U A | 39

1.2K 118 14
                                    

Happy reading everybodyyy!!

----

Sudah 5 hari lamanya, Clara menghindari Arsen. Untungnya cowok itu dalam masa skors, jdi ia tak perlu usaha yang besar untuk menghindar.

Baim, Vian, dan Ditya sempat menanyakan kenapa ia menghindar dari Arsen. Mereka sangka, Clara dan Arsen putus. Namun Clara sudah menceritakan semua yang terjadi agar mereka tak ikut salah paham.

Hari ini juga, tepatnya Keano kembali masuk sekolah. Lengkap dengan perban yang masih menempel dihidungnya.

"Ya ampun Keano?! Apa kabar?" pekik Retta heboh menyambut kedatangan orang yang ia cintai sejak kelas 10 itu di ambang pintu.

Tapi seketika mata berbinarnya berubah setelah mendapati Clara berada di belakang Keano. Rahangnya mengeras seolah ingin menelan seseorang hidup-hidup.

"Lo nggak punya rasa puas ya?" tanyanya sinis.

Tentu Clara bingung, apa maksud Retta. "Maksudnya apa?"

"Setelah Arsen, sekarang temennya. Emang gak ada puasnya lo. Gue pikir lo temen terbaik gue Ra, ternyata bukan," hardik Retta.

Clara menggeleng. "Gue nggak kayak gitu Retta," elaknya.

"Yang gue pikir lo bestfriend gue, ternyata gue salah. Salah besar," balas Retta menahan amarah. Bisa dilihat dari tangannya yang mengepal kuat.

"STOP!" bentak Keano tiba-tiba. Membuat perhatian sekitar tertuju padanya. "Lo nggak usah playing victim!" tekan Keano seraya menunjuk wajah Retta.

Mulut Retta menganga lebar tak percaya. "Playing victim? Jelas-jelas dia rebut lo dari gue Ken!"

"Tapi gue nggak merasa dimiliki lo!" bentak Keano semakin meninggi. "Gue bukan milik lo! Dan gak ada yang rebut gue dari lo!" lanjutnya penuh penekanan.

Retta bungkam. Jika Keano sudah angkat bicara, ia sudah kehabisan kata-kata. Cowok itu selalu mengeluarkan kalimat yang bisa membuatnya diam seribu bahasa.

Clara berjalan mendekati Retta. Posisinya sekarang ia berada di samping kanan Keano. "Retta," panggilnya halus.

"Lo sendiri udah tahu gue dari awal cintanya sama siapa. Dan lo tahu sendiri siapa. Gue nggak cinta sama Keano. Sampai kapanpun," lanjutnya melirih.

Clara juga kasihan pada Retta yang tak kunjung mendapat balasan cinta dari Keano. Ia tahu sendiri, bagaimana perjuangan cewek itu. Jadi tak mungkin juga ia merebut Keano begitu saja. Ia tak sejahat itu.

Retta tak membalas apapun, ia memilih masuk ke dalam kelas dengan langkah lebar. Sementara Clara menghela nafas panjang. Ia sudah kenal Retta sejak lama. Ia tahu betul sikap dan sifatnya.

"Ya udah Ra, ayo masuk," ajak Keano. Clara hanya mengangguk sebagai jawaban. Lantas ia berjalan terlebih dahulu melewati Keano.

Yang perlu diketahui, mereka tak berangkat bersama. Kebetulan sekali Clara bertemu dengan Keano di depan gerbang setelah turun angkot. Ia sekedar menanyakan keadaan cowok itu sebagai teman dan sebagai perminta maafannya, karena bagaimanapun ia juga ikut andil dalam musibah yang menimpa Keano.

****

Bel istirahat berbunyi beberapa detik yang lalu. Clara segera bergegas menuju ruang jurnalis. Sebab perlu ada yang dibahas untuk acara besok lusa.

Tapi hatinya serasa ada yang mengganjal. Arsen, cowok itu mengerumuni otak Clara.

"Mau kemana Ra? Cepet-cepet amat," celetuk Ditya yang melihat Clara tergesa-gesa dalam merapikan mejanya.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang