U A | 71

1.1K 99 7
                                    

----

Cewek itu terdiam dengan air mata yang semakin lama semakin banyak. Bagaimana tidak, di depannya kini terdapat brankar dorong dengan orang di atasnya tertutup kain putih disekujur tubuh.

"Itu Arsen, Ra.."

Dengan memberanikan diri, Clara membuka kain itu dibagian wajah. Saat melihat sosok manusia itu, Clara menggeleng tegas. "Nggak! Bukan!"

"Ini pasti kembarannya Arsen!"

Ia menoleh ke arah Bagas. "Om Bagas! Bilang kalau Arsen punya kembaran Om! Dia kebaran Arsen kan? Iya kan, Om? Jawan Om!"

"Kevin! Arsen punya kembaran kan? Jawab gue Kevin!"

Ditya mencoba mengusap bahu Clara menenangkan. "Ra.. Itu beneran Arsen."

"Bukan Ditya! Arsen masih hidup!"

"Nggak, Ra.. Ikhlas, Ra.."

Tangisan Clara semakin histeris kala beberapa perawat itu mendorong brankar menjauh dari sana. "Jangan bawa dia!"

"Arsen!"

"ARSEN!"

Clara tiba-tiba terduduk. Napasnya tak beraturan. Bahkan matanya sungguhan mengeluarkan air.

"Astaga, Ya Ampun.." Clara mengelus dadanya untuk menenangkan diri.

"Ini cuma mimpi, Ra.." ucapnya.

Tangannya beralih mengusap sisa cairan di sekitar pipi.

Dering handphone mengganggu pendengarannya kali ini. Ia segera meraih benda itu dari nakas. Nama Ditya tertera di sana.

Jantung Clara langsung berdetak dua kali lebih cepat. Kenapa sama seperti awal mula dari mimpinya. Banyak pikiran buruk langsung menyerang.

Dengan tangan yang bergetar, Clara menggeser simbol berwarna hijau. "H-hallo," sapanya terbata-bata.

"Belum tidur, Ra?"

"Be-belum. Baru kebangun."

"Udah malam, tidur ya. Jangan marathon novel, series, drama, ataupun yang lainnya," peringat Ditya.

"Ditya.." lirih Clara.

"Hm, kenapa?" sahut Ditya lembut.

"Gue mimpi buruk," jawab Clara.

"Udah shalat belum?" balas Ditya.

"Udah. Gue takut Arsen kenapa-napa Dit. Gue mimpi buruk soal Arsen," ucap Clara.

"Do'ain aja semua mimpi buruk lo didunia nyata jadi kebalikannya. Yang artinya Arsen nggak kenapa-napa."

"Aamiin.."

"Ya udah, tidur ya. Gak usah mikir aneh-aneh. Yakin kalau Arsen baik-baik aja. Jangan lupa besok cepet sarapan. Makannya jangan ditunda-tunda," tutur Ditya.

Clara mengangguk yang tak bisa dilihat oleh Ditya. "Iya, Dit."

"Bye.. Have a nice dream. Jangan lupa berdo'a."

"Bye.. You too."

Clara membuang napas panjang. Ia mengembalikam handphone, lalu kembali berbaring di kasur. Tak lupa ia membaca do'a agar tak bermimpi buruk lagi.

****

Semua buku jadwal pelajaran hari ini sudah lengkap. Padahal tak ada pelajaran. Namun Clara tetap Clara yang taat aturan dan hampir tak ada niat untuk melanggar.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang