U A | 79

1.1K 124 31
                                    

70 votes completed
thank uuu

HAPPY READING!!

----

Empat jam lamanya mereka berada di rumah Dokter Friska. Kini hanya tersisa anggota inti Zervelos, Clara, Bagas, dan beberapa anak buahnya. Sementara yang lain, satu persatu mereka pulang.

Empat jam pula mereka tak bisa menemui Arsen. Dokter itu bilang, Arsen membutuhkan ketenangan. Ia kambuh karena mengingat kejadian menyakitkan dimasa lalu. Tergesir rasa bersalah dihati Clara, karena meminta Arsen untuk bercerita. Mungkin ia terlalu memaksa.

"Mau dibeliin makan siang, Ra?" celetuk Keano tiba-tiba. Membuat seluruh pasang mata terpusat padanya.

Clara kembali menggeleng. "Nggak, makasih."

"Tapi lo harus makan. Energi lo udah terkuras banyak," tutur Ditya.

"Iya, Ra. Mendingan lo makan siang dulu deh," timpal Baim.

"Atau nasi padang di depan sana aja. Kalian makan di sana, kita nitip, hehe," sahut Vian.

"Gimana, Ra?" tanya Keano.

Clara membuang napas panjang. "Oke." Ia beranjak dari kursi. "Om Bagas nitip?" tanyanya pada pria paruh baya itu.

Bagas menggeleng. "Kalian saja, terima kasih." Clara hanya membalasnya dengn anggukan kecil dan senyuman samar.

"Jangan lupa nasi padang 3 bungkus. Ayam semua ya!" teriak Baim saat Keano hendak menancap gas.

Tak lama, dua murid SMA itu sampai ditempat tujuan. Tepatnya di depan kompleks. Setelah memesan, Clara dan Keano mencari tempat paling nyaman.

"Are you okey?" tanya Keano.

Clara mengangguk dengan senyuman. "Oke."

"Tadi ada ngomong sama Arsen?"

Clara terdiam sejenak. Berpikir bagian mana yang boleh ia ceritakan. Clara sendiri juga tahu, jika itu semua adalah privasi Arsen.

"Banyak."

"Pasti penderitaan Arsen, kan?" sahut Keano.

Ekspresi Clara berubah. Bagaimana Keano bisa tahu. "Ya, begitulah."

"Gue tahu Arsen orang baik. Ya, meskipun dia pernah sinis ke gue gara-gara deket sama lo," balas Keano diakhiri kekehan.

Clara tertegun. Keano seencer ini? Apa mungkin dia sedikit berubah. Sudahlah, itu tidak penting. "Tapi banyak juga yang mikir dia jahat. Dan gue pernah diposisi itu."

"Nggak papa. Manusia nggak ada yang sempurna. Dan semua orang berhak mencintai ataupun membenci," ujar Keano.

"Permisi, ini pesanannya.." Pesanan mereka datang lengkap dengan minumnya.

Setelah menyuap satu sendok dan menelannya, Clara memanggil Keano, "Mmm, Ken," panggilnya ragu.

"Hm?"

"Gue cuma mau tanya. Tapi please, jangan marah," ujar Clara.

"Iya."

"Lo beneran nggak bisa nerima Retta gitu?"

Uhuk

Keano tersedak makanannya. Cekatan Clara langsung menyodorkan es teh.

"Sorry," kata Clara merasa bersalah.

"Nggak papa," sahut Keano tanpa eskpresi. Keano merasa tenang, ia berkata, "Gue nggak suka dia."

"Tapi sesulit itu buat cinta sama Retta? Dia baik, Ken. Dia juga ceria," sahut Clara.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang