U A | 43

1.2K 117 32
                                    

Spesialll, aku kasih scene Retta sama Keano!!


"Aku juga beruntung, bisa masukin nama kamu dibagian cerita hidup aku. Kamu buat aku jadi tokoh utama. Kamu adalah judul terbaik dicerita hidup aku."

-Cara Senja Edrea-

----

"KEANO!" teriak seseorang yang memakai pakaian olahraga dari seberang lapangan sana. Si pemilik nama menoleh serta menajamkan penglihatannya.

Cewek itu berlari menghampiri Keano. Sementara Keano hanya menatapnya datar. "Lo ke rumah sakit kan?"

"Ya," jawab Keano. Singkat, padat, dan jelas.

Senyum Retta semakin mengembang. Semoga saja rencananya berduaan dengan Keano tercapai. "Gue ikut boleh kan?"

Keano mengalihkan pandangannya, melanjutkan memasukkan barang-barang ke dalam tasnya. Termasuk sepatu futsal, botol minum, dan handuk. "Bukannya lo gak mau?" balasnya tanpa menghadap Retta.

Retta bungkam. Benar juga, ia kemarin menolak untuk menjenguk Arsen. Tapi yang mengganjal, dari mana Keano bisa tahu. "D-dari mana lo tahu?" tanyanya tiba-tiba gugup.

"Oliv."

"Tapi sekarang gue mau jenguk dia kok. Soalnya, kemarin gue nebeng sama Lyona. Jadi gue mau gak mau ngikutin dia," kata Retta semakin melirih.

"Jangan mudah terpengaruh omongan orang lain. Jangan mudah dikomporin sama orang lain," sahut Keano tanpa ekspresi. Lantas ia berlalu begitu saja. Meninggalkan Retta yang masih mencerna ucapannya.

Hingga Keano sudah beberapa meter di depannya, Retta baru sadar. "LAH, KEN! GUE MAU JENGUK!"

"SENDIRI!" teriak Keano sambil terus berjalan ke luar sekolah.

Retta hanya bisa menghela nafasnya kasar  "Coba aja gue gak ngikutin omongan Lyona kemarin, pasti gue bisa ketemu Keano di rumah sakit. Ya meskipun ada Clara. Tapi ada Keano!" gerutunya sendiri.

"Sebel banget deh!"

****

Terlihat dua remaja laki-laki tengah duduk berhadap-hadapan di sebuah cafe dengan ekspresi serius. "Setelah dia keluar rumah sakit, kita jalankan rencananya."

Satu orang lagi mengangguk mantap sambil menyeruput kopi hitam. "Aman."

"Gue gak nyangka, bokap lo juga senekad itu."

"Tua bangka itu udah terlanjur benci sama dia. Anak gak bisa diatur, bodoh, berandalan. Sama sekali nggak mencerminkan anak dari keluarga Leander. Dia itu juga egois, penuntut, gak pernah mau dibantah. Tapi yang gue takutin satu."

"Apa?"

"Dia nyelakain Clara."

"Tapi, salah satunya cara untuk ngehancurin Arsen, ya lewat Clara bro."

"Tapi gue cinta sama Clara. Tujuan gue ngehancurin cowok itu buat apa? Ya biar Clara balik lagi sama gue."

Cowok itu terkekeh. "Emang Clara mau sama lo?" cibirnya.

"Asem lo!"

"Kita realistis aja. Dia cinta mati sama Arsen. Dimanfaatin kayak gitu aja masih bertahan. Apalagi cuma dikompor-komorin buat putus."

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang