U A | 23

1.4K 125 14
                                    

Sorry gengs agak telat

Yang penting vote dulu yokk

Happy readinggg

----

Suara riuh dari luar terdengar ditelinga cowok yang tertidur satu jam yang lalu itu. Ia beranjak dari kasur, lantas keluar.

"Weh Arsen di sini ternyata," celetuk Baim heboh seraya merangkul pundak wakil ketua mereka itu.

"Minta nomornya Clara," ujar Arsen pada entah siapapun yang menjawab.

"Ada apanih, nggak ada badai nggak ada hujan minta nomornya ibu Clara? Padahal nomor kita belum disave," cibir Ditya tak kalah hebohnya.

Arsen berdecak kesal. "Gak guna minta ke kalian. Ken, minta nomornya Clara," ucapnya beralih pada Keano. Cowok itu merogoh sakunya mengambil benda pipih, lalu memberikanya pada Arsen.

"Wih hp baru pak wakil?" seru Baim.

"Kan Arsen udah bilang hpnya nyemplung sungai dodol!" sahut Vian kesal.

Baim menepuk keningnya sendiri. "Oh iya lupa."

Arsen memberi tahu teman-temannya jika hpnya jatuh ke sungai tadi pagi saat mereka mampir ke apartemen Arsen sebelum pergi sekolah.

"Nampak-nampaknya bapak Arsen mulai terpesona dengan kepintaran ibu Clara. Bagus deh tipe nya naik dikit, bukan cabe-cabean pasar malam," goda Ditya diakhiri tawa menggeegar, disusul Baim.

Cekatan, Arsen mengambil bantal sofa dan menimpuk mulut dua cowok tak ada akhlak itu.

"Tapi hati-hati aja, udah ada pawang soalnya," sahut Vian.

"Halah pawangnya kayak Kevin mah kecil. Ya nggak Ar?" ujar Baim seraya menaik-naikkan alisnya.

"Kevin mah cupu, jauh dibanding sama Arsen," imbuh Ditya.

"Emang Clara tipenya kayak Arsen?" saut Keano tiba-tiba yang semula hanya diam saja.

"Lo nggak perhatiin gimana Clara kalau lagi sama Arsen? Mukanya seneng-seneng aja tuh, pernah gue ngegepin dia senyum-senyum sendiri pas sama Arsen," balas Baim.

"Betul itu!" tambah Ditya.

Tanpa mereka sadari, Arsen tersenyum miring yang entah apa artinya. "Gue cabut," pamitnya.

"Let's play dear."

****

Terlihat tiga cewek yang masih berpakaian SMA turun dari taksi, berhenti di depan rumah minimalis lantai 2. Mereka melangkah semangat menuju rumah itu, dengan beberapa kantung plastik sebagai buah tangan.

"Assalamualaikum," seru Retta seraya mengetuk pintu. Pencitraan si Retta, biasanya juga main masuk aja. Jika Clara melihat, pasti ia akan mencibir cewek itu habis-habisan.

"Waalaikumsalam," jawab Astrid setelah membuka pintu. "Eh Retta, ini teman-temannya Clara kan?" sahutnya.

Retta mengangguk. Lyona dan Oliv pun juga ikut tersenyum simpul. "Iya tante, kita mau jenguk Clara," jawab Retta.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang