U A | 70

1.2K 113 30
                                    

Happy reading!!
WARNING🚫
ada kejutan di bawah!!

----

Ditya menghentikan laju motornya jauh beberapa meter dari area sekolah yang diyakini adalah sekolah Bryan.

"Lo lihat itu?" Ditya menunjuk sebuah warung ramai di dalam gang samping gedung sekolah itu.

"Iya?"

"Biasanya Bang Bryan nongkrong di situ. Sekarang, Bang Bryan antara masih di dalam kelas atau udah keluar," kata Ditya. "Gue ke warung itu, lo tunggu di sini," lanjutnya.

"Hah? Kalau lo kenapa-napa gimana?" khawatir Clara. Raut mukanya pun berubah.

Ditya justru terkekeh. "Kita emang cosplay jadi intel. Lo lupa gue anggota Zervelos? Mereka nggak akan curiga lali kalau gue tanya. Secara kan, gue bawahan dia," jelasnya.

"O-oh, iya juga ya." Clara menyengir, "Hehe, lupa gue."

"Oke lo tunggu di sini tapi sembunyi, gue ke sana dulu."

Clara turun dari boncengan Ditya lantas bersembunyi di balik pohon agar tak ada orang yang melihat, terutama Bryan semisal cowok itu melintas.

Sementara Ditya, ia segera mendatangi warung namun juga berhati-hati, waspada jika Bryan berada di sana. Bisa-bisa rencananya gagal total.

"Halo bro!" seru Ditya setelah melepas helmnya.

"Woi, apa kabar?" sahut mereka tak kompak.

"Baik-baik. Eh, Bang Bryan nggak di sini? Dihubungin nggak aktif," ujarnya.

"Dia masih di sekolah, ada urusan sama guru katanya," jawab salah seorang dari mereka.

Ditya manggut-manggut paham. "Oh gitu, ya udah bang gue cabut dulu. Gue tunggu Bang Bryan di markas aja kalau urusannya sama guru," ucapnya diakhiri cengiran.

"Apaan guru doang!" cibir mereka.

"Maklum lah bang, gue emang agak ciut kalau sama guru," balas Ditya.

"Halah!"

"Ya udah gue cabut, thanks ya."

"Hati-hati!"

"Siap!"

Ditya kembali menghampiri Clara yang terlihat bersembunyi di balik pohon. "Gimana?" celetuk Clara.

"Bang Bryan masih di sekolah. Kita cari tempat sembunyi," kata Ditya.

Clara mengangguk. "Oke." Ia segera naik ke boncengan motor Ditya. Dan mencari tempat yang cocok untuk memantau ketua Zervelos itu.

Lima belas menit lamanya mereka menunggu, mata Ditya melihat mobil keluar dari pekarangan sekolah yang diduga adalah mobil milik Bryan.

"Ra! Mobilnya Bang Bryan!" ujar Ditya.

"Hah? Serius?" Tanpa basa-basi, Ditya menancap gas mengikuti mobil BMW hitam itu. Tak lupa, ia menjaga jarak beberapa meter agar Bryan tak curiga.

Beberapa menit mereka dalam perjalanan, Bryan memberhentikan mobilnya di depan rumah mewah. Ditya pun ikut menepikan motornya.

Dapat dilihat, Bryan turun dari mobil menuju ke dalam rumah.

"Itu rumahnya Leva," ujar Clara membuat Ditya tersentak.

"Beneran?"

"Iya, gue pernah ikutin Arsen ke sini," jawabnya ragu. Sakit jika mengingat kejadian saat itu.

Sementara Ditya langsung merogoh handphonenya untuk merekam kejadian sebagai bukti.

Tak lama, Bryan keluar rumah dengan menggandeng seorang cewek. Yang jelas terlihat, cewek itu adalah Leva, dengan perutnya yang sudah agak membesar.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang