U A | 14

1.8K 131 25
                                    

Votenya dulu yokkk

Happy readingg^^

----

Sesuai janjinya, Arsen menurunkan Clara di halte. Bukannya apa, Clara hanya tak mau semakin menjadi bahan omongan murid lain jika ia sampai di sekolah bersama wakil ketua Zervelos itu.

Saat berjalan di koridor, tiba-tiba badannya tertarik masuk ke lorong yang jarang dilewati orang.

Bruk

Punggung Clara terbentur tembok, membuatnya meringis kesakitan. Ia jadi dejavu dengan peristiwanya bersama Amanda. Kepalanya perlahan mendongak melihat siapa yang berada di depannya.

"Heh cewek centil! Ngapain lo bareng sama Arsen? Gatel banget jadi cewek!" bentak Keyna. Di belakangnya ada 2 orang yang Clara yakini adalah dayang cewek itu.

Benar dugaan Clara. Hanya karena berangkat bersama Arsen ia akan berada dalam masalah besar. "Sorry kak bentar lagi bel," balas Clara.

"Gak peduli gue!" sentak Keyna. "Jangan deket-deket sama Arsen! Kalau nggak lo bakal senasib sama cewek-cewek yang udah gue bully!"

Clara mengamati, sepertinya Keyna tak sebrutal Amanda. Ia menarik nafas panjang mengumpulkan keberanian. "Begini ya kak, gue sama Arsen cuma temenan. Garis bawahi temenan. Dan gue juga punya pacar, itu artinya gue nggak ada perasaan sama Arsen," jelasnya menahan rasa takut.

"Coba Kak Keyna pikir ya, lo kan pacaran sama Arsen, apa mungkin lo cintanya sama cowok lain? Gimana?" tambahnya.

"Kayaknya lo emang anak pinter. Bener yang dibilang Baim, lo rangking satu terus," sahut Keyna dengan wajah datar.

"Ya alhamdulillah." Clara tersenyum kaku.

"Kuncinya apa?" tanya salah seorang yang berada di belakang Keyna.

"Belajar belajar belajar." Clara menjentikkan jarinya.

"Btw, katanya tipenya Arsen anak pinter?" sahut Keyna. Clara sontak menegang. Anak pintar? Yang benar?

"Nggak tahu juga sih kak. Oh ya udah bel, gue harus ke kelas." Perlahan Clara melangkahkan kakinya seraya berkata, "Belajar belajar belajar."

"Kita harus belajar," ujar Keyna.

"Iya!" Kedua dayangnya berseru kompak.

Clara menghela nafasnya lega saat berhasil keluar dari hawa panas yang yang disebabkan oleh si kakak kelasnya itu. Ternyata kata orang-orang benar, berpura-pura polos di depan orang bodoh. Ya, sangat manjur.

****

Seorang cowok remaja dengan masih berpakaian seragam bersiul ria seraya sesekali menghirup vapenya. Kini ia berada di markas yang sepi, sebab yang lain tentu masih sekolah.

Setelah mengantar Clara sampai halte tadi pagi, Arsen tak melanjutkan laju motornya ke sekolah. Melainkan putar balik menuju markas. Antek-anteknya semua pergi ke sekolah. Bahkan sang ketua, Bryan pun juga masuk sekolah.

"Clara suka nggak sih sama gue?" monolognya tiba-tiba.

"Eh kenapa jadi mikirin tuh cewek!" geramnya seraya memukul kepalanya sendiri.

Dering notifikasi berbunyi dari hpnya. Mamanya mentransfer uang. Arsen menghela nafasnya kasar. Tak hanya uang yang dibutuhkan, ia ingin sosok orang tua yang selalu menemaninya kala susah dan senang.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang