U A | 32

1.3K 110 49
                                    

Vote dulu yok gengss

Ada yg sedikit meresahkan dipart ini🚫

Happy reading!!

----

Jam melingkar ditangan cowok itu menunjukkan pukul 4 sore. Ia duduk di kursi yang tersedia di teras minimarket sehabis membeli air mineral. Seragam beridentitas SMA Garuda Jaya masih melekat ditubuhnya.

Seharusnya jika ia tidak cabut sekolah, sekarang adalah jamnya untuk pulang lalu mengantar Clara. Tunggu, pikirannya berhenti pada cewek pemilik nama itu.

Setelah bercek-cok dengan Clara, ia langsung pergi dari sekolah. Tasnya pun masih tertinggal di kantin belakang. Tapi, kenapa ia begitu marah saat melihat foto yang tersebar tadi. Harusnya tidak, jika ia tak jatuh cinta pada Clara.

"Kenapa gue kesel ya?" gumamnya.

"Apa gue mulai cinta sama Clara?" Arsen menggeleng cepat. "Nggak mungkin, nggak mungkin. Dia cuma ngerjain tugas gue biar nilai gue bagus dan nggak dimarahin sama papa," monolognya.

"Tapi Kevin juga jangan sampai bisa ngrebut Clara dari gue."

"Karena pasti dia tahu, selama ini yang bikin nilai gue bagus itu Clara. Makanya dia ngedeketin Clara dan nyuruh dia buat jauhin gue," tebaknya.

Kevin bukan hanya cowok jenius dan dingin seperti dimata orang-orang. Melainkan juga licik. Ia pernah sekali memasuki kamar cowok itu. Dapat ia lihat dengan jelas, foto dirinya Kevin pajang didinding serta paku yang tertancap dibagian dada.

Ia tahu betul apa maksudnya. Kevin ingin menghancurkannya, atau bahkan keluarganya. Sudah berkali-kali ia mencoba memberitahu Bagas. Namun justru malah dirinya yang mendapat hukuman, sebab Bagas pikir ia iri dengan Kevin dan berusaha membuat Kevin menjadi jelek dimata Bagas.

"Kapan ya gue bisa hidup bahagia?"

Daripada pikirannya kalut, lebih baik ia berkunjung ke markas. Saat ia beranjak untuk menghampiri motornya, sepasang matanya melihat seorang cewek berpakaian putih abu-abu berdiri di depan mobil sembari berkacak pinggang menghadap arah memunggunginya.

Arsen menyipitkan matanya. Sepertinya ia kenal gaya gerak-gerik cewek itu. Bibirnya tersenyum miring lantas mendekatinya.

"Ada yang bisa dibantu neng?" celetuk Arsen.

"Oh iya, ada pak," jawab cewek itu seraya membalikkan badannya.

Arsen menahan ketawanya. Sementara cewek di depannya itu memutar bola matanya malas.

"Iya ada pak," cibir Arsen menirukan gaya bicara cewek itu.

"Ih gue kira siapa," kesal Leva.

Arsen terkekeh ringan. "Kenapa nih?" basa-basinya.

Leva berdecak. "Mata lo nggak lihat ban mobil gue bocor!" geramnya.

Lagi dan lagi Arsen terkekeh, membuat Leva semakin sebal menghadapi cowok yang menurutnya tidak waras itu. "Untung bukan hati lo yang bocor."

Leva mengerutkan dahinya seolah bertanya. "Kalau bocor, nanti suka sama gue. Hati lo sekarang kan masih tertutup. Tapi bentar lagi bocor," tambah Arsen diakhiri tawa kecil.

"Basi."

"Lo itu menarik buat jadi tantangan buat gue," sahut Arsen.

Leva menatap sinis cowok di depannya itu. "Tantangan?" beonya.

Arsen mengikis jarak atara mereka. Netra mata keduanya bertemu dengan jarak yang hanya 10 cm. Dapat dirasakan hembusan nafas Arsen mengenai wajah Leva, begitu pula sebaliknya.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang