U A | 59

1.2K 114 23
                                    

Happy readingggg

----

Sebuah mobil Avanza hitam berhenti di depan gapura yang bertuliskan SMA Garuda Jaya. Mulai hari ini, Clara akan diantar jemput oleh Vando. Karena pria itu khawatir jika tiba-tiba Clara diganggu oleh Arsen ataupun orang lain.

Tak lupa, Clara bersalaman dengan ayahnya. "Ingat pesan ayah tadi," peringat Vando.

Clara mngangguk patuh seraya tersenyum tipis. "Iya, yah." Lantas ia keluar dari mobil.

"Hai, Clara," sapa seorang cewek yang tak ia kenali.

"Iya, hai," balas Clara. Ia mengerutkan keningnya bingung, kenapa banyak sekali yang menyapanya. Dan bagaimana bisa banyak orang kenal dirinya. Sungguh aneh.

Saat melewati mading, Clara penasaran kenapa sepagi ini mading sudah dikerumuni. Tapi Clara berusaha tak acuh. Ia mengedikkan bahunya, lalu melanjutkan langkah ke kelas.

Di sepanjang koridor yang biasanya Clara berjalan santai, kini ia membalas sapaan-sapaan murid lain. Mulai adik kelas, seangkatan, bahkan kakak kelas. Astaga, Clara tak suka dikenali banyak orang.

"Eh Clara," celetuk seorang cewek. Yang Clara lihat dari betnya, itu kakak kelas.

"Iya kak?" balas Clara sopan.

"Udah lihat mading?" tanya cewek bername tag Vania itu.

"Ha? Belum kak, ada pengumuman apa ya?" sahut Clara.

"Ya udah deh, mending lihat sendiri. Gue nggak mau dikira ngada-ngada," jawab Vania. Kemudian cewek itu meninggalkan Clara yang masih dilanda kebingungan.

Dengan langkah cepat sedikit berlari, Clara berbalik arah menuju mading. Sampai di sana, mading masih ramai. Clara tak suka keramaian. Ia melihat benda melingkar dipergelangan tangan. Pukul 06.55. Yang artinya 5 menit lagi bel masuk. Daripada telat, lebih baik ia ke kelas.

Sampai di kelas, Clara lagi-lagi dibuat kebingungan. Kenapa sama sekali tak ada orang di kelas. Hanya tersisa tas. Kemana perginya mereka semua. Bahkan Clara mencubit pipinya sendiri, meyakinkan jika ini bukan mimpi.

"Pada kemana sih?" gumamnya sembari meletakkan tas di meja.

Sudahlah, daripada pusing sendiri, sebaiknya ia membaca buku.

Belum juga Clara membuka buku bersampul Biologi, seseorang memekik dari ambang pintu memanggil namanya.

"CLARA!"

Sontak Clara menoleh ke arah suara. Terlihat Retta dan Oliv berlari ke arahnya.

"Ayo ikut lihat!" Retta mencoba menarik tangan Clara, namun gagal. Clara masih setia duduk.

"Kenapa sih? Ada apa?" bingung Clara.

"Ayo lihat ke mading!" paksa Retta.

"Nggak mau, udah mau bel. Nanti telat, madingnya jauh," tolak Clara.

Alhasil Retta mendengus kesal. "Arsen ngehamilin cewek!"

Deg

Tubuh Clara mematung sejenak, mencerna 3 kata yang baru saja dikatakan oleh Retta. Antara bingung, kecewa, sedih, dan tak tahu harus berkata apa.

"Ra," panggil Retta saat Clara tak kunjung mengedipkan mata.

"Clara nggak boleh nangis, Ra. Lo kuat, lo nggak boleh nangis," batin Clara menguatkan dirinya sendiri.

"Ra."

"Eh, iya?" sahutnya terbuyar dalam lamunan.

Retta memandang Clara khawatir, begitupula Oliv. "Lo nggak papa kan?"

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang