U A | 5

2.4K 153 11
                                    

----

Tok tok tok tok

Di hari mulai larut malam ini, cowok yang masih memakai seragam itu berdiri di depan sebuah rumah yang ia yakini adalah rumah Clara.

"Iya? Eh kakak-" Anak remaja berumur 14 tahun itu memutar ingatan otaknya. Ia menjentikkan jari saat ingat siapa orang yang ada di depannya saat ini. "Kakak yang sering di depan gerbang ya?" celetuk Deren bersemangat.

Arsen menaikkan alisnya sebelah, bertanya-tanya di dalam hati siapa cowok yang ada di depannya ini? Sepertinya ia seumuran dengannya, tapi kenapa memanggilnya dengan sebutan kak?

"Lo-" ucapan Arsen terpotong.

Deren menjabat tangan Arsen di samping badan. "Hai kak, aku Deren. Adiknya Kak Clara," Ia memperkenalkan dirinya dengan percaya diri pada Arsen.

Arsen manggut-manggut, sekarang ia tahu siapa anak remaja ini tanpa mengeluarkan banyak kalimat. "Kakak PDKT-annya Kak Clara ya?" tanya Deren penasaran.

Kening Arsen mengerut. "Bukan," jawabnya singkat.

"Eh kakak juga wakil ketua geng motor itu kan? Zervelos ya namanya seingat aku. Wahh keren banget, kira-kira anak SMP kelas 9 boleh ikutan? Terus kalau masuk syaratnya apa? Aku boleh gabung nggak?" cerocos Deren.

"Nggak!" sahut seseorang dari belakang Deren.

Keduanya cowok itu menoleh ke arah suara. "Ngapain? Mau ngajak adik gue masuk geng motor berandalan lo itu?" celetuk Clara. Jujur saja, ia masih kesal dengan Arsen karena perlakuannya tadi.

"Kan biar keren kak," bantah Deren.

"Masuk dek," titahnya pada Deren.

"Tapi-"

"Masuk atau kakak ngadu ke bunda kalau kamu mau ikut geng motor," balas Clara. Deren menghela nafas kecewa lalu melangkahkan kaki naik ke lantai atas.

Clara berjalan mendekati Arsen yang berdiri di ambang pintu.

"Ngapain?" tanya Clara datar.

Untung saja bundanya pergi keluar, dan ayahnya masih bekerja, jika tidak pasti sudah ia usir si Arsen itu.

"Gue mau minta maaf," jawab Arsen menatap lekat manik mata Clara.

Hati Clara tergesir mendengar penuturan Arsen, apa tidak salah? Jelas-jelas tadi cowok itu sudah mencaci maki dirinya. Clara sedikit mengalihkan pandangannya, takut terlihat salah tingkah di depan Arsen.

"Soal?" Ini adalah pertanyaan bodoh yang keluar dari mulutnya. Ia menggerutu di dalam hati, kenapa mempertanyakan itu.

"Soal tadi, gue udah putus sama Amanda," sahut Arsen membuat mata Clara terbelalak. Hubungan mereka belum ada satu minggu, itulah yang membuat Clara kaget.

Dari dalam hati memang terbesit rasa senang karena Arsen putus dengan Amanda, tetapi disisi lain ia juga masih punya rasa kasihan.

"Lo bisa berubah nggak sih Ar?" tanya Clara. Kali ini ia berani menatap cowok yang ia sukai itu.

Arsen menaikkan alisnya sebelah. "Maksud lo?"

"Gue juga cewek Ar, meskipun Amanda bersikap nggak baik sama gue, tapi gue masih punya empati sebagai sesama cewek. Gue tahu gimana perasaan dia sekarang. Lo pikir cewek semurah dan segampang itu Ar? Perasaan gak bisa dibuat main-main!" tutur Clara panjang lebar dengan mata memerah. Kenapa ia bisa mencintai seorang Arsen.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang