U A | 72

1K 100 4
                                    

Happy reading!!

Ada kabar baik dibawahh!!

----

Retta terkejut. Matanya berkeliling sekitar. Astaga, bagaimana ia tidak sadar dirinya sudah sampai di rooftop. Sungguh Keano benar-benar bisa membiusnya.

"Lo yang ngajak gue ke sini?" tanya Retta gugup.

"Gue nggak mau basa-basi," pumgkas Keano.

Retta membatin, siapa juga yang basa-basi. Ia hanya bertanya.

"A-ada apa?" tanya Retta terbata-bata. Ekspetasinya sangat tinggi sekarang. Tolong but ekspetasi Retta menjadi kenyataan.

Keano diam beberapa saat. Ia memilih memandang arah lain. Bukan memandang wajah natural Retta.

"Gue mohon jangan deketin gue lagi," ujar Keano cepat.

Seketika ekspresi Retta berubah total. Bahkan tangannya pun melemas hingga melepas biskuit yang ia genggam dari kelas.

"Disaat lo maksa gue buat terima pemberian lo, itu sama aja gue ngasih harapan ke lo. Padahal nggak. Jadi, gue minta lo nggak usah ngasih apapun ke gue. Ataupun ngejar gue lagi."

"Di sini gue benar-bener hargain perjungan lo. Lo tahu kenapa gue nggak makan makanan pemberian lo. Itu karena gue takut lo semakin berharap sama gue. Tapi lo selalu maksa buat gue nerima itu semua. Intinya, lo yang buat harapan itu sendiri."

Cairan bening mulai memenuhi kelopak mata Retta. "Lo punya pacar?" tanyanya lirih sekaligus bergetar.

Keano menggeleng tegas. "Gue nggak punya pacar dan nggak ada kepikiran buat pacaran dulu."

"Masih banyak yang gue prioritasin dibanding pacar. Kalau gue terima cinta lo, percuma aja, Ret. Lo nggak akan bahagia. Sama aja lo umpanin diri lo ke kandang macan."

Dua tetes tingga tetes hingga tak terhingga air mata Retta luruh dari peetahanan. Namun ia segera menyekanya. Ia bukan cewek lemah. Retta masih berani menatap Keano. "Jadi nggak ada harapan lagi buat gue?"

"Cuma Tuhan yang tahu jawabannya," jawab Keano.

"Kalau gue berdo'a biar bisa jadi jodoh lo, boleh?" sahut Retta.

"Terserah," jawab Keano singkat setelah berbicara banyak kata. Mungkin sudah membuatnya lelah.

Retta diam, Keano juga. Tak lama Keano anglat bicara, "Gue ke kelas." Kemudian cowok itu meninggalkan Retta seorang diri di rooftop.

"Gue bakal terus berdo'a, Ken."

"Semoga kita jodoh."

"Kalau emang bukan lo jodoh gue, semoga Tuhan ngasih jodoh yang terbaik buat gue. Lo juga, semoga dapat yang terbaik."

"Tapi gue bakal terus berusaha."

****

Retta kembali dengan mata sembab. Membuat kedua sahabatnya bertanya-tanya. Ia pikir Retta masih bersama Keano dari tadi, karena Keano sampai sekarang tak masuk ke kelas.

"Retta, lo kenapa?" tanya Clara khawatir.

Retta hanya menggeleng seraya tersenyum tipis. Ia memilih duduk di bangkunya.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang