U A | 50

1.3K 113 29
                                    

HAPPY READING GENGSS!!

----

Keesokan harinya, Arsen benar-benar masuk sekolah. Tak peduli dengan luka-lukanya. Padahal ia masih disarankan untuk beristirahat terlebih dahulu. Namun bukan Arsen jika tidak membantah.

Bahkan ia memaksa untuk pulang pukul 4 pagi sesuai rencananya agar bisa masuk sekolah.

Cowok itu melihat benda yang melingkar ditangannya. Pukul 07.35. Ya, itu artinya dia telat. Namun Arsen tetap berjalan santai menuju ruang kelas.

Tok tok tok tok

Empat ketukan pintu berhasil mengalihkan perhatian seisi kelas dari kertas di depan mereka masing-masing. Tentu semua kaget dengan kedatangan Arsen yang tiba-tiba.

"WOHO INI NIH CENTER KITA!" teriak Baim heboh tapi tak digubris oleh yang lain.

Dengan tampang tak berdosa, ia berjalan menuju meja guru. "Mana kertas ujian saya bu?" Arsen mengulurkan tangan.

"Kamu sudah masuk?" tanya Bu Aya.

"Seperti yang ibu lihat," jawab Arsen santai.

"Yang sopan Arsen! Kamu ini ketua kelas!" tegur Bu Aya seraya memberikan soal dan lembar jawaban untuk Arsen.

"Salah siapa milih saya jadi ketua kelas?" balas Arsen, lantas ia melenggang untuk duduk dibangkunya.

Mata Clara terus mengikuti pergerakan Arsen. Hatinya sedikit sakit karena Arsen sama sekali tak menoleh ke arahnya. Melirik pun tidak.

Clara menggelengkan kepalanya untuk menepis pikiran-pikiran itu. Lebih baik ia fokus mengerjakan tugas.

Beberapa jam berlalu, kini sudah mulai mendekati batas waktu berakhirnya mengerjakan ujian. Clara menghela nafas lega saat sudah selesai mengerjakan.

Sekarang tugasnya adalah memberikan jawaban pada Arsen. Sebab ia sudah berjanji. Dan juga kemarin ia tak bisa mendatangi cowok itu untuk belajar bersama.

"Sst, tolong salurin ke Arsen dong," pinta Clara pada teman di sampingnya.

Kertas berisikan jawaban dari Clara sampai pada Arsen. "Dari Clara."

Arsen melihat sekilas kertas itu. Tanpa memegangnya, ia berkata, "Balikin, gak butuh."

Meskipun Clara berada dibangku paling depan dan tidak bisa mendengar apa yang Arsen katakan, namun ia bisa membaca dari gerak bibir cowok itu. 'Gak butuh'. Hatinya melencos begitu saja.

Dengan hati yang sakit, Clara maju ke depan lalu mengumpulkan lembar jawabannya. "Ini bu. Boleh istirahat sekarang?" tanyanya.

Bu Aya mengangguk disertai senyuman. "Iya boleh."

"Makasih bu, permisi." Lantas Clara melenggang keluar kelas.

Mungkin halaman belakang sekolah adalah tempat yang tepat untuk menenangkan diri. Alhasil Clara menuju ke sana. Bel istirahat memang belum berbunyi. Koridor pun masih sepi murid. Ini yang Clara suka.

****

Tak lama dari Clara keluar kelas, bel istirahat akhirnya berbunyi. Selesai tidak selesai, semua harus mengumpulkan.

Retta membereskan barang-barangnya dengan santai. Sebab ia sudah selesai dari tadi. Hanya saja ia malas untuk keluar kelas.

Tetapi ia sedikit terganggu dengan Lyona yang terkesan buru-buru. Cewek itu segera mengumpulkan lembar jawaban lalu meninggalkan kelas tanpa berbicara apapun pada Retta ataupun Oliv.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang