U A | 21

1.5K 118 17
                                    

----

Terlihat cewek berkuncir kuda berdiri di depan kelas dengan menyilangkan tangannya di depan dada. Sudah 2 menit lamanya ia berdiri di sini. Kelasnya memang pulang lebih awal karena tak ada guru.

"Nunggu siapa Ret?" celetuk seorang cewek yang melintasi Retta.

"Eh, nunggu temen," jawab Retta dengan nada asik.

"Ohh gue balik dulu ya." Retta hanya mengangguk sebagai jawaban.

Telinganya mendengar bahwa kelas di belakangnya sudah riuh, dipastikan secepatnya akan keluar.

Retta meneliti setiap murid yang keluar untuk mencari seseorang yang sedang ia cari. Sesekali ia menyapa dan mendapat sapaan dari siswa ataupun siswi lain.

Popularitas Retta memang diatas Clara. Karena pembawaannya yang mudah bergaul menjadikan ia gampang dikenal. Berbeda dengan Clara yang bisa dibilang pendiam.

Matanya terbelalak saat mendapati orang yang dicari berbeda arah dengannya. "Vin! Kevin!" Retta berlari mengejar Kevin dan berakhir mencekal tangan cowok itu.

Kevin menutkan alisnya bingung. "Kenapa?"

"Mau tanya," jawab Retta.

"Silahkan."

"Nggak di sini, ayo ikut gue." Tanpa menunggu persetujuan dari Kevin, Retta menarik cepat cowok itu sampai di lorong sepi.

"Mau ngapain?" tanya Kevin heran.

"Mau tanya, lo ngomong apa sama Clara?" tanya Retta meminta penjelasan.

"Nggak ngomong," alibi Kevin.

"Ih jangan bohong deh. Gue yakin pasti lo bujuk Clara kan? Atau lo jelek-jelekin Arsen?" selidik Retta.

"Maksud lo?" alibinya lagi.

"Lo tahu nggak, Clara cuekin Arsen. Serius gue nggak bohong. Pasti ada kaitannya sama lo kan?" ucap Retta sedikit menjelaskan.

"Nggak ada," bantah Kevin.

"Ngapain pakai bohong sih? Jujur aja deh! Lo lupa kalau gue yang nyomblangin lo sama Clara? Gue yang ngasih nomor Clara ke lo. Jahat banget sih nggak mau jujur," cerocos Retta.

"Gue cuma nasehatin, gue nggak jelek-jelekin Arsen," jawab Kevin pada akhirnya.

Retta menjentikkan jarinya senang. "Bangga gue sama lo, unch siapa sih yang ngajarin." Tangannya menguyel-nguyel pipi Kevin, membuat si empu berdecak kesal. Ada saja spesies semacam Retta, pikirnya.

****

Dua hari lamanya, Clara mendiamkan sosok bernama Arsen. Ini sangat sulit, tapi ia terus berusaha untuk melakukannya. Spam pesan dari cowok itupun sama sekali tak ia balas maupun lihat.

Kini ia duduk di kantin, ia bersama Kevin, namun Kevin masih mengambil pesanan mereka.

"Heh lo samperin noh si Clara," celetuk Baim berbisik. Arsen dan antek-anteknya duduk di pojok kantin yang memeng agak jauh dari posisi Clara sekarang.

Arsen menggeleng sebagai jawaban. Sontak ketiga temannya bingung, kecuali Keano. Tak biasanya Arsen seperti ini.

"Kenapa? Tumbenan lo Ar?" tanya Ditya.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang