U A | 62

1.3K 116 25
                                    

Happy reading gengss🔥
Semoga kalau ngefeel kalian nangis diakhir part ini:))

----

Tanpa diduga pula, orang itu juga menoleh ke arah Clara. Ia menyipitkan mata seperti mengingat wajah Clara. "Lo— Clara?"

"Totalnya 189.400 mbak." Sontak Clara kembali pada kasir di depannya. Dengan cepat Clara memberikan dua lembar uang yang tadi diberikan oleh Astrid.

"Totalnya 45.000 mbak," ujar kasir sebelah.

"Ini kembaliannya 10.600 ya mbak, terimakasih," ujar kasir ramah seraya memberikan uang kembalian dan satu kantong plastik besar pada Clara.

"Iya sama-sama mbak," balas Clara. Ia segera berjalan cepat keluar minimarket tanpa menoleh ke samping.

"Kembaliannya 5.000 mbak, terimakasih."

"Sama-sama." Ia segera menyusul Clara yang sudah menghilang dari balik pintu. Bahkan ia sedikit berlari. Keberuntungan berpihak padanya, Clara masih berdiri dipinggir jalan. Maka ia segera menghampiri cewek itu.

"Clara! Lo Clara kan?"

Refleks, Clara menoleh ke arah suara.

"Pacarnya Arsen?" tanyanya ragu.

Clara memilih membuang muka tanpa menjawab sepatah kata pun.

"Gue Leva, lo ingat?"

Serasa hati Clara tergores pisau begitu saja. Mendengar namanya saja sudah kesal. Apalagi sosok cewek itu sekarang berdiri di sampingnya.

"Gimana hubungan lo sama Arsen? Please jawab gue," mohon Leva.

Clara menghela napas panjang sembari memejamkan mata sejenak. "Apa pentingnya buat lo?" tanyanya dengan nada datar.

"Kalau lo udah tahu beritanya, harusnya lo nggak perlu tanya," balas Leva yang membuat Clara semakin kesal.

"Emang menurut lo gimana? Gue bukan cewek gatel yang bakal rebut cowok sembarangan," sinis Clara. Tentu ia tujukan untuk menyindir cewek bernama Leva itu.

"Apalagi cowok yang mau punya anak. Gue nggak semurah itu," lanjutnya.

"Lo nyindir gue?" tanya Leva sengit.

"Gue nggak sebut merk. Nggak tahu situ ngerasa," balas Clara tanpa menatap Leva yang memberi kesan terlalu menyebalkan bagi Leva.

Leva mengepal kuat. Tapi ia tak boleh kalah dengan Clara. "Gue bakal nikah sama Arsen," ucapnya menyombongkan diri.

"Nikah aja, toh itu tanggung jawab Arsen. Lagian gue juga nggak mau nikah sama orang yang nggak bertanggung jawab," sela Clara cepat tanpa berpikir.

Leva terkekeh sinis. "Gue tahu lo sebenarnya iri sama gue."

Clara sedikit melirik Leva dengan tatapan jijik. "Ngapain gue iri sama lo. Sorry gue masih punya harga diri. Dan satu lagi, gue belum jebol."

"Rese banget sih lo!" geram Leva. Ingin sekali tangannya melayang menampar Clara. Namun tertahan saat orang berjaket hijau berhenti di depan mereka.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang