U A | 82

1.3K 99 11
                                    

Happy reading!!

----

Suara gemuruh motor terdengar jelas di sepanjang jalan salah satu kompleks di Jakarta. Siapa kalau bukan Zervelos penyebabnya. Tapi kali ini mereka bukan ingin mencari keributan, melainkan menuju rumah Dokter Friska. Tentu dengan tujuan menjenguk Arsen.

Satu motor dimatikan, disahut dengan motor-motor lainnya. Cowok-cowok dan beberapa cewek yang masih memakai seragam itu satu-persatu turun dan masuk ke dalam rumah. Hanya beberapa, yang lain harus menunggu di luar.

"Akhirnya kalian datang," celetuk Dokter Friska.

Clara tersenyum tipis seraya menyalaminya, disusul yang lain.

"Arsen nanyain terus dari tadi. Tapi dia juga takut. Jadi saya harap, kalian tetap tenang. Supaya Arsen juga tenang," ujar dokter muda itu.

Mereka semua mengangguk patuh. "Baik, Dok. Terima kasih," balas Clara mewakili.

"Baiklah, bisa beberapa-beberapa dulu masuk ke dalam kamar."

Alhasil, inti Zervelos dan 3 cewek itu yang pertama menemui Arsen. Pintu dibuka oleh Clara. Menampakkan Arsen yang duduk termenung menghadap jendela.

"Arsen," panggil Clara pelan. Membuat Arsen menoleh. Terlihat cowok itu terkejut dengan kedatangan mereka. Ia sedikit menunduk, enggan menatap teman-temannya itu.

Clara berjalan menghampiri Arsen setelah memberi isyarat pada yang lain untuk masuk dan tak lupa menutup pintu.

"Ngobrol sama teman-teman yuk," ajak Clara dengan seyuman mengembang. Arsen hanya mengangguk. Lantas Clara membawanya duduk di sofa yang disekelilingnya sudah diduduki para tamu tadi. Dan Clara duduk di samping Arsen.

"Ar, lo ingat gue kan?" tanya Ditya dengan konyol.

Baim langsung menyentil dahi Ditya. "Ya inget lah tolol! Dia bukan amnesia!"

"Gue ingat kalian semua," sahut Arsen dengan senyumnya yang dipaksakan.

"Ret, kenapa lo ke sini? Bukannya lo paling benci sama gue?" imbuh Arsen ditujukan pada Retta.

Tak hanya Retta yang tersentak, melainkan semua. "Mmm, gue sadar perilaku gua itu salah. Dan gue ke sini juga mau minta maaf sama lo. Lo orang baik, Ar. Cuma hati gue aja yang ketutup benci. Tapi tenang aja, gue sama yang lain sayang kok sama lo. Kita pasti dukung lo," balasnya.

Arsen tersenyum tipis singkat. "Kalian nggak ada salah. Cuma perilaku gue aja yang buat kalian benci."

"Tapi gue nggak kok, Ar. Gue adalah ketua shipper lo sama Clara. Gue malah nggak suka tuh sama Kevin dari dulu," sahut Oliv. Ekspresi Arsen seketika berubah saat mendengar nama Kevin. Dengan itu, Clara mengusap tangan Arsen.

Sementara Vian langsung menyenggol lengan kekasihnya itu. "Jangan bawa-bawa Kevin!" bisiknya menekan.

"Iya-iya elah, santai aja kali. Kenapa sih!" gerutu Oliv seraya mengusap lengan yang baru saja disenggol oleh Vian.

"Pokoknya dan intinya, kita mau minta maaf yang sebesar-besarnya sama lo, Ar," sahut Baim mengganti topik pembicaraan.

"Gue nggak pernah-" ucapan Arsen terpotong.

"Nggak! Pokoknya kita minta maaf!" pangkas Vian.

Arsen melirik ke arah Keano. "Lo diam aja dari tadi?" tanyanya sinis.

"Ya kan kamu tahu sendiri Keano orangnya gimana," sahut Clara pelan.

"Gue mau dia minta maaf!" tekan Araen tiba-tiba. Membuat yang lain heran.

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang