U A | 46

1K 117 27
                                    

Malam genggss!! Para readers UNTUK ARSEN..
Seneng banget ternyata ada yang nungguin lanjutan cerita ini.
#FYI, aku updatenya setiap 2 hari sekali yaa.

Di part ini, kalian bakal seneng. Serius deh!

Okeu langsung aja bacaa

Happy reading!!❤

----

Suara burung yang mulai berkicauan membangunkan Clara dari tidurnya. Ia menyibak selimut, lalu berjalan membuka jendela. Hidungnya menghirup udara pagi ini sebanyak-banyaknya.

Tadi malam, ia sampai rumah pukul 10 setelah ditelfon oleh Astrid. Dan batu bisa tidur pukul 3 pagi. Sedangkan tasnya, Serra dengan baik hati masih peduli dengan mengantar tas milik Clara.

Bukannya berniat begadang, melainkan ia tak bisa tidur. Otaknya terus berputar mengingat kejadian memalukan yang menimpa.

Bagaimana besok ia akan menghadapi berbagai macam cemoohan. Ia tak sanggup. Ia tak kuat. Mentalnya lemah. Dan pula tak ada yang membelanya, ia tak punya teman.

"Kenapa masalah beruntun nimpa gue? Gue nggak kuat," lirihnya menahan tangisan. Ia sesudah lelah menangis.

Beruntung hari ini Minggu, jadi Clara bisa mengistirahatkan pikirannya sejenak sekaligus memikirkan apa yang akan ia lakukan besok untuk menghadapi semua murid.

Bibir Clara melengkung tipis. Ia menatap langit. "Tapi gue yakin sama Tuhan. Ini semua pasti bisa gue lalui. Setelah malam yang gelap, pasti ada pagi yang cerah."

"Gue nggak boleh nyerah! Gue pasti bisa lalui ini. Tunjukkin ke semua orang kalau lo kuat Ra, lo bukan cewek lemah!" monolognya bertekad.

"Gue pasti bisa!"

****

Hari ini Clara harus pergi ke rumah sakit untuk mengajak Arsen belajar bersama. Sebab besok sudah mulai PTS. Sesuai pengumuman, bagi yang tidak bisa mengerjakan langsung di sekolah tetap bisa mengerjakan secara online. Jadi tak ada alasan untuk Arsen menolak ajakan Clara.

Jika ditanya, apakah Clara masih cinta pada Arsen. Tentu jawabannya adalah iya. Bagaimanapun juga, menurut Clara move on dari seseorang merupakan hal yang sulit. Apalagi ini Arsen. Mencintai cowok itu lebih dari satu tahun membuatnya sulit untuk move on.

Lagipula Clara bukan tipe orang yang gampang melupakan orang yang dia cintai. Butuh waktu berbulan-bulan agar bisa move on.

Kini ia telah bersiap lengkap dengan tas sekolahnya dipunggung, berisi buku-buku yang dibutuhkan.

"Bunda, Clara mau jenguk Arsen dulu ya. Sekalian mau belajar bareng, besok PTS," ujar Clara pada Astrid yang sedang mengelap meja.

"Ekhem." Deheman Deren mampu mengalihkan perhatian wanita dan gadis itu. "Jenguk 'temen' sakit tiap hari gitu ya?" sindirnya dengan menekan kata 'teman'. Tak lupa ekspresi menyebalkan yang membuat Clara semakin kesal.

Sontak Clara melayangkan tatapan sinis pada diknya itu. "Sensi banget sih!" cibir Deren.

"Kamu juga tuh, mancing-mancing emosi kakak kamu. Udah tahu kakak kamu gampang banget marah," ujar Astrid.

Tatapan Clara beralih pada bundanya. "Bunda..." rengeknya.

Astrid tertawa geli. "Iya-iya maaf. Oh ya bentar, bunda ambilin makanan buat Arsen sarapan."

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang