U A | 55

1.2K 103 21
                                    

Happy readingg!!❤

----

Setelah mengatakan terima kasih, Clara segera menjauh dari pandangan Arsen. Ia harus bisa jauh lebih cuek dari Arsen. Jangan sampai ia terlihat repuh di depan Arsen. Clara tak mau terlihat lemah.

Saat sudah berbelok di koridor, langkahnya terhenti, ia kembali berbalik badan untuk mengintip apa uang dilakukan Arsen.

Rupanya cowok itu masuk ke dalam toilet laki-laki. Clara berpikir biasa saja. Karena yang ia lihat, penampilan cowok itu memang sangat berantakan. Jadi mungkin ia berniat untuk merapikannya.

Ketika Clara hendak melanjutkan langkah untuk menuju kelas, seseorang kembali membatalkan niatnya.

Yang dapat ia lihat, Kevin juga masuk je dalam toilet laki-laki. "Kevin?" gumam Clara disertai kerutan dikening.

Entah dorongan dari mana, Clara ingin mengetahui bagaimana interaksi mereka saat bertemu. Berhubung Arsen dan Kevin memiliki konflik menyangkut dirinya.

Clara menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri, serta belakang untuk memantau kondisi di sana. Dirasa aman, ia mulai berjalan mendekati pintu toilet laki-laki.

Sampai di depan pintu, Clara mendapati Arsen dan Kevin sudah saling berhadapan dengan sorotan mata sama-sama tak suka. Atau bahkan mengisyaratkan kebencian.

Dengan jeli Clara mendengarkan semua percakapan mereka. Dari awal hingga Clara merasa tak kuasa untuk mendengar semua kenyataan ini.

Sungguh dadanya sesak. Kebenaran apa ini. Tolong bangunkan Clara dan katakan hanyalah mimpi. Kenapa kenyataan sepahit ini harus ia ketahui. Lebih baik tak tahu daripada tahu.

Clara tak sanggup menahan isak tangis. Ia memutuskan untuk pergi dari sana. Sialnya ia harus menyenggol pot bunga yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

Bruk

"Clara?"

Dengan cepat Clara berlari, namun dua cowok itu sudah mengetahui jika dirinya yang menjatuhkan pot itu.

"CLARA!" teriak Arsen terus memanggil nama Clara. Berharap cewek itu menghentikan langkahnya.

Arsen ikut berlari mengejar Clara. Ia yakin, pasti Clara mendengarkan semua percakapannya dengan Kevin. Dan Clara pasti salah paham sekarang.

"CLARA!" Dengan satu uluran tangan Arsen, mampu mencekal lengan Clara untuk tidak berlari lagi.

"Lepas!" sentak Clara. Namun nihil, tenaga Arsen jauh lebih besar darinya.

"Aku jelasin semua, Ra. Itu bukan kenyataannya," ujar Arsen lembut membujuk Clara agar mau mendengarkan penjelasannya.

Clara mengusap air matanya kasar. "Jelas-jelas itu semua keluar dari mulut lo sendiri!" tekannya lirih. Ia tak mau da yang mendengar perdebatannya.

"Tapi itu bukan-"

"Udah cukup, Ar. Udah cukup lo nyakitin gue. Jujur gue nggak kuat," sela Clara seraya menangis sesenggukan. Ia tak bisa jika terus-menerus menahan tangisan dan berusaka sok kuat.

Air mata tak berhenti menetes dari kedua mata Clara. Ia menatap Arsen yang juga tengah menatapnya teduh. "Kenapa gue harus tahu kenyataan pahit ini? Arsen adalah saudara Kevin. Lucu nggak sih, Ar? Gue pernah pacaran sama dua-duanya, tapi gue sama sekali nggak tahu kalau mereka saudaraan. Karena itu disengaja," lirihnya.

"Kalau lo benci sama Kevin, kenapa harus bawa-bawa gue ke masalah kalian? Atau lo juga benci sama gue? Jadi lo buat gue hancur kayak gini, Ar."

Arsen berusaha menangkup pipi Clara dengan satu tangannya lagi, namun langsung dihempaskan oleh cewek itu. "Aku sayang sama kamu, Ra. Percaya sama aku."

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang