39. Awal untuk Menentukan Sebuah Akhir

70 3 0
                                    

Kayaknya makin kesini makin ada konflik, beda sama part sebelumnya yang cenderung datar dan ngebosenin.

So, tetep stay disini ya. Makasih yang udah baca, buat votenya terserah kalian, saya tau ini masih belum ada apa-apanya dengan karya yang lain.

Typo yang bertebaran, penulisan kata yang salah, tanda baca yang tidak beraturan, serta cerita yang membosankan, mohon untuk dimaafkan.

Selamat kembali membaca:)

____________________

Pagi, Nata kembali beraktivitas seperti biasa. Permasalahan dengan Fani dan Rika Suryani telah usai. Rumah megahnya kembali di tangan, dan predikatnya sebagai salah satu gadis terkaya pun kembali.

Untuk beberapa waktu yang lalu, ia sangat tertekan, dijatuhkan, dan tidak pernah mendapat pengakuan atas apa yang dilakukannya selama ini.

Nata benar-benar telah menjadi dirinya sendiri. Tidak menjadi Nata yang selalu menjadi bahan hujatan orang lain.

Model cantik itu kembali bersaing dengan model-model lain yang sama kelas dengannya. Awal untuk sebuah akhir, berawal dari semuanya, Nata mampu meyakinkan dirinya bahwa semua yang dimilikinya tak lebih hanya sekedar titipan.

"Rumah lama dengan suasana baru. Makasih, Pa, aku janji akan lebih baik dari ini!" Ujar Nata.

Pak Hutama tersenyum lebar, ia merangkul putri satu-satunya itu. Sungguh tak ada yang lebih indah daripada menyaksikan putri kecil yang tumbuh dewasa itu bahagia.

"Daren mana?" Tanya Nata, ia seolah sangat khawatir dengan keadaan pria yang selama ini selalu ada untuknya.

Daren adalah teman baru yang ada disaat Nata jatuh.

"Papa nggak tau, dia gak pernah bilang mau kemana, yang jelas dia gak akan bisa pergi jauh, semua pakaian dan kebutuhannya udah papa angkut juga kesini. Kamu kabari dia ya, papa sengaja nggak bilang kalo kita mau pindahan."

Nata mengangguk, cewek itu lantas meninggalkan papanya. Melakukan apa yang papanya suruh, menghubungi Daren.

***

"Gampang sih, lo cukup pergi dari kehidupannya. Dan setelah itu, nggak ada alasan buat gue nahan lo disini!" pria berjas merah itu membentak seorang pria yang berada di depannya, berjaket biru dengan topi berwarna hitam.

"Kalo itu yang lo mau, maaf, gue gak bisa. Lo lebih tau dia daripada gue, seharusnya lo yang ambil tindakan, dan sekarang, lo kalah cepet. Dia udah ada yang punya!" bisik pria berjaket itu.

Pria berjas merah nampak marah, sebuah amplop berwarna coklat ia lemparkan ke arah pria berjaket biru.

"Gue tau lo lagi butuh, ambil itu, dan tinggalin dia!" seru pria berjas merah.

Masih tidak ingin pergi, pria berjaket biru melontarkan pernyataan yang semakin membuat pria berjas merah geram.

"Gue nggak butuh duit lo. Memang, lo lagi diatas, dan giliran gue yang dibawah. Tapi sadar gak sih? Cara lo buat dapetin semua ini salah, nggak ada anak yang tega ngebuang orang tuanya sendiri."

TEMPRAMENTAL (selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang