U A | 47

1K 110 11
                                    

Malam gengss!! Arsen kembali lagiii

Selamat membaca:))
janlup votenya yaakkk

----

Setelah menuruni angkot, Clara melihat gapura sekolahnya yang menjulang tinggi. Ia memejamkan mata sejenak. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja. Ia bisa menghadapi ini. Pasti.

Belum juga memasuki pekarangan sekolah, cewek itu sudah dihadang oleh OSIS. Ada 4 orang. "Semacam keroyokan," batin Clara.

"Istirahat pertama ke ruang BK. Ditunggu Bu Wida," ucap salah satu dari mereka.

Clara bersusah payah memasang wajah santai. "Oke," jawabnya cuek. Lantas langsung berjalan melewati mereka.

"Emang cabe, gak punya sopan santun!"

Clara mencoba tutup telinga dan mulut, tak mengacuhkan cibiran, sindiran dari murid-murid.

"Kiranya polos!"

"Muka polos, kelakuan ya begitulah."

"Pengen famous pasti."

"Arsen diselingkuhin loh."

"Penampilannya aja anak baik-baik."

"Bukannya dia selalu dapat ranking."

"Kepintaran nggak menjamin kelakuan."

Kira-kira seperti itulah cibiran mereka di sepanjang koridor Clara berjalan. Hati Clara sakit, hidupnya di sekolah sama sekali tak tenang. Ya Tuhan, kapan ini semua berakhir.

Clara mengembuskan nafas lega saat sampai di kelasnya. Setidaknya ia bisa menenangkan diri di dalam sini.

Tidak, angan-angan Clara sangat melenceng. Saat ia sampai semua pasang mata tertuju padanya, tentu dengan ekspresi tak suka. Tubuh cewek itu sekarang mematung di ambang pintu.

"Selamat datang cabe!" Lyona melambaikan tangan dengan senyum mengejek.

"Silahkan duduk," sahut Retta.

"Kok nggak duduk sih," sahut Lyona lagi. Sungguh, ekspresi mereka sangat menyebalkan di mata Clara.

Hidung Clara menghirup udara sebanyak-banyaknya. Lalu membuangnya perlahan. Lalu ia berjalan santai ke bangkunya. Namun siapa sangka, mejanya penuh dengan coretan tak jelas. Dan yang paling parah nampak tulisan 'CABE' dan 'MURAHAN'.

Ingin sekali rasanya menangis. Tapi tidak, ia tidak boleh menangis. Buktikan bahwa ia kuat.

Clara melirik sekilas teman-temannya. Kemudian duduk santai seperti biasa. Ia meraih tisu dari dalam tas untuk menghapus coretan di meja.

"Ups, berusaha cuek ya?" cibir Lyona.

Lagi dan lagi Clara membuang nafas panjang.

"Kasihan banget pahlawannya lagi sekarat di rumah sakit."

"Oh, atau udah putus karena video kemarin?"

"Terus juga dimusuhin sama anak Zervelos."

"Mengenaskan sekali hidupmu." Lyona menggeleng-gelengkan kepala.

"HEH BUBAR BUBAR! APAAN LIHATIN CLARA!" teriak seseorang yang baru aja memasuki kelas. Dia Ditya.

"Norak!" tekan Keano dengan satu kata.

"Iya gue tahu Clara cantik, tapi jangan dilihatin kayak gitu! Dicopot mata lo sama Arsen mau?" timpal Baim.

Berbeda dengan ketiga cowok yang nampak marah karena Clara dibully, Vian justru mendekati Oliv dan menarik kekasihnya itu keluar kelas entah kemana.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang