chika ingin mengakhiri hidupnya

3.7K 437 38
                                    

Sesampai di rumah chika membuka pintu dengan penuh emosi dan membantingnya dengan keras. Ia ingin sekali membunuh kakaknya.

Ia menaiki tangga dengan berlari dan menghampiri kakaknya yang pasti tengah berada di kamarnya, benar saja kakaknya berada di kamarnya sedang duduk manis di atas ranjang nya dan berkutik dengan handphonenya.

"Tumben lo ke kamar gue, kenapa? duit lo habis? ntar gue transfer. sekarang lo keluar dari kamar gue, gue lagi pingin sendiri"

Chika melayangkan tas sekolahnya ke wajah vino.

"Laki-laki brengsek lo kak"

"Maksud lo apa? Sopan dikit sama yang lebih tua" ucap vino lalu berdiri tegak di hadapan chika.

"Buat apa gue sopan sama lo? lo itu laki-laki pengecut dan pecundang"

Plakkkkkk  vino menampar pipi chika, tamparan yang tadi ia terima dari Ariel saja masih membekas dan sekarang di tambah lagi tamparan dari kakaknya.

"Jaga ucapan lo ya, lo sekarang lagi ngomong sama kakak lo"

"Najis banget gue punya kakak kaya lo"

"Lo lagi mabok ya? coba jelasin ke gue lo lagi kenapa?"

"Harusnya gue yang tanya ke lo, lo kenapa? Ariela itu siapa?" Mendengar kata Ariela vino menjadi gugup.

"Ariela?"

"Iya, Ariela Calista Ichwan itu siapa?"

"Dia pacar gue"

"Dia bilang hamil karna lo, apa itu benar"

"lo tau dari mana?"

"Jadi bener? Anjing!!" Ucap chika sambil memukul tubuh vino yang keker.

Vino membalikan tubuhnya dan menghadap ke arah lemari, vino mulai memukuli lemari tersebut dan berteriak seperti orang gila.

"Gue ga nyangka lo ngelakuin itu kak, lo mikir gimana kalau papa sama mama sampai tau. mereka pasti bakal kecewa sama lo"

"Gue tau gue salah, gue juga bingung harus ngapain sekarang. lo jangan nyudutin gue"

"Lo itu goblok! yang harus lo lakuin sekarang nikahin pacar lo"

"Gue belum siap nikah muda, gue masih ingin menikmati hidup dengan bebas. lo itu masih kecil ga tau apa-apa"

"Gue udah udah 18 tahun gue udah dewasa, terus lo mau lari dari tanggung jawab? mikir kak dia perempuan, coba kalau pacar lo itu gue yang diginiin apa lo terima?"

"Ga ada yang berani ngelakuin hal itu sama lo, misal pun ada orang itu akan gue bikin nyesek seumur hidup. lo keluar dari kamar gue sekarang"

"Tapi gue cum-"

"PERGI!! GUE BILANG PERGI!!!"

Vino menyeret paksa chika agar keluar dari kamarnya.

Brakkkkk

Chika membanting pintu kamarnya, setelah membanting pintu kamarnya chika menangis sambil berjalan menuju meja rias yang ada di dalam kamarnya. Membanting semua barang yang ada di meja rias tersebut.

"Brengsek! Sialan! Akhhh" teriak chika histeris sambil terus membanting apapun yang ada di hadapannya.

Chika berjalan menuju kamar mandi yang juga berada di kamar itu, mengunci pintu kamar mandi. Menyalakan air kran pada bathtub hingga penuh. Tanpa melepas pakaiannya dan masuk ke dalam bathtub untuk merendam seluruh tubuhnya. Chika menahan rasa sesak karena mulai kehabisan oksigen.

Salah satu pembantu yang ada di rumah chika ada yang aneh dengan anak majikannya. Bi Minah mendengarkan semuanya, bantingan barang, teriakan dan tangisan pilu dari anak majikannya.

Minah merasa harus memberitahukan ini kepada vino, dengan langkah tergesa-gesa Minah berjalan ke arah kamar vino yang tak jauh berada dari kamar milik chika.

Minah mengetuk pintu seperti orang yang habis di kejar setan, terdengar teriakan dari dalam yang menyuruhnya masuk saat memasuki kamar itu ia sedikit kaget lantaran isi kamarnya berantakan, seperti habis ada perang di dalam kamarnya.

"Ada apa bi?"

"Itu den... Anu.... Non chika" bi Minah merasa gugup, bukan gugup karena ngelihat vino ya kawan.

"Chika kenapa?"

"Itu tadi saya mendengar suara bantingan barang dan teriakan dari dalam non chika, saya takut non Chika kenapa-kenapa" setelah mendengar jawaban dari Minah vino bergegas berjalan menuju kamar chika, ia takut chika menyakiti dirinya lantaran dirinya dan chika habis beradu mulut.

Vino bersyukur lantaran pintu kamar chika tidak di kunci, namun saat membuka pintu kamar itu rasa khawatir vino semakin bertambah. Kamar adiknya itu bagaikan kapal pecah, barang pecah di sana-sini. Namun, vino langsung berlari ke arah kamar mandi saat tidak sengaja melihat ada air yang keluar dari celah pintu kamar mandi itu.

"Chik? Chika? Sialan pintunya terkunci" vino mencoba mendobrak kamar mandi itu. Setelah mencoba hampiri empat kali akhirnya pintu itu terbuka. Menampilkan sosok adik perempuannya yang tengah terendam di bathtub.

Vino berlari ke arah chika, membawa tubuh mungil itu dalam pelukannya.

"Apa yang bibi tunggu? panggil ambulan sekarang"

Vino menggendong tubuh chika dan membaringkan di atas kasurnya. Vino berdiri di samping chika menatap sedih sang adik.

"Bodoh lo chik" ucap nya sambil merapikan rambut yang menutupi wajahnya.

Suara ambulan terdengar dihalaman depan rumah tersebut. Dengan cepat vino membopong chika ke depan dan membaringkan tubuh chika pada kasur ambulans.

"Vino ada apa ini? Chika kenapa?" Tanya gracia khawatir dengan putri bungsunya.

"Akan aku jelaskan nanti ma, sekarang kita bawa chika ke rumah sakit dulu" ucap vino, lalu mereka berdua menaiki mobil ambulans. Terlihat gadis mungil itu dengan wajah yang pucat dan tubuh sedikit membiru.

Saat ini chika tengah di tangani oleh dokter dan perawat, vino terus berjalan gelisah di depan pintu UGD. Sang mama, Gracia juga ikut memenangkan putranya yang nampak sedang khawatir.

Suara pintu terbuka vino langsung mengalihkan pandangannya pada pintu itu. Gracia berjalan menghampiri dokter tersebut.

"Siapa di antara kalian keluarga dari Yessica Marilena Harlan?"

"Saya mamanya, apakah anak saya baik-baik saja dok?" Dokter itu tersenyum tipis.

"Mari ikut saya ke ruangan, saya rasa kita perlu berbicara secara pribadi" gracia mengangguk dan mulai mengikuti langkah dokter itu.

Sementara vino, pria itu masuk ke dalam ruangan UGD dengan perasan yang kalut. Vino menemukan chika terbaring dengan tubuh yang tidak sepucat tadi. Chika nampak sudah memakai pakaian pasien degan selang infus berada di pergelangan tangannya.

Vino berjalan mendekati chika, vino menatap dengan seksama wajah adik bungsunya itu. Lamunan vino terhenti saat melihat mata Chika mulai mengerjabkan pelan.

"Lo bangun, Chik?''

"Kenapa lo bawa gue kesini? Harusnya, biarin aja gue mati" lo tokoh utama chik kalau lo meninggoy ntar kasihan ara dia jadi sadgirl. dan ntar para reader jadi marah-marah ke gue.

"Lo ngomong apa sih? lo tega ninggalin gue, mama, papa dan temen-temen lo?"

"Gue benci sama lo kak, lo kenapa bisa ngelakuin hal bodoh yang bikin gue malu di sekolah"

"Chik maaf, ini sebuah kesalahan"

"Stop ga usah bacot lagi, kepala gue pusing jangan sampai gue beneran mati"

"Mama ikut kesini, dia sedang berbicara dengan dokter"

"Mati gue, habis ini bakal dapet Omelan dari mama"

"Lo tenang aja, mama ga mungkin marah. Karna dia bakal tau apa yang ngebuat lo jadi kaya gini, biar gue yang urus" chika sedikit bisa menghembuskan nafasnya dengan lega, kenapa ia bisa melakukan hal konyol seperti ini. kalau ia beneran mati ia tak akan pernah bisa bertemu dengan ara, orang yang berhasil mencuri hatinya.

DIA HADIR KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang