U A | 36

1.3K 126 53
                                    

Happy readingggg❤

Mari emosinya dilanjutkan!!

----

Arsen mengeraskan rahangnya. Ia juga tak sikap Clara yang seperti ini, memberontak, membantahnya, bukan Clara yang penurut, ia tak suka. "Terus mau lo apa?" tanyanya datar tapi tajam.

"Putus."

Plak

Clara menoleh ke samping kanan, ia langsung memegangi pipinya. Berdenyut nyeri. Ia menunduk diam.

Sementara Arsen memandang tangannya yang bergetar hebat. Ia menampar perempuan. Hatinya serasa tertusuk tombak. Tanpa seorang perempuan, ia tak akan bisa ada di dunia ini. Arsen sangat kecewa, kecewa pada dirinya sendiri.

"Ra," panggilnya lirih. Ia mencoba menangkup wajah Clara. Namun, Clara langsung menepisnya.

Dua tetes air mata jatuh. Seorang Arsen menangis di depan umum. "Ra, maaf Ra. Aku nggak sengaja, maafin aku Ra. Aku kelepasan. Maaf Ra, maaf," pintanya lembut.

Clara menggeleng pelan. Cewek itu terisak. Ayahnya sendiri pun tak pernah main tangan. Ia selalu mendapat kelembutan dan kasih sayang. Ia belum pernah merasakan tamparan seorang laki-laki. Dan Arsen dengan ringan hati memberikannya.

"Ra maaf...."

"ADA APA INI?!" teriak Pak Dadang yang tiba-tiba datang membelah kerumunan. Semua pasang mata langsung menoleh ke arah suara. Kecuali Clara yang masih setia menunduk.

"Astaga Arsen! Kenapa lagi ini?! Keano- Astaga!! Darah OMG banyak sekali!!"

"Keano ditolongin dong! Malah domblong semua!"

Baim, Vian, dan Ditya menepuk dahinya sendiri-sendiri. Gara-gara fokus pada perdebatan antara Arsen dan Clara, mereka sampai melupakan jika salah seorang teman mereka dalam kondisi yang sangat mengenaskan.

Ketiganya langsung berlari menghampiri Keano untuk menolong cowok itu.

"Arsen, Clara, kalian ke ruang BK sekarang!" tekan Pak Dadang.

"Vian! Kamu juga ikut, sebagai saksi."

Vian mendongak. "Lhah? Ngapain saya pak?" tanyanya bingung.

"Gak usah banyak ngomong kamu!" balas Pak Dadang membentak.

"Baim, Ditya, cepet urusin Keano!" Dua cowok itu mengangguk patuh, lalu menatih Keano untuk dibawa ke UKS.

Suasana sudah cukup kondusif, Arsen maupun Clara terdiam. Bahkan penonton juga ikut diam. "Terus kalian ngapain pada masih di sini? BUBAR!"

Semua menurut, mereka mulai meninggalkan tempat lokasi. Tanpa ada yang tahu, 3 orang diantara kerumunan itu saling melirik dengan senyum kemenangan.

****

"Jadi apa masalahnya?" celetuk Bu Wida, selaku guru BK SMA Garuda Jaya. Yang tak lain adalah saudara Pak Widi.

Mereka bertiga diam. Mungkin bagi Arsen dan Vian ini adalah hal yang biasa, terutama Arsen. Tapi bagi Clara tidak. Ini menakutkan, bagaimana jika orangtuanya sampai dipanggil ke sekolah. Bagaimana jika mereka tahu hubungannya dengan Arsen.

Otak Clara terus berandai-andai. Ia takut sekaligus khawatir.

"Clara."

Untuk Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang