51. Bangkit

63 2 0
                                    

Sudah satu bulan sosok Ana pergi dari dunia ini. Asisten Nata yang merangkap menjadi sahabatnya ketika Nata sedang kesulitan. Tanpanya, mungkin Nata akan kesepian. Terlebih saat mantan sahabatnya, Fani, merebut kebahagiaannya.

Bukan hanya Fani saja yang pergi. Sandi, cowok tengil itu telah merebut apa yang Nata punya. Hati Nata. Dan ya, Sandi telah membawanya sampai ke alam lain. Menyisakan Nata dengan segelintir rasa kelabu yang bahkan tidak bisa menyatu, sampai Nata ikut terkubur bersama hati dan rasa kelabu itu.

Tidak ada media yang meliput kematian Ana, padahal, secara jelas sudah diketahui bahwa Ana memang sengaja dibunuh. Barang bukti dan pelaku sudah diamankan, namun keadilan juga tak kunjung ditegakkan, semua karena uang.

Pemilik Nusa Citra Company, atas nama Nusa divonis bersalah atas tindakan pembunuhan terhadap Ana dengan hukum pidana penjara selama dua tahun. Tidak adil bukan? Dan bisa diketahui faktanya, bahwa Nusa Citra Company masih berdiri tegak di atas tanah tanpa ada berita yang memberitakan kejadian yang menimpa pimpinannya. Alam akan menuntut balas akan hal itu.

Dan Sandi, kini wajah cowok itu terpampang jelas di berbagai media beberapa minggu terakhir. Semakin sulit mengubur dalam-dalam sebuah rasa yang ditujukan pada orang yang telah terkubur.

Anak Konglomerat Nusa Citra Company Bunuh Diri di Rumah sang Kekasih…

Ini Kronologi Terbunuhnya Sandi Antariksa di Rumah sang Pacar…

Ini Pesan Terakhir Sandi Antariksa Sebelum Memutuskan untuk Mengakhiri Hidup…

Terungkap, Anak Pemilik Nusa Citra Company Bunuh Diri karena Restu Orang Tua…

Banyak sekali judul berita yang menceritakan hal yang sama. Membosankan!

***

"Berita itu lagi?" tanya Nata pada papanya.

Semenjak kejadian sebulan yang lalu, pak Hutama memutuskan untuk istirahat sementara dari kantornya. Mengingat bahwa mental Nata pasti akan terganggu atas kejadian yang merenggut dua nyawa orang di dekatnya.

"Hmmm." Pak Hutama menghela napas panjang.

"Sudah sebulan ini semuanya berubah. Papa nggak liat senyum di wajah kamu. Dunia papa rasanya ikut suram."

Nata memandang pak Hutama, "maafin aku, Pa!"

"Kamu nggak salah. Kamu cuma perlu ikhlas, dan ingat bahwa semua akan baik-baik saja. Nggak ada yang perlu dijadikan penyesalan. Mereka tenang disana, jangan memberatkan mereka dengan rasa tidak ikhlas yang selalu kamu rasakan."

"Kalo boleh berandai, andai saja Bu Rika, papa, dan pak Nusa nggak pernah kenal, mungkin semuanya nggak akan serumit ini."

"Terus berandai, papa dengerin."

"Andai saja papa dan pak Nusa nggak ribut karena Bu Rika, mungkin aku sama Sandi bakal masuk di universitas yang sama, kuliah bareng, dan mbak Ana pasti udah dilamar sama Bagas."

Pak Hutama mengangguk. Penyesalan memang datang di akhir. Salahnya terlalu percaya pada seseorang bernama Rika, terlalu mudah untuk membenci orang lain atas kesalahanpahaman, dan terlalu sulit untuk memaafkan.

"Andai papa nggak pernah mempermasalahkan alih fungsi perusahaan papa, mungkin pak Nusa dan papa nggak akan berseteru seperti ini, dan kamu bisa mendapat restu atas hubunganmu dengan Sandi. Ini salah papa, sayang. Maafin papa!"

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang