End!

5.3K 456 131
                                    

Langkah Ara bersamaan dengan semua emosi yang dirasakannya,sedih, marah, kecewa menjadi satu.

Ara, Chika dan Christy kembali ke Apartemennya, dari jauh ia melihat dua lelaki berbaju hitam telah berdiri tegap di depan pintu apartemennya.

"Maaf, Anda siapa ya?" Tanya Ara setelah sampai di depan pintu apartemennya.

"Kami berdua adalah anak buah dari tuan Harlan, tuan Harlan tidak mengizinkan kalian untuk masuk ke dalam." Jawab mereka.

"Kenapa papa saya tidak mengizinkan kita masuk? Bukankah apartemen ini sudah jadi milik saya." Ujar Chika.

"Biarkan kita masuk ke dalam." Ujar Ara.

"Maaf mba, kalau anda memaksa kita akan melakukan kekerasan. Tolong pergi dari sini." Pengawal tersebut bersikeras.

Brukkk

Ara mencoba mendorong mereka berdua. Namun sayang, badannya terlalu kecil untuk melawan dua orang kekar di hadapannya ini.

"Jangan sampai saya memukul kepala anda, silahkan pergi dari sini."

"Jangan sakitin kakak kitty, dasar om gendut jelek." Ucap Christy sambil memukuli lengan anak buah Harlan.

"Christy udah, mending kita pergi dari sini." Ujar Ara melerai. Lalu mereka berempat segera pergi dari Apartemen.

Tidak ada pilihan lain selain pergi ke rumah orangtuanya, Mungkin di rumah Shani lah mereka akan aman.

Setelah sampai di rumah Shani mereka segera menuju kamar masing-masing untuk merehatkan badan dan pikiran.

Ara membanting tubuhnya ke atas kasur, ia meletakkan tangan kanannya ke atas dahi dan memutar kembali percakapannya dengan mertuanya beberapa hari yang lalu.

Apakah ia harus menceraikan Chika agar hidupnya tenang? Atau mereka kabur saja dari rumah dan hidup bertiga? Tidak mungkin, mereka pasti tidak akan bisa hidup tanpa orang tuanya.

Ara bangkit dari tidurnya dan mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang.

Tut tut tut maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi. Sial, bagaimana bisa nomor kedua orangtuanya tidak bisa di hubungi.

Ada apa dengan orang tuanya? Apa yang para orang tuanya dan orang tua Chika rencanakan? Sungguh hal ini membuat Ara gila.

"Sialan!" Dengan kesal Ara melempar ponselnya ke sembarang Arah, tak peduli jika handphonenya membentur tembok dengan suara keras.

"Astaga Ara! kenapa sih?" Tanya Chika heran, Ara tak menjawab pikirannya masih kemana-mana.

Chika mendekati Ara dan duduk di sebelahnya, ia meraih kepala Ara untuk di senderkan di bahunya. "Kamu kenapa?" Tanya Chika dengan halus.

"Aku bingung, Chik. aku bingung sama hubungan kita sekarang," Jawab Ara.

"Maksud kamu?"

"Kamu tahu sendiri kan papa kamu udah gak ngizinin kita untuk sama-sama lagi, terus bunda aku juga gak bisa aku ajakin kompromi. Udah gak ada lagi orang yang bantuin aku buat perjuangin kamu." Ujar Ara panjang.

"Masih ada Chris-"

"Christy? Christy bisa apa? Dia masih kecil dia gak bakal ngerti sama urusan kita, aku tau dia bakal belain kakaknya tapi dia nggak bakal tau gimana cara nanggepinnya dengan baik." Ujar Ara lagi.

"Terus?"

"Ikutin apa kata papa kamu, jujur aku gak tenang dengan keadaan kita sekarang. Aku ngerasa tertekan setiap hari."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIA HADIR KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang