
"GUYS ADA KABAR BAHAGIA BUAT KALIAN!! BUAT KALIAN YANG ADA DI KANTIN YANG UDAH BELI MAKANAN ATAUPUN BELUM GAK USAH BAYAR, EVE ANTOINETTE ICHWAN YANG AKAN BAYAR MAKANAN KALIAN SEMUANYA, KALAU MAU NAMBAH JUGA BOLEH, SEKIAN TERIMAKASIH. SALAM BANGKRUT!!!" Chika menarik lengan ara dan segera berlari meninggalkan kantin tersebut.