U A | 18

1.5K 118 15
                                    

Hai apa kabar gengss
Arsen balik lagii
Jangan lupa vote duluu
Happy reading!!

----

"Bawa hp?" tanya Arsen. Clara menggeleng bodoh. Membuat Arsen menghela nafas kasar.

"Hp lo?" Giliraan tanya Clara.

"Mati," jawab Arsen.

"Pantesan ditelfonin nggak ngangkat," sahut Clara agak bergumam.

"Emang lo nelfon gue?" tanya Arsen menatap lekat cewek itu dari samping. Jantung Clara kembali tidak aman. Ia tak sadar bahwa sepanjang jalan mereka berada diposisi yang sangat dekat.

"Kok nglamun?" ucapnya menyadarkan lamunan Clara.

"Eee iya, tadi gue telfon. Udah ayo cepet, keburu pegel gue," sahut Clara menutupi salah tingkahnya.

Selang beberapa menit, Clara membuang nafas lega saat mereka sudah sampai di teras rumahnya.

"Bunda.. Bantuin!" teriaknya seraya mengetuk pintu.

Ceklek

"Astagaa ini kenapa?!" pekik Astrid kala melihat keadaan Arsen.

"Bawa ke dalam dulu bun," ujar Clara. Lantas Astrid membantu putrinya untuk menatih Arsen dan mendudukkannya di sofa ruang tamu.

"Omaygat! What happened?!" pekik Deren heboh.

"Kenapa ini?" tanya Vando.

"Ambil kotak P3K Der!" perintah Clara. Lalu Deren masuk ke dalam untuk mengambil barang yang dimaksud.

"Dilurusin kakinya," titah Astrid.

"Kenapa dia Ra?" tanya Vando lagi.

"Katanya begal yah," jawab Clara ragu. Sebenarnya ia juga tak percaya bahwa di wilayah kompleksnya ada begal. Baru pertama kali ini kejadian.

"Yakin begal?" tanya Vando menginterupsi Arsen.

"Iya om," jawab Arsen meyakinkan.

"Motor kamu kena begal?" sahut Vando.

Arsen menelan salivanya susah. "Nggak om, masih di sana."

Mata Vando menyipit. "Hp?"

"Ng-nggak om."

"Dompet?"

Arsen menggeleng. "Nggak juga om."

"Nyawa?"

"Udah lah yah, namanya juga kena musibah. Nggak tahu kapan datangnya," lerai Astrid menengahi.

"Bukan gitu, cuma ayah kurang percaya aja di lingkungan kita ada begal. Baru pertama kali soalnya," ujar Vando menjelaskan.

Deren datang dengan kotak P3K ditangannya. "Ini kak," ucapmua sembari menyodorkan kotak itu.

"Oh ya Der, tolong ambilin motornya Arsen di depan kompleks. Ini kuncinya," pinta Clara seraya memberikan kunci motor milik Arsen.

"What malam-malam gini?" tanya Arsen memastikan. Clara mengangguk.

"Sama ayah aja, jangan sendiri," sahut Vando.

"Nah mantap nih, peka juga si ayah. Ya udah bye bye guys." Deren melambaikan tangan seraya berjalan ke luar.

Astrid menggeleng-gelengkan kepalanya sebab tingkah anaknya yang satu itu. Berbanding balik sekali dengan Clara yang kalem dan pintar.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang